watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

KOTA SOLO

Solo, memang kota yang sangat menggoda bagi
ku. Aku bahkan memendam keinginan tinggal di
Solo daripada di Jakarta. Kota ini rasanya bisa
menentramkan hatiku, dan yang lebih menarik
lagi adalah putri Solo itu lho.
Itulah kekagumanku buat Solo. Ini adalah
perjalananku untuk kesekian kalinya ke Solo.
Namun kali ini bukan dalam rangka tugas atau
bisnis, tapi hanya alas an yang sangat
sederhana, mau pijat saja.
Jangan salah duga dulu, aku bukan mencari
pemijat wanita, tetapi pemijat pria. Dia adalah
Pak Min yang cukup kondang di Solo. Tapi aku
ingin juga agak berlama-lama di Solo untuk
sekedar refreshing. Kalau berasalan di rumah
banyak hal bisa didalihkan, bisnislah, tugaslah, ya
macam-macamlah.
Aku sebelumnya sempat diperkenalkan kepada
Pak Min, ahli memijat oleh saudaraku di Jogya.
Sebulan lalu aku mencoba kemampuan Pak Min.
Aku menginap di hotel dan Pak Min segera ku
kontak. Pijatannya memang luar biasa, sakit,
tetapi rematikku di bahu beberapa hari kemudian
memang terasa berkurang sakitnya. Katanya aku
perlu sekitar 4 kali dipijat, baru rematikku bisa
sembuh.
Di usia kepala 5 memang mulai banyak
gangguan kesehatan, dan ketangguhan agak
berkurang.
Untuk alasan pijat itulah aku kembali ke Solo. Kali
ini aku mencari hotel dengan kamar yang luas,
katakanlah setingkat suite room. Setelah urusan
pijat pada siang hari, aku tertidur sampai
menjelang sore.
Perutku mulai terasa lapar, aku kurang suka
dengan makanan hotel. Dengan baju santai aku
jalan ke depan hotel. Beberapa tukan becak
mendekatiku dan menawarkan jalan-jalan keliling
kota. Kupilih tukang becak yang cukup tua dan
kelihatannya ramah. Meski umurnya sekitar 40
an, tetapi tenaganya masih kuat. Aku lalu minta
dia mengantarkan ke satu alamat warung soto,
salah satu kesukaanku di Solo.
Warung itu terkenal, sehingga tukang becak
yang belakangan kuketahui namanya Paino
segera mempersilakan aku duduk di becaknya.
Dia dalam perjalanan menawarkan aku untuk
menyewanya pulang pergi. Aku menyetujui
saja.
Ketika sampai ke warung soto, Pak Paino kuajak
makan sekalian, tetapi dia kelihatan segan dan
agak malu. Setelah kupaksa, akhirnya dia mau
juga ikut makan soto bersamaku. Kebiasaan ku
memang begitu. Apalah artinya biaya menraktir
seporsi soto. Aku kan kemudian bisa mengorek
informasi lebih banyak, serta lebih memahami
pribadi si Paino.
Pulangnya Paino mulai melancarkan serangan
khas tukang becak Solo. “Pak apa perlu dicarikan
teman, apa gimana ??” katanya.
“Bapak tau tempatnya, apa ?” tanyaku.
“Wah tukang becak hotel, pasti tau Pak, ada
penampungan, ada yang rumahan, ada yang
tukang pijet, tinggal bapak mau yang
maaa..na ??” katanya dengan logat Jawa yang
kental..
“ Punya koleksi STW, ?” tanyaku.
“ STW ada ABG juga ada,” katanya.
“Ah saya lagi pengen yang STW, tapi bukan
yang pasaran, ada nggak,” tanyaku.
“ Ada pak, dia malah belum pernah ke hotel,
janda dekat gang rumah saya,” kata Paino.
“Orangnya gimana,” tanyaku.
“ Ya kalau menurut saya sih lumayan, janda
belum punya anak. Dia pernah ngomong ke
saya kalau ada kerjaan mijet tamu hotel, katanya
dia mau. Orang nggak punya pak. Kalau bapak
mau lihat dulu, monggo saya antarkan,”
katanya.
Setelah berbicara agak panjang dan mengatur
strategi, akhirnya aku setuju melihat, tetangga si
Paino.
Aku minum es kelapa muda dan si janda itu
pura-pura beli rinso di warung sebelah. Dia
memandangku dan aku pun sempat
mencermati dirinya.
5bok
Wah lumayan juga, agak gemuk, tampang khas
Jawa. Dan mukanya cukup manis.
Setelah dia berlalu aku kembali ke becak, dan aku
langsung setuju agar Paino membawanya ke
hotel.
Padahal aku baru di pjat oleh Pak Min. Pemijat
profesional ini bukan sembarangan, untuk
memastikan keberadaannya aku harus telepon
jauh-jauh hari. Langganannya banyak dan sering
ke luar kota dan keluar negeri. Banyak
pengusaha dan petinggi yang jadi pelanggannya.
Nah aku habis dipijat Pak Min, malah pengin
dipijat lagi. Masalahnya pijatan Pak Min tadi sakit.
Aku sekarang ingin pijatan yang nyaman.
Sekitar satu jam aku menunggu di kamar hotel
sampai ketiduran. Aku terkesiap ketika pintu
kamarku diketok. Pak Min dan janda itu berada di
depan pintu. Pak Min kuselipin limpulRp, dan
pemijatnya kusilakan masuk.
Namanya Marni, Dia duduk di kursi dengan
menundukkan kepala. Mungkin ini adalah job
yang pertamanya, sehingga dia rikuh berada di
kamar hotel bersamaku. Kutawari minum, untuk
mencairkan suasana, tapi dia menolak.
Aku merokok sebentar sambil membuka
obrolan. Marni jadi janda karena suaminya kawin
lagi setelah tidak puas karena Marni tidak bisa
punya anak. Dia hidup dengan bekerja sebagai
buruh cuci. Rumahnya adalah kamar kontrakan
yang dibayar bulanan. Dia tinggal bersama
keponakannya perempuan yang baru datang
dari kampung ingin cari kerja di Solo.
“Sudah pernah mijet mbak,” tanyaku.
“Kalau di hotel, belum, tapi mijet suami dulu
sering,” katanya tertahan karena malu.
Dari obrolan itu, suasananya mulai cair. Aku
membuka baju hingga tinggal celana dalam dan
tidur telungkup. Mbak Marni mulai melancarkan
pijatan dimulai dari kaki. Tekanan pijatannya
masih kurang nyaman, mungkin karena dia
belum mahir.
Akhirnya aku bangkit dan berusaha mengajarkan
cara pijatan yang kusukai. Untuk itu Mbak Marni
kuminta tidur telungkup. Mulanya dia menolak.
Mungkin malu bercampur sungkan, tetapi
setelah aku membujuk dan setengah paksa,
akhirnya dia pasrah.
Repotnya dia mengenakan kain kebaya dan jarik,
jadi agak susah.
Di kamar hotel untungnya ada disediakan
kimono, Mbak Marni lalu kuminta melepas
bajunya di kamar mandi dan menggantinya
mengenakan kimono. Mulanya dia agak malu,
tetapi setelah kubujuk-bujuk dia akhirnya mau
juga. Sebelumnya aku ikut masuk ke kamar
mandi menjelaskan penggunaan kran2 di kamar
mandi. Paling tidak kalau dia kebelet pipis tidak
perlu ditahan lama-lama, karena bingung cara
penggunaan kran air panas, air dingin.
