watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

LISI

Lisi adalah pembantu baru di rumahku.
Umurnya baru 16 tahun tetapi bodinya lumayan
bagus, kulitnya kuning langsat dan wajahnya
bisa kuberi point 7 deh.
Setelah 3 bulan dia kerja di rumahku, sudah
mulai ku goda dengan pertanyaan, sudah punya
pacar belum atau dengan pertanyaan-
pertanyaan yang mengarah ke situ dan kalau
kutanya begitu pipinya suka memerah sambil
menunduk.
Pada suatu ketika, istri dan anak-anakku pergi ke
rumah saudaranya dan berencana akan
menginap disana barang 3-4 harian …. Wah
rejeki nih. Jadilah aku hanya berdua dengan Lisi.
Malam pertama, kami nonton tv dan aku ajak dia
cerita tentang pengalaman dia dengan pacarnya
dan karena “kepandaianku” memancing dengan
kata-kata, akhirnya dia mau juga bercerita
tentang pacarnya di kampung yang putus di
tengah jalan karena kawin dengan gadis lain. Lalu
kutanyakan sudah sejauh apa bersama pacarnya
…. dia jawab, baru diremes-remes aja toketnya.
Malam itu, tidak terjadi insiden apa-apa. Ini
memang skenarioku supaya dia bisa merasa
bahwa aku tidak “nakal” ( padahal, dia sudah
berhadapan dengan buaya ……. ).
Ke esokan harinya, sepulang aku kerja, aku
disambut Lisi. Wow, dia pakai baju yang ketat
sehingga tonjolan dadanya terlihat begitu
kencang dan karena kaosnya rendah, aku bisa
juga melihat belahan dadanya. Ini anak kayanya
minta diapa-apain, pikirku sehingga aku segera
mandi, menyegarkan tubuh lalu usai mandi aku
duduk di depan tv sambil menikmati secangkir
kopi dan penganan ringan.
Lisi kupanggil dan ku suruh dia memijiti kakiku.
Diapun duduk di lantai dan memijati kakiku yang
ku naikkan ke atas meja tamu. Sambil memijat,
matanya tertuju ke televise dan aku dapat
melihat belahan toketnya lebih jelas. Ukuran
toketnya 34 dan mulus sekali sehingga dalam
benakku mulai terbayang-bayang nikmatnya bila
bisa ku remas dan ku isap putingnya. Tidak
terasa, batangku mulai mengeras
membayangkan itu.
Lalu mulai lagi aku ajak ngobrol dia tentang
pacarnya. Aku tanya gimana rasanya dulu waktu
toketmu diremas. Dia dengan malu-malu
bercerita bahwa rasanya geli banget dan waktu
ku tanya apakah dia suka diperlakukan begitu, dia
langsung menunduk dan menjawab dengan
mengangguk.
Yeessss, aku bersorak dalam hati ….. bakal
kejadian nih.
Malam harinya Lisi ku ajak makan bersama,
mula-mula dia menolak karena sungkan tetapi
aku jelaskan bahwa tidak usah merasa sungkan
karena kamu sudah menjadi bagian dari
keluargaku ( ngerayu-rayu lah dikit ) dan
akhirnya dia mau. Usai makan, setelah
membereskan semua dia ku ajak nonton tivi lagi
tapi kali ini sudah kusiapkan film semi yang ku
perhitungkan akan mampu membuat dia “on”.
Ketika film dimulai, kusuruh Lisi untuk
mematikan lampu utama dan diganti dengan
lampu remang sehingga ruangan terasa
nyaman-nyaman merangsang.
Ketika film sudah berjalan seperempatnya,
kulihat nafas Lisi memburu dan duduknya mulai
resah, lalu ku minta dia untuk duduk di
sebelahku. Mula mula dia menolak tapi dengan
halus ku gamit tangannya sehingga maulah dia
duduk di sebelahku ( mepet lagi ). Ku biarkan dia
menyaksikan film itu dan ketika ku perhitungkan
dia sudah tambah on, aku kalungkan tanganku
ke bahunya lalu ku tarik perlahan agar dia
bersandar di bahuku …. Eh dia mau ( tidak sadar
rupanya ) dan beberapa saat kemudian aku
daratkan tanganku ke toketnya. Perlahan namun
pasti mulai kugesek-gesekkan tanganku dan Lisi
sempat memberotak tetapi gerakannya tidak
keras sehingga ku bisikkan “ Gak apa-apa, santai
aja Lis “ dan akhirnya dia diam.