Setelah kamar mandi kututup, tidak lama
kemudian terdengar air toilet menggelontor.
Ternyata dia memang kebelet pipis.
Mbak Marni keluar dengan kimono. Dia agak
malu-malu, meskipun seluruh tubuhnya tertutup
rapat. Aku kembali memintanya telungkup dan
kuajarkan pijatan dengan tekanan-tekanan di
sekitar kakiku.
Setelah dia paham, aku kembali dipijatnya.
Pijatannya mulai terasa nyaman dengan
tekanan-tekanan yang kuinginkan. Mbak Marni
agak nekat juga, dia belum begitu paham
memijat, tetapi sudah berani terima orderan
pijat. Mungkin karena desakan ekonomi akhirnya
dia terpaksa melakukan pekerjaan ini. Menurut
Mbak Marni, Painolah yang punya ide agar Mbak
Marni mencari tambahan jadi pemijat di hotel.
Kata Paino, sekali mijat bisa dapat 100 sampai
150ribu perak. Jumlah itu bagi Marni adalah
jumlah yang luar biasa, karena dia kerja sebulan
paling hanya dapat 400 ribu. “Lha kalau
semalam dapat orderan dua kali, ya udah
banyak sekali,” katanya.
Obrolan mereka soal ide Paino itu baru 2 hari
lalu. Mbak Marni ternyata doyan ngobrol setelah
suasananya cair. Aku yang sebenarnya ingin
tidur sambil dipijat jadi terpaksa menimpali
omongannya.
Mbak Marni jadi akrab, banyak hal
diungkapkannya termasuk kehidupannya ketika
masih punya suami dulu.
Tapi masalahnya sebagai tukang pijat
pengetahuannya masih boleh dibilang Nol. Aku
terpaksa jadi instruktur. Untuk babak mengurut
dengan lumuran cream aku minta Mbak tidur
telungkup dan aku mengajarinya bagaimana
melakukan pengurutan. Kali ini dia tidak lagi
canggung. “Wah aku tugase mijet malah dipijet,”
katanya.
Awalnya aku mengurut bagian telapak kaki, kiri
dan kanan, lalu betis kiri dan kanan. Sampai
urusan ngurut betis, kimono mulai tersingkap
sampai lutut.
Lutut bagian belakang adalah salah satu titik
sensitif wanita. Aku melakukan sentuhan dan
urutan khusus di daerah ini. Aku memang rada
jahil, tapi ingin tahu juga apakah Mbak Marni
terpengaruh dengan sentuhan ku. Terus terang
dari tadi aku sudah berfikir untuk menggumuli
Marni, tapi aku ingin melalui proses yang alami.
Marni mengaku pijatanku itu enak dan kadang-
kadang bikin kemrenyeng. Bisa jadi dia merasa
geli atau juga terangsang. Aku tidak minta
penegasan apa arti kemrenyeng .
Giliran berikutnya adalah mengurut bagian paha.
Sengaja aku tidak menyingkap kimononya, tetapi
tanganku menerobos melumasi dan mengurut
pahanya. Paha si Marni ini terasa tegap. Ini
adalah model paha wanita yang aku senangi.
Bagian dalam paha wanita adalah bagian yang
juga menimbulkan rangsangan. Aku berkali-kali
mengurut bagian itu sampai dekat sekali dengan
bagian kemaluannya.
Gerakanku mengurut itu menyebabkan
kimononya makin tersingkap ke atas sehingga
celana dalam Marni kelihatan. Dia tidak peduli.
Malah kadang-kadang beringsut merasakan
urutanku yang mendekati bagian kemaluannya.
Tanganku kemudian beringsut masuk ke balik
celana dalamnya dan mengurut gumpalan
bokongnya yang besar. Terlihat benar, jika Marni
sudah terangsang. Dia tidak menyadari bahwa
dia mulai mendesis sesekali. Bagian gumpalan
pantat adalah bagian yang sensitif, dan aku agak
lama menekan-nekan bagian itu, sampai dia
bergelinjang.
Gerakan urutanku mulai nakal karena jempol kiri
dan kananku mulai menerobos belahan
pantatnya sampai dekat dengan kemaluannya.
Jempolku sudah merasakan bulu-bulu
kemaluannya. Tapi Marni tidak perduli. Gerakan
jempolku naik dan turun melalui belahan
pantatnya semakin membuat Marni melayang.
“Aduh Pak saya nggak tahan lama-lama, rasanya
jadi nggak karuan,” kata Marni setengah
terengah.
“Tahan dulu biar ngajarinya nggak sepotong-
sepotong, saya tuntaskan dulu,” kataku.
Bagian punggung adalah bab berikutnya.
Kimono, ketika kuminta dibuka, Marni tidak
terlalu mempertahankan, meski dia mengatakan
malu. Tapi dengan alasan mengurut punggung,
maka dia menyerah membuka kimono sambil
tetap tiduran.
Kimono sudah terbuka dan Marni tidur telungkup
dengan celana dalam dan BH. Meskipun dia STW
tetapi tubuhnya masih berpotongan gitar.
Pinggangnya kecil, bokongnya gede, dan
susunya juga gemuk.
Mulanya aku mengurut punggungnya dengan
membiarkan BHnya tetap terpasang. Namun
setelah beberapa saat aku buka kaitan BHnya
agar aku lebih leluasa mengurutnya dia tidak
protes, alias diam saja.
Marni memuji urut ku benar-benar nikmat. Aku
mulai mengurut bagian samping badannya
sehingga sesekali menyentuh pinggir
payudaranya. Bagian ini juga adalah titik sensitif
perempuan.
Aku memintanya berbalik, sehingga telentang.
Dia malu, tapi tali BHnya tidak dia pasangkan,
kecuali mempertahankan BHnya menutupi
payudaranya yang meluber.
Aku cuek dan pura-pura tidak memperhatikan.
Padahal aku terkesan tetaknya besar sekali.
Aku mulai lagi dari kaki lagi, tetapi hanya
sebentar lalu pindah kebagian paha. Aku kembali
mengurut paha bagian dalam, dan kali ini
jempolku sudah sampai menyentuh bulu
kemaluannya yang terasa agak jarang.
Tanganku menyuruk ke balik celananya dan
memijat bagian atas kemaluannya lalu jempolku
kiri dan kanan turun sampai menekan gundukan
kemaluannya kebawah.
Marni terlihat sudah sangat terangsang sehingga
tidak peduli lagi dan rasa malunya sudah sirna.
Jempolku memang belum masuk ke liang
vaginanya, tetapi sudah menyentuh clitorisnya.
Setiap sentuhan halus si clitorisnya dia
menggelinjang. Berkali-kali aku lakukan sampai
akhirnya tanpa izinnya aku peloroti celananya.
Marni malah membantu dengan mengangkat
pinggulnya.
Di depanku terpampang jelas kemaluan Marni
yang ditumbuhi jembut yang jarang tetapi
bentuknya gemuk. Kata orang Jawa, mentul.
Aku kembali melakukan urutan di sekitar
kemaluannya. Marni menggelinjang-gelinjang
setiap kali clitorisnya tersentuh.
Aku tinggalkan bagian kemaluan lalu naik ke
perut dengan gerakan halus aku mengusap
perutnya. Bagian ini tidak terlalu aku tekan dan
tidak lama juga aku melakukannya. Pijatan naik
ke atas dan aku mulai menjangkau bagian dada.
Aku sengaja mengurut bagian pinggir
payudaranya dengan gerakan memutar.
Akibatnya BHnya tidak lagi menutupi kedua
gundukan daging itu. Pentil Marni tidak terlalu
besar. Mungkin karena dia belum pernah hamil,
apalagi menyusui.
BHnya aku singkirkan dan Marni tidak protes.
Setelah kedua payudaranya terpampang bebas
aku melakukan pijatan memutar, dengan diakhiri
oleh usapan telunjukku memutar di puting
susunya.
Marni sudah tidak karuan. Dia sudah sangat
terangsang. Dia lupa bahwa seharusnya dia
mengingat semua gerakan pijatanku. Dia malah
menikmati pijatanku.
Setelah kurasa cukup aku kembali memijat
daerah sekitar kemaluannya. Dimulai dari bagian
pinggir akhirnya telunjukku mengusap-usap
clitorisnya. Marni menggelinjang dan mendesis-
desis. Kelihatannya dia semakin hot.
Pelan-pelan jari tengahku menerobos masuk ke
dalam lubang vaginanya. Jariku mencari wilayah
Gspot, sampai kutemukan bagian jaringan
lembut di dalam dinding atas vaginanya.
Kuusap-usap bagian itu dengan gerakan halus.
Marni sesekali mengaduh keenakan. Aku
memperkirakan dia sudah hampir mencapai
orgasmenya. Kumasukkan jari tengah dan jari
manisku. Aku mengambil posisi bersimpuh di
sisi kirinya. Dengan gerakan tiba-tiba aku
melakukan gerakan mengangkat tubuh Marni
berstumpu kedua jariku di lubang vaginanya .
Kuangkat berkali-kali sampai tubuhnya terangkat
sedikit, tetapi dampaknya Marni sudah seperti
orang kesetanan, mendesis, mengaduh dan
kadang berteriak lirih. Tidak sampai 3 menit
gerakan itu aku lakukan Marni mulai mencapai
titik orgasme ditandai dengan teriakan yang
tertahan. Tepat pada saat dia mencapai orgasme
aku menghentikan gerakan dan dengan tangan
yang satu berusaha menyibak kedua bibir
kemaluannya. Dari lubang kencingnya muncrat
cairan agak kental, seperti layaknya ejakulasi
pada pria.
Setelah ejakulasinya reda mbak Marni
mengatakan bahwa seumur hidup dia belum
pernah merasakan kenikmatan seperti ini.
Badannya dirasakannya lemas dan tulang-tulang
rasanya mau copot, dia merasa lelah sekali dan
ngantuk.
Seharusnya setelah mendapat pelajaran memijat
dia ganti akan memijatku, tetapi sekarang sudah
tertidur mendengkur halus. Aku menutup
badannya yang telanjang bulat dengan selimut.
Aku ikut tidur di sebelahnya dalam satu selimut.
Entah berapa lama aku tertidur. Mbak Marni
kelihatannya masih pulas. Kamar terasa gelap.
Aku meraih tombol lampu dan sekaligus remote
TV. Aku duduk bersandar di tempat tidur sambil
menonton TV.
Mendengar suara TV mbak Marni terbangun. Ia
melihat sekeliling. Terlihat dia seperti mengingat-
ingat sesuatu. Ternyata dia bingung ketika
bangun sedang berada dimana. Akhirnya dia
melihatku dan ingatannya pulih bahwa dia baru
tertidur di kamar hotel mewah.
“Mas aku tadi di apake, kok iso lemes tenan lan
enak banget,” katanya.
Aku hanya menjawab bahwa tadi adalah
pelajaran pijat komplit. Mbak Marni merasa
badannya sudah segar.
Saya menawarkan dia agar menginap saja
malam ini di hotel. Besok pulangnya akan saya
sangoni sejuta. “ Ah mas aku jadi malu, nggak
usah dibayarpun aku mau tidur ama mas,
orangnya baik. Aku cuma kepikiran si Indri, dia
sendirian, tapi udahlah dia tadi tau kok aku kerja,”
kata mbak Marni.
Marni lalu memelukku dan kepalanya di letakkan
di atas dadaku. Aku dianggapnya seperti
suaminya.
Ruangan hotel terasa sangat dingin. Remote AC
kuraih untuk mematikan AC, paling tidak
mengurangi dingin.
“Mas aku kebelet pipis, tapi aku malu gak pake
baju,” kata Marni.
“Malu sama sapa, dari tadi aku sudah liat kamu
telanjang, kan ndak ada orang lain,” kataku.
3666624bafba005e71942cb9c38cf764ee5a41d
“Tapi jangan diketawai ya mas badanku gemuk,”
katanya sambil menyibakkan selimut lalu
berjalan terburu-buru ke kamar mandi.
Aku dengar dia menggelontorkan wc dan
terdengar juga suara shower.
Aku berdiri menuju meja untuk membuat air
panas guna membuat kopi. Kebetulan Marni
keluar, dia sekalian aku ajarkan cara memasak air
dengan ceret listrik guna membuat kopi. “ Sudah
mas sini saya saja yang buat kopinya,” katanya.
Aku duduk sambil menghirup kopi dan
merokok. Marni bermanja dengan ku. Dia duduk
dipangkuanku. Aku masih mengenakan celana
dalam sedang Marni telanjang bulat
dipangkuanku.
Aku memeluknya dari belakang dan meremas-
remas teteknya, Telapak tanganku tidak muat
menutup semua teteknya. Marni meski miskin
dia beruntung memiliki body yang bagus.
Pantatnya besar menyembul kebelakang dan
memiliki pinggang yang agak ramping serta
perutnya tidak membuncit.
Wajahnya lumayan manis. Mungkin karena
kurang perawatan keayuannya sangat bersahaja.
“Ayo mas sekarang saya pijat, saya sudah seger
dan masih ingat pelajarannya tadi,” katanya.
Aku segera bangkit dan langsung tengkurap.
Marni menjalankan tugasnya. Kini pijatannya
sudah nikmat. Dia memahami bagian-bagian
mana yang terasa enak dipijat.
“Wis celananya dicopot aja mas, biar kita sama-
sama telanjang, adil to,” katanya sambil
meloloskan celana dalamku.
Aku benar-benar menikmati pijatannya, kecuali
bagian yang sakit bekas dipijat Pak Min tadi
siang. Marni kuminta bagian yang sedang
“njarem” untuk tidak disentuh.
Dia pandai pula memainkan jarinya mengurutku
mulai dari kaki sampai ke pundak. Sensasi dipijat
perempuan telanjang adalah ketika dia
menduduki tubuhku terasa rambut kemaluannya
menggerus-gerus di punggung.
Giliran disuruh telentang, tak ayal lagi penisku
langsung tegak bebas. “ Wah mas itunya udah
ngaceng ya,” katanya sambil meraih penisku.
Dia pandai pula memijat dan berlama-lama di
bagian kemaluanku. Aku merasa sudah terbang
dengan kenikmatan sentuhannya. Tidak aku
sangka dia memainkan lidahnya menjilati penis
dan buah zakarku. Sesekali dikulumnya batang
penisku lalu disedotnya. Rasanya air maniku
seperti akan dipaksa keluar.
“Mas boleh nggak aku masuki ke tempik ku,”
tanyanya.
Aku hanya mengangguk saja.
Marni mengatur posisi diatas tubuhku dan
perlahan-lahan dibenamkannya penisku ke
dalam memeknya. Setelah terbenam semua dia
berhenti sebentar, lalu dia melakukan kontraksi.
Penisku terasa seperti dipijat oleh vagina Marni.
Dia melakukannya berkali-kali menambah
kenikmatan di sekujur penisku.
Marni kemudian melakukan gerakan memutar,
sehingga penisku seperti mengaduk vaginanya
dan aku merasa penisku seperti diremas-remas.
Sepertinya aku tidak akan mampu bertahan jika
dia terus melakukan gerakan itu. Badannya
kutarik sehingga dia menindihku.
Pada posisi itu dia kelihatannya mengatur posisi
agar clitorisnya tersentuh oleh jembutku lalu dia
menekan dan menggesekkan dengan gerakan
penuh perasaan. Marni lalu mendesis-desis. Aku
melihat situasi itu makin terangsang dan rasanya
sebentar lagi laharku akan keluar. Marni makin
menekankan clitorisnya ke tubuhku dan
gerakannya agak cepat . Aku pun menikmatinya
dan sudah tidak tertahankan lagi kulepas beban
lahar yang sudah mendesak. Kutembakkan
spermaku ke dalam vagina Marni. Mungkin
siraman panas spermaku membuat dia ikut
mencapai orgasme., sehingga vaginanya
berkedut-kedut dan dia mendekapku erat sekali.
Agak lama Marni menindih tubuhku sampai
seluruh orgasmenya tuntas. Pelan-pelan
diangkatnya tubuhnya sambil tanggannya
menjaga agar maniku tidak tumpah. Dia lalu
buru-buru berjalan ke kamar mandi sambil
mengepit tangannya di kemaluan.
Aku tergeletak lemas. Marni keluar dari kamar
mandi dengan handuk lembab di tangannya.
Penis dan sekitar kemaluanku dibersihkannya
dengan handuk kecil yang lembab dan hangat.
Kami istirahat sebentar. Aku lalu merasa ingin
berendam di bathtub dengan air hangat. Marni
kuajari membersihkan bathtub. Bathtub di kamar
suit hotel ini tidak berbentuk memanjang, tetapi
segitiga seperti bak jacuzi . Marni mengerti cara
mengatur air panas.
Sementara dia mempersiapkan air mandi aku
menelpon room service untuk memesan dua
porsi nasi goreng.
Nikmat sekali rasanya berendam air hangat di
bak. Inginnya berlama-lama. Apalagi berendam
berdua dengan Marni yang montok.
Tengah kami berendam, bel pintu berbunyi,
menandakan pesanan nasi gorengku sudah
datang. Dengan berbalut kimono aku membuka
pintu dan menyelesaikan urusan orderku itu.
Aku kembali berendam. Mungkin karena
terendam air hangat, penisku kembali memuai.
Apalagi Marni bersandar ke badanku sehingga
bokongnya menyentuh penisku. Aku meremas-
remas teteknya yang kenyal dan gede sekali.
Kami saling menyabuni, Penisku semakin
mengeras karena Marni mengocok dan
melumuri sabun di penisku. Tapi dia tidak
menuntaskannya. Setelah bilas, penisku masih
terus menegang.
Kami mentas dan belum mengeringkan badan
dengan handuk Marni kupeluk dari belakang.
Penisku kutusuk ke bagian pantatnya . Marni
kuarahkan membungkuk sambil berpegangan
meja toilet, lalu kutusuk penisku dari belakang.
Permainan begini sebenarnya kurang nyaman
bagi penisku, karena penetrasinya kurang
maksimal. Gumpalan daging di bokongnya agak
menghalangi penetrasi lebih jauh. Jadi
sensasinya saja yang kunikmati. Belum sampai 5
menit aku mulai merasa lelah. Marni kuputar dan
kutarik duduk diatas pangkuanku. Aku duduk di
toilet bowl yang tertutup. Marni mengangkang
duduk dipangkuanku dengan posisi berhadapan.
Penisku plug and play di vaginanya. Marni
memutar-mutar pinggulnya sehingga penisku
serasa diremas-remas.
Aku tidak bisa memperkirakan berapa lama kami
bermain dengan posisi itu. Karena aku asyik
menyedot susu Marni yang terpampang di
depanku. Kurasakan Marni menemukan posisi
yang membuat rangsangan di vaginanya
maksimal sehingga dia mulai mendesis-desis
lagi. Sementara aku agak merasa kebal, karena
sudah sekali orgasme. Gerakan Marni makin liar,
lalu tiba-tiba dia mendekapku erat sekali dan
lubang vaginanya berdenyut-denyut.
Kami mencuci kemaluan dengan sabun,
sementara penisku masih terus tegak. Tanpa
mengeringkan dengan handuk badan kami
sudah kering. Aku membimbing Marni ke
Tempat tidur. Aku ciumi kedua payudaranya lalu
pelan-pelan turun ke bawah, sampai akhirnya
aku menjilati sekitar kemaluannya. Mulanya
Marni mencegah karena katanya jijik. Marni
belum pernah di oral suaminya, sehingga dia
belum punya pengalaman. Aku tetap bertahan
sampai lidahku menyentuh sekitar clitorisnya.
Marni menggeliat dan akhirnya tangan yang
tadinya berusaha mencegah kepalaku mendekati
vagina sudah melemas. Marni mulai menikmati
jilatanku di sekitar clitorisnya. Dia mulai
mendesah-desah dan aku memfokuskan jilatan
ke seputar kepala clitorisnya. Pinggulnya mulai
bergerak mengikuti gejolak nafsunya. Aku
terpaksa menahan gerakan itu dengan kedua
tanganku memeluk kedua pahanya yang besar.
Gerakan itu menyulitkan jilatanku terfokus. Aku
sekarang menyerang langsung ujung clitoris
yang terasa menonjol. Marni belingsatan dan tak
lama kemudian dia mencapai orgasme.
Sementara orgasme. Lidahku kutekan ke
clitorisnya. Clitorisnya ikut berdenyut-denyut
seperti penis pria.Wajah puas tergambar di wajah Marni. Aku
meneruskan aksiku mencolokkan kedua jariku
kedalam vagina. Aku mulai melakukan aksi
mengangkat badan Marni dengan kedua jariku
dengan ritme cepat. Marni melolong-lolong
karna kenikmatan menjalar ke seluruh tubuhnya.
Mungkin belum sampai satu menit dia sudah
menjerit mencapai orgasme Kembali kutekan
seluruh permukaan kemaluannya sampai
denyutan orgasmenya tuntas.
Jeda sekitar satu menit aku kembali melakukan
aksi merangsang Gspot dengan aksi kedua jariku
kedlam vaginanya. Marni mendesis-desis sambil
sesekali meneriakkan ampun karena badannya
lemas sekali. Tapi aku tidak perduli dan aksi
kuteruskan. Marni makin cepat mencapai
orgasme lagi. Begitu berkali-kali aku lakukan
sehingga Marni mencapai multi orgasme berkali-
kali. Mungkin dia sudah mencapai 10 kali
orgasme melalui kukerjai seperti itu. Aku lalu
mencoba memasukkan penisku ke vaginanya.
Rasa vaginanya menjepit sekali. Aku sejak lama
menandai, jika wanita usai orgasme, vaginanya
terasa nikmat sekali jika ditusuk penis.
Aku berusaha berkonsentrasi menggenjot Marni.
Mungkin karena efek multi orgasme tadi, Marni
kembali mendapat orgasmenya, sementara aku
masih setengah jalan. Jadi meski dia berteriak-
teriak minta ampun dan minta aku berhenti
sebentar, tapi tetap aku genjot. Keganasan itu
rupanya membuat Marni menjadi lebih cepat
mendapat orgasme lagi. Akupun mencapai
orgasme dan ejakulasiku. Kubenamkan dalam-
dalam penis sehingga kami sama-sama terkulai.
Spermaku tidak banyak keluar, sehingga tidak
sampai tumpah keluar.liang vagina. Aku segera
ke kamar mandi membersihkan penisku dan
berkumur, lalu membawa handuk lembab untuk
membersihkan kemaluan Marni yang banjir.
Ruang terasa panas, karena tadi AC kumatikan .
Aku menghidupkan AC dan Marni yang sudah
pasrah kuselimuti. Aku pun ikut menyelinap di
bawah selimut. Kami terlelap.
Aku terbangun karena sinar matahari mulai
menembus tirai dan juga kebelet pipis. Usai
melepaskan hajat kecilku Marni mengikuti pipis
juga di kamar mandi.
Badanku terasa lelah sekali dan tidak seperti
biasanya, jika pagi penisku bangun, tapi kali ini
dia tetap loyo. Aku berpikir, mungkin karena
semalam sudah terlalu banyak tugas, sehingga
dia sekarang malas bangun.
Aku tidur tengkurap dan kuminta Marni yang
sudah segar untuk memijatku. Pijatan pagi-pagi
gini nikmatnya luat biasa. Apalagi yang dipijat
dan yang memijat sama-sama bugil. Aku dan
Marni main satu ronde lagi setelah akhirnya
penisku bangun karena dirangsang Marni.
Kami Mandi bersama dan kulihat jam sudah
menunjukkan 10 pagi. Sarapan di restoran hotel
tentunya sudah tutup.
Aku mengeluarkan uang di dompetku 10 lembar
uang ratusan dan kuserahkan ke Marni. Dia
mulanya malu-malu menerima, tapi akhirnya
dimasukkan juga uang itu ke dalam dompet di
tasnya, sambil berkali-kali mengucapkan terima
kasih.
Sebelum pamit pulang Marni kuminta untuk
menemaniku lagi malam nanti. Dia sempat
mencatat no HP ku. Lalu kuantar turun menemui
Paino untuk pulang ke rumah.
Aku kembali ke kamar meneruskan tidur
sebentar. Tapi mata susah terpejam, karena
perut lapar.
Aku turun dan di depan hotel kulihat Paino sudah
stand by di situ. Aku langsung duduk di
becaknya dan aku minta dia mengantar ke soto
Triwindu. Paino banyak bercerita, tentang cerita
si Marni, Kata Marni menurut Paino aku baik
sekali dan duitnya banyak.
Aku jadi teringat cerita film Pretty Woman, aku
jadi seperti orang yang diperankan Richard Gere,
tapi pasanganku bukan ABG melainkan STW.
Selepas makan aku minta diantar Paino ke Grand
Mall. Suasana di Grand Mall, tidak jauh berbeda
dengan mall di Jakarta. Baik model
pengunjungnya maupun situasinya. Lelah
berkeliling tanpa tujuan, akhirnya aku ngopi. Di
tengah lagi asyik mengepul, HP ku berdering, No
lokal yang tidak aku kenal. Ternyata Marni yang
menelepon. Dia bertanya aku sedang dimana.
Kujelaskan posisiku, dia katanya mau menyusul.
Aku menunggunya sekitar setengah jam sampai
melihat Marni bergandengan dengan seorang
ABG, keduanya tampil agak modis juga sesuai
dengan orang-orang di mall.
“Ini mas keponakanku, dia katanya pengin ikut ke
mall,” kata Marni memperkenalkan Indri.
Indri cukup manis, badannya cukup berisi,
kulitnya agak gelap. Umurnya kutaksir sekitar 19
tahun dan rambutnya sebahu lebat dan lurus.
Anak ini jika dirawat, bisa kelihatan lebih cantik.
Apalagi bakalannya sudah memadai, seperti
pantatnya yang padat mirip budenya, pahanya
yang padat berisi dibungkus celana jeans.
Susunya lumayan besar juga untuk anak
seumuran dia. Sayangnya kulitnya agak gelap
jadi masih terlihat ada kesan ndesonya.
Kami mengobrol sebentar, dan Indri ternyata
bukan tipe pemalu. Dia malah minta aku
mencarikan pekerjaan.Dia baru lulus SMA di
kampungnya dan ke Solo mau cari kerja.
“Kenapa gak cari pacar dulu, baru cari kerja,”
godaku.
“Ah cari pacar lebih gampang oom dari pada cari
kerja,” katanya.
Aku jadi tergoda untuk mendandani si Indri
menjadi agak modis. “Mau ngga oom beliin
baju,” kataku menggoda.
“Mau dong,” jawabnya cepat.
Kami lalu beranjak dari cafe menuju salah satu
departemen store. Aku memberinya jatah sejuta
untuk dibelanjakan semaunya. Uangnya aku
genggamkan ke Indri. “Aku juga mau dong
mas,” sambung si Marni. Dia kuberi lagi sejuta.
Mereka berdua berpisah dariku. Hampir satu jam
kemudian mereka berdua menghampiriku.
Bajunya langsung ganti yang baru. Baju yang
lama mereka bungkus. “ Oom uangnya masih
sisa duaratus, mau aku beliin HP, gak papa ya,”
katanya.
Kami lalu naik ke lantai yang banyak terdapat
toko HP. Kami berhenti di salah satu toko yang
kelihatannya cukup lengkap koleksi HPnya. Indri
bingung menghadapi begitu banyak macam,
sementara Marni diam saja. Mungkin dia lebih
bingung lagi jika disuruh memilih. Aku lalu minta
SPGnya untuk menunjukkan HP Nokia yang
featurenya cukup lengkap dengan MP3, Radio,
kamera 2 M. SPGnya lalu menyodorkan HP
warna pink, kalau nggak salah ingat tipenya
supernova. Indri berbisik bahwa harganya
mahal. Dia lalu kubisik bahwa aku yang bayar,
sisa 200 tadi kusuruh dia simpan saja. Aku minta
SPG nya membuka segel kotaknya. Model
HPnya memang ABG banget. Dari modelnya
Indri sudah merasa sreg banget. Alagi dia tahu
bahwa bisa nyimpan lagu-lagu, dengerin radio
dan ada kameranya aku minta sekalian dilengkapi
memory cardnya kapasitas 2 GB. Marni
kupilihkan tipe yang lebih sederhana, karena aku
yakin dia tidak memerlukan MP3, Radio, kamera.
Bagi dia HP cukup yang bisa SMS dan nelpon.
Sekalian aku belikan kartunya Simpati agar kalau
dikampungnya masih ada signal. Si Paino aku
belikankan lagi HP Nokia yang lebih murah lagi,
lengkap dengan kartunya dan langsung
dihidupkan. Ketiga nomor mereka segera aku
simpan di HPku.
Perut sudah mulai lapar lagi, kami meninggalkan
toko HP dan berjalan mencari restoran di Mall.
Indri jadi kelihatan manja kepadaku di jalan
sambil merangkul tanganku, sehingga susunya
menempel di lenganku. Kami terlihat seperti
suami istri dan seorang anak.
Setelah kenyang aku bayar ke kasir. Indri dan
Marni katanya kebelet pipis. Setelah mereka
melepaskan hajatnya, Marni menarikku, dia
berbisik bahwa Indri mau ikut menginap di hotel,
karena katanya dia pingin ngrasai tidur di hotel.
Mereka dari mall mau pulang dulu lalu nanti
Paino yang diminta menjemput mereka.
Aku langsung menuju hotel dengan sebelumnya
menyerahkan HP ke Paino. Si Paino bukan main
girangnya mempunyai HP baru. Katanya dia
sudah lama mengidam-idamkan punya HP agar
langganannya bisa mengontak.
Sesampai di Hotel aku minta Paino menjemput
Marni.
Di kamar aku berpikir, bagaimana dengan
kehadiran Indri, keintimanku dengan Marni pasti
terganggu. Padahal aku berencana
membenamkan diri bersama Marni 2 malam
lagi.
Tidak ada ide dan aku akhirnya pasarah dengan
bagaimana nanti saja. ***
Solo Bersama Marni dan Indri
By Jakongsu
Seperti ceritaku Solo, Surakarta dekat Kartasura
dimana aku berkenalan dengan Marni yang baru
terjun menjadi pemijat, dan aku adalah tamu
pertamanya. Dia lalu membawa keponakannya
Marni yang baru berusia 19 tahun. Hitam manis,
montok dan tingginya sekitar 160.
Pintu kamarku diketuk, muncul dua mahluk
manis, yang satunya Marni yang sudah cukup
akrab karena aku sudah menggumulinya
semalam suntuk dan satunya adalah Indri, yang
tampil dengan pakaian agak seksi, dengan atasan
tanktop wana merah dan bawahan rok blue jean
mini.
mycuteasian_01
Mereka berdua kupersilakan masuk. Kutawari
mengambil minuman sendiri di lemari es. Indri
mengambil kaleng coca cola dan langsung
meneguknya. Terus terang aku tidak punya
skenario harus bagaimana berhadapan dengan
Bude dan keponakannya ini. Indri kelihatan
lincah. Dia dengan manja minta duduk di
pangkuanku dikursi. Aku tentu tidak bisa berbuat
apa-apa. Kecuali diam saja. Tanganku
dilingkarkannya ke pinggangnya.
“Aku sayang deh ama oom, abis baik sekali,
masak baru kenal udah dibeliin baju sampai
sejuta dan HP bagus lagi, katanya sambil
menyandarkan kepalanya ke bahuku. Pipinya
menempel di pipiku dan dia langsung mengecup
pipipku. Marni hanya memonyongkan bibirnya
melihat kelakuan keponakannya.
Aku hanya diam tidak bereaksi. Aku tidak tau ada
kesepakatan apa antara Marni dan keponakannya
Indri.
“Kamu kan udah dapat banyak, sekarang
Oomnya dipijetin gih,” kata Marni
“Ya oom sini saya pijetin,” kata Indri.
Aku diam saja.
Marni lalu memerintahkan Indri membuka
bajuku satu persatu. Mulanya dia agak ragu, tapi
dengan gaya manjanya dia mulai melepas T
shirtku. Sementara aku masih duduk di kursi.
Marni kemudian mengajari agar celana luarku
juga dilepas. Indri tertegun sebentar. Belum
sempat dia berpikir lagi Marni sudah
menginstruksikan agar Indri, juga membuka
kaus singlet ku. Aku ditarik dan diarahkan ke
tempat tidur. Aku menuruti saja dan langsung
tidur telungkup.
Aku merasa pijatan langsung ke punggung dan
bahuku. Melihat cara memijat keponakannya
yang ngawur Marni lalu menginstruksikan agar
memulainya dari telapak kaki. Indri menuruti dan
langsung memulai dari telapak kaki. Marni di
sebelah kiri dan Indri di sebelah kanan.”Maaf ya
Oom maklum aku belum pernah mijet sih,” kata
Indri.
Aku merasa seperti raja minyak dipijat sekaligus
oleh dua wanita.
Tidak lama kemudian keduanya beranjak, aku
tidak mengerti apa yang mereka lakukan, tetapi
aku mendengar mereka masuk kamar mandi.
Ketika keluar keduanya sudah mengenakan
kimono.
Mereka melanjutkan pijatan. Berkali-kali Marni
memberi tahu cara memijat. Aku tidak terlalu
merasakan pijatan mereka kecuali menikmati
sentuhan dua wanita yang berbeda usia dan
terpaut hubungan persaudaraan. Marni lalu
pindah mengajari pijatan di bagian punggungku.
Indri diminta mendudukiku di bagian pinggang
sambil dia memijat punggungku. Aku merasa
bagian celana dalam Indri yang langsung
menempel di punggungku. Aku tidak punya
skenario apa-apa, sebab aku tidak tahu sejauh
apa Marni mengizinkan Indri menservice ku dan
apakah Indri masih perawan atau sudah jebol
aku juga belum tau.
Penisku sudah memuai ditindih Indri. Sementara
Marni memijat kedua kakiku. Kurasakan lama-
lama Indri mahir juga mengurut punggungku,
Cuma tekanannya masih kurang mantap,
mungkin dia agak ragu.
“Gimana oom pijatan Indri enak nggak,”
tanyanya.
“Masih agak kurang mantap,” kataku.
Marni menimpali, “ mungkin si oomnya harus
ajari Indri dulu biar dia tau bagian mana yang
enak dipijat.”
“Lho oomnya pintar mijat toh,” tanya Indri.
“Oom ajari dong ,” pinta Indri serius.
Indri kusuruh tidur telungkup.
Aku mulai mengurut bagian kaki sambil
menjelaskan apa fungsi urutan pada masing-
masing bagian. Aku melancarkan tekanan-
tekanan refleksi, sehingga di beberapa bagian
Indri menjerit kesakitan. Aku jelaskan bagian-
bagian organ mana yang kurang berfungsi baik.
Aku memjat pula bagian yang bisa merangsang
nafsu sexnya di bagian telapak kaki. Pada
mulanya bagian itu terasa agak sakit, karena
mungkin gairahnya belum naik. Aku
membohongi bahwa bagian itu adalah untuk
kelancaran mensturasi.
Sampai bagian simpul saraf rangsangan itu
lemas, menandakan dia mulai pasrah. Aku naik
ke bagian betis sambil terus menerangkan apa
fungsi pijatan di bagian ini. Kuajarkan juga untuk
pijatan nyaman serta pijatan untuk
menghilangkan pegal lalu pijatan refleksi. Aku
sengaja tidak terlalu menekan keras, agar Indri
terasa nyaman. Bagian belakang lutut, aku urut
dan tekan-tekan. Disitu juga ada simpul saraf
rangsangan. “ Aduh oom enak oom pijetannya,
om pinter sekali belajar di mana sih, “ kata Indri
yang sudah mulai terbuai dan gairahnya mulai
meningkat. Sementara itu Marni tiduran di
sebelahnya memperhatikan aku memijat
keponakannya.
Aku mulai menelusuri pahanya. Paha anak ini
terasa kencang sekali, ini menandakan dia masih
perawan. Dugaanku itu kayaknya nanti perlu
dibuktikan . Tanganku perlahan-lahan menelusuri
pahanya dibawah kimono. Indri berkali-kali
membenahi kimononya yang tertarik ke atas
karena gerakan urutanku. Marni dalam bahasa
Jawa memberi tahu Indri agar jangan malu,
kalau mau belajar urut ya harus berani diurut.
Aku mulai memainkan bagian dalam pahanya.
Mulanya dia menggelinjang kegelian. Maklum
masih perawan. Namun lama-lama dia mulai
menikmati dan pahanya makin dilebarkan. Dia
kelihatannya mulai terangsang, karena berkali-kali
mendesis dan menggerak-gerakkan bahunya.
Indri tidak perduli lagi kimononya terangkat
sampai terlihat bagian belakang celana dalamnya.
Bokongnya montok betul. Mungkin karena dia
terangsang atau mungkin mengikuti anjuran
budenya agar jangan malu, atau mungkin juga
karena keduanya, sehingga di tidak perduli lagi
kimononya sudah tersingkap sampai ke
pinggangnya
Aku mulai memainkan jurus-jurus memijat
bongkahan pantatnya. Jari-jari tanganku sambil
melumuri cream menerobos celana dalamnya
bagian belakang. Indri tidak peduli lagi pantatnya
dijamah-jamah. Jurus mengurut bongkahan
pantat ini membuat cewek menjadi sangat
terangsang. Biasanya jika dia sudah terangsang,
sudah tidak peduli lagi oleh rasa malu. Indri
hanya merasakan sentuhan pijatan erotisku.
Jempolku kiri kanan mulai menelusuri belahan
pantatnya sampai hampir mengenai
kemaluannya. Aku berkali-kali menekan dan
mengurut belahan pantat itu. Indri berkali-kali
pula menggerakkan bahunya seperti menahan
sesuatu sambil berdesis.
Setelah dia sangat terangsang aku pindah
mengurut bagian punggung sampai
bahunya.Indri sebelumnya kuminta melepas
kimononya. Indri agak ragu melakukan
perintahku, tetapi Marni langsung menarik dan
membantu membuka kimono itu. Indri tidak
bisa menolak, kecuali nurut saja.
Urut erotis di punggung adalah untuk menjaga
agar gairah yang tadi sudah naik tidak melemah
lagi. Urutan ku menelusuri sampai bagian pinggir
susunya yang melebar karena tertekan tindihan
badannya.
Sambil mengurut aku melepas kancing BHnya.
Indri tidak protes, BHnya dilepas. Dia diam saja.
Aku merasa dia sudah pasrah dalam buaian
gairah yang sangat tinggi.
Kemudian aku memintanya berbalik. Indri agak
rikuh karena BH sudah terlepas sementara
kimono juga sudah terbuka. Tinggal celana
dalam yang masih pada posisi seharusnya dan
BH yang hanya menempel di atas susunya.
Sambil memegangi BH Indri berganti posisi
telentang.
Aku memulai dari ujung kaki, tapi hanya
sebentar lalu pindah ke bagian paha. Indri sudah
tidak mampu lagi menyembunyikan dirinya
bahwa dia sudah terangsang. Jariku masuk
kedalam celana dalam bagian depan dan
mengurut sampai ke bukit kemaluan dan kedua
belah bibir memeknya. Gerakanku seperti
gerakan profesional, sehingga tidak memberi
kesan vulgar.
Sementara itu Marni sudah tertidur .Sesekali aku
menyentuh bagian ujung clitorisnya yang
mengakibatkan Indri menggelinjang.Aku
memusatkan sentuhan jempol kananku ke
bagian clitorisnya. Indri menggelinjang-gelinjang
dan berdesis. Aku memainkan clitorisnya tapi
tidak sampai dia orgasme. Aku sengaja
mengantung, ini yang membuat Indri tersiksa
oleh perasaan yang tanggung dan nikmat itu,
aku berpindah mengurut bagian dadanya.
BHnya aku singkirkan dan muncullah susu
perawan yang kencang dengan pentil kecil dan
aerola yang belum melebar. Aku memulai
dengan pijatan di seputar bongkahan susunya ,
lalu meremas-remas susunya serta memainkan
putingnya. Indri mendesis-desis menahan
gelombang rangsangan dalam dirinya.
Aku kembali turun ke bagian perutnya dan
menekan bagian bawah perut. Bagian ini jika
ditekan, maka pemiliknya akan merasa seperti
kebelet pipis. Aku berkali-kali menekan itu sampai
akhirnya Indri merasa benar-benar kebelet pipis.
Dia minta izin sebentar untuk kekamar mandi.
Ketika Indri bangkit dan ke kamar mandi hanya
mengenakan celana dalam saja, Marni
terbangun.
Indri sudah hilang rasa malunya, sehingga dia
tenang saja berjalan sambil teteknya gondal
gandul. Ketika Indri sedang di kamar mandi, aku
tanya Marni, gimana soal keponakannya. “
Monggo kerso mawon,” kata Marni. Maksudnya
terserah aku saja mau di apain.
Ini adalah sinyal bahwa dia memberi izin aku
menggarap Indri. Marni tidak tahu, apakah
keponakannya masih perawan atau tidak.
Indri dengan tenangnya berjalan santai dengan
hanya bercelana dalam dari kamar mandi
kembali ke tempat tidur dan tidur telentang. Aku
tanyakan, apa mau dilanjutkan apa tidak. Dia
kembali bertanya sudah selesai apa belum. Tentu
aku bilang belum.
Aku kembali mengurut bagian pahanya untuk
memulihkan rangsangan. Sekitar 5 menit gairah
Indri sudah mulai bangkit lagi. Kembali jariku
menelusuri bagian yang tertutup celana dalam
dan sampai akhirnya menekan bibir luar vaginya
dan berakhir di clitorisnya. Indri kembali
menggelinjang.
Marni memperhatikan aksiku merangsang
keponakannya sampai akhirnya dia bangkit dan
membuka celana dalam keponakannya. Indri
pasrah saja karena dia sudah seperti hilang
ingatan.
Rupanya Marni ikut terangsang melihat aksiku.
Dia membuka kimononya dan seluruh pakaian
dalamnya.
Sementara itu aku mulai menstimulir bagian
clitoris Indri. Dia terengah-engah dalam
gelombang rangsangan yang makin memuncak,
sampai akhirnya dia mencapai orgasmenya.
Mungkin dia mencapai orgasme yang
pertamanya seumur hidup, sehingga tanpa
sadar dia menjerit keras sekali ketika gelombang
orgasme menderanya.
Kutekan kemaluannya terasa berdenyut-denyut.
Kemaluan Indri rambutnya lebih lebat dibanding
budenya.
Setelah orgasmenya reda Indri aku ciumi dan dia
membalas kecupan bibirku dengan ganas sekali.
Aku lalu menelusuri ke bawah dan menghisap
kedua pentilnya. Ciumanku terus turun ke perut
dan berakhir di sekitar kemaluannya. Indri
mungkin merasa jengah atau malu ketika
seputar kemaluannya aku kuak lantas aku jilati.
Aku menguak bibir dalam vaginanya untuk
melihat bagian clitorisnya. Terlihat tonjolan
clitorisnya cukup besar dan nyata. Aku segera
membekap mulutku untuk memusatkan jilatan
clitoris . Indri menggelinjang liar, sehingga
terpaksa aku tahan gerakannya. Cewek dengan
clitoris yang menonjol begini biasanya cepat
mencapai orgasme. Benar juga tak lama aku
menjilati itilnya Indri kembali menjerit
menyalurkan gelombang orgasmenya.
Vaginanya yang berada di dalam bekapan
mulutku terasa berdenyut-denyut. Sementara itu
penisku sedang dikenyot oleh Marni.
Penisku yang sudah dalam keadaan keras
sempurna lalu aku arahkan ke liang vagina Indri.
“Oom aku belum pernah gini, pelan-pelan ya,”
kata Indri.
Aku dengan susah payah memasukkan kepala
penisku., sampai akhrinya semua kepala penisku
terbenam. Sampai disitu aku merasa memek
Indri sangat sempit. Aku tekan perlahan-lahan
sampai hampir sepertiga batangku masuk. Pada
posisi itu aku susah maju kerena seperti
menemukan lubang buntu. Aku lalu menarik dan
mendorong kembali dengan gerakan pendek.
Sampai gerakan lancar aku kembali menekan
perlahan sampai batangku tertahan. Aku
berusaha melakukan kontraksi di penisku,
akibatnya penisku bisa maju perlahan-lahan.
Selaput perawan Indri terasa terterobos oleh
penisku sehingga ketika penisku kebenamkan
tidak ada penghalang lagi. Indri tampak
meneteskan air mata. Aku melakukan gerakan
hati-hati keluar masuk. Rasanya sempit sekali
sampai aku tidak mampu bertahan terlalu lama,
meledaklah spermaku ke dalam vagina Indri.
Aku terjerembab lemas. Lalu perlahan-lahan
menarik penisku. Marni dengan sigap menutup
tissu ke lubang memek Indri dan mengusapnya.
Spermaku tercampur darah sedikit, sehingga
agak berwarna merah. Penisku pun ketika di
usap oleh tissu meninggalkan bekas darah
sedikit.
mycuteasian_15
Aku dan Indri dibimbing Marni ke kamar mandi
untuk membersihkan diri. Indri berjalan agak
berhati-hati, karena katanya memeknya perih.
Aku terlebih dulu selesai membersihkan diri lalu
kembali ke tempat tidur .
Badanku lemas dan terasa sangat puas. Tidak
lama kemudian Indri dan Marni keluar dari kamar
mandi dalam keadaan bugil. Indri ditidurkan
disampingku. Sementara aku diminta tengkurap
dan Marni mulai melancarkan pijatan. Aku
tertidur sekejap sampai Marni memintaku
berbalik telentang. Batang penisku agak memuai
mungkin karena pijatan Marni. Ketika telentang
aku tidak lagi dipijat Marni kecuali di oralnya.
Keponakannya menonton aksi budenya
mengoralku. Tanganku sebelah meremas-remas
toket Indri yang sangat kenyal. Oral Marni terasa
piawai sekali sehingga tidak lama kemudian
batangku sudah tegak kembali. Tanpa peduli ada
keponakannya Marni langsung mengangkang
diatas penisku dan tangannya mengarahkan
penis masuk ke rongga vaginanya. Dia bergerak
memutar, maju mundur, naik turun sampai
akhirnya dia mencapai orgasmenya dan roboh
ke badanku.
Lama sekali penisku yang masih keras tertancap
di rongga vagina Marni. Aku melakukan
kontraksi dengan mengedut-ngedutkan, Marni
ternyata mengikutiku dia juga mengedut-ngedut
vaginanya. Aku akhirnya mengatur agar
kedutannya bergantian melalu isyarat ketukan
jari. Lama-lama tanpa isyarat jari kami sudah
lancar berkedut bergantian. Gairah Marni naik
lagi, dia bangkit dan kembali memutar dan
menaik turunkan pinggulnya. Dia tidak mampu
bertahan lama juga karana kemudian sudah
jatuh lagi kepelukakanku dengan orgasmenya
yang menjepit-jepit penisku.
Setelah orgasmenya tuntas sambil terengah-
engah Marni tidur disampingku. Aku diapit Marni
dan Indri.
Aku berbalik miring menciumi Indri dan
meremas susu serta menggapai kemaluannya.
Terasa kemaluannya sudah basah. Rupanya dia
terangsang melihat aksi budenya tadi.
Aku segera mengambil posisi menindihnya dan
berusaha memasukkan penisku kembali. Indri
meringis menahan perih. Relatif penisku lebih
mudah masuk, meski lubangnya masih terasa
sempit.
Aku merasakan sensasi memek yang baru
diperawani. Rasanya menjepit sekali dan nikmat
luar biasa. Aku melakukan gerakan hati-hati dan
pelan. Sensasi jepitan itu membuat rasa nikmat
di sekujur batang penisku. Aku memusatkan
perhatian merasakan kenikmatan itu sampai
kemudian aku ejakulasi di dalam memek Indri.
Tidak banyak mani yang keluar, sehingga tidak
sampai tumpah ketika aku cabut. Aku istirahat
sementara Indri bangkit membersihkan bekas air
maniku. Aku steril, oleh karena itu tidak ada
kekuatiran Indri akan hamil.
Aku tertidur cukup lama dalam satu selimut
bertiga. Aku ditengah dan di kiriku Indri dan di
sisi lainnya Marni. Keduanya memeluku dari kiri
dan kanan. Mereka juga ikut tertidur.
Kami terbangun sekitar pukul 7 malam, terasa
sekali perut mulai lapar. Aku mengontak room
service dan kembali memesan nasi goreng 3
porsi. Hotel ini memang cukup pintar memasak
nasi goreng. Sambil menunggu pesanan datang,
kami memutuskan mandi berendam bersama di
dalam bak air hangat. Pesanan nasi goreng
datang ketika kami sedang asyik berndam. Aku
keluar mengenakan kimono dan menyelesaikan
orderan itu lalu kembali berkumpul di bak air
hangat.
Nikmat sekali rasanya berendam bertiga.
Batangku dipermainkan Indri. Oleh Marni aku
diminta duduk di pinggir bak dan Marni
mengajari bagaimana caranya mengoral
penisku. Penisku pada saat itu masih kuyu.
Namun karena dihisap oleh dua cewek secara
bergantian, akhirnya dia bangkit juga.
Rasanya nikmat sekali, tetapi karena sudah
berkali-kali ejakulasi aku jadi agak susah ejakulasi.
Aksi oral itu aku akhiri dan kami lalu saling
menyabuni masing-masing.
Setelah mengeringkan badan, kami bertiga
langsung menyerbu nasi goreng. Kami makan
tetap dalam keadaan telanjang. Jika suhu terlalu
dingin, AC aku matikan, jika mulai terasa panas
aku hidupkan lagi.
Selesai makan aku masih sempat meneguk
sekaleng bir untuk sekedar menghangatkan
tubuh.
Kami bercengkerama sambil tiduran di tempat
tidur. Aku sempat memperlihatkan peragaan
bagaimana merangsang Marni dan
menuntaskannya dengan melakukan pengolahan
Gspot. Indri sempat terheran-heran melihat
budenya bisa berejakulasi. Kukatakan
kemungkinan Indri juga bisa begitu, tetapi nanti
setelah luka selaput daranya sembuh.
Aku malam itu dilayani pijat oleh dua wanita
bugil sampai aku tertidur. Paginya aku masih
sempat melayani keduanya. Kami masih
menginap semalam lagi bertiga dan
melampiaskan nafsu kami sepuasnya.
Setelah waktunya aku akan kembali ke Jakarta,
Aku sempat membelikan sepeda motor Honda
Bebek baru untuk Indri dan mereka masing-
masing kuberi uang tunai 2 juta.
Aku berjanji akan ke Solo 2 minggu kemudian.
Setiap kali aku ke Solo aku selalu mendapat
layanan full dari kedua wanita itu, sampai
akhirnya mereka berdua aku kawini secara siri.
Aku membiayai kuliah Indri sampai mendapat
sarjana ekonomi. Indri sangat berbakat
marketing, sehingga sambil dia kuliah dia
menjalankan multilevel marketing. Dia kini punya
usaha sendiri dan sudah cukup mapan karena
mampu membeli mobil sedan Honda keluaran
terbaru. Sementara Marni bekerja membantu.
Indri.


Adult | GO HOME | Exit
1/745
U-ON

inc Powered by Xtgem.com