Perlahan-lahan dari gerakan menggesek jadi
meremas lembut dan ku susupkan tanganku
lewat lobang kaosnya yang melorot sehingga
tanganku bisa masuk ke celah bh-nya. Kembali
dia memberontak tapi matanya tidak
menunjukkan penolakan tetapi keraguan …..
kembali dia ku tenangkan dan setelah dia merasa
relaks, aku mulai meremas lembut sambil
kumainkan puttingnya.
Ku dengar dia melenguh dan matanya terpejam
sehingga akhirnya ku sosor langsung bibirnya.
Awalnya bibirnya terkatup tapi karena lidahku
dengan semangat 45 terus bermain akhirnya dia
sambut juga lidahku sehingga jadilah lidah kami
berpilin. Tanganku semakin rajin meremas
toketnya dan perlahan ku buka saja bhnya
karena mengganggu. Lisi sudah pasrah,
matanya sudah terpejam dan ketika lidahku
mulai bermain di leher, telinga dan kuduknya …
dia mendesis dan tangannya yang tadi tidak
bereaksi sekarang sudah berpindah ke pundakku
dan mencengkramnya sekaligus.
Perlahan kaosnya kuangkat, dia sempat tersadar
tetapi ketika matanya bertatapan dengan mataku,
kembali dia terpejam sehingga loloslah sudah
kaosnya. Tubuhnya memang masih kencang
dan kembali kuciumi semua, mulai dari bibir,
leher, telinga dan saat ku cucup putingnya, dia
menjerit kecil sambil tangannya mencengkram
belakang leherku ….. naahhh, kenaa deh sorakku
dalam hati.
Setelah kuperhitungkan dia sudah terbuai oleh
permainan lidahku, perlahan tanganku mendarat
ke dengkulnya, ku usap lembut … dia diam saja
lalu tanganku mulai merayap ke pahanya dengan
perlahan … diapun diam saja …. Lidah dan
bibirku tengah menari di perutnya yang sudah
terbuka sehingga dia hanya menyadar pasrah di
sandaran kursi dan saat tanganku tiba di pangkal
pahanya, kurasakan tubuhnya agak menegang.
Kembali kubisikkan, “Tenang Lis, gak apa-apa
koq …. Santai saja” dia kembali pasrah sehingga
mulai ku usap-usap dari luar meqinya. Terasa
seperti agak lebat bulunya tetapi aku belum
memulai gerakan “penyusupan”. Ku buat dia
lebih on dulu …. Jadi kubelai-belai saja dari luar
cd-nya sampai nafasnya semakin memburu dan
tubuhnya semakin lemas, baru ku susupkan
tanganku ke cdnya dan tersentuh sudah bulu-
bulunya. Lisi sudah tidak karuan, kepalanya
bergerak ke kiri ke kanan dan inilah saatnya.
Jemariku berhasil menyentuh daging kecil di atas
lubang meqinya dan ku usap-usap terus hingga
mulai terasa ada yang basah.
“Lis …. Enak gak”, tanyaku.
“Geli Pak … uhhh geli bangetssss …..” jawabnya
sambil mendesah.
“Bapak buka ya celananya …. Gak apa-apa, Bapak
cuma pengen buat kamu lebih geli lagi …. Ya ?”
Lisi tidak mejawab sehingga saat ku tarik cd-nya
pantatnya agak mengangkat memudahkan aku
meloloskan cd-nya, sekalian saja ku lepas kaitan
roknya sehingga sekarang terpampanglah tubuh
ranum gadis 16 tahun yang masih padat.
Kubaringkan tubuhnya lalu mulai lagi ku ciumi
perutnya yang masih rata, kembali dia melenguh
dan tangannya memegang kepalaku dan
meremas rambutku. Saat lidahku mulai
menyentuh bulunya, dia masih mengatupkan
pahanya rapat-rapat tetapi karena gerakan
lidahku terus dan tanganku tak henti-henti
meraba pahanya akhirnya perlahan pahanya
mulai membuka sendiri hingga akhirnya lidahku
sampai juga di kelentitnya …. Kujilati dengan
lembut sambil tanganku meraba-raba paha
bagian dalamnya.
Lisi sudah tidak ingat apa-apa lagi …. dari
mulutnya hanya kudengar dia mendesah desah
dan dadanya naik turun karena nafasnya sudah
memburu.
Aku pun akhirnya mulai membuka kemejaku
tanpa berhenti menjilati meqinya dan setelah
kemejaku terlepas, aku mulai melepas sarungku
sehingga aku hanya tinggal memakai cd dan
batang kemaluanku sudah mengeras karena
nafsuku sudah di ubun-ubun namun aku masih
perlu membuat Lisi benar-benar pasrah jadi
kembali aku melumat bibirnya, lehernya dan
ketika mulutku bermain diputtingnya dan
tanganku mulai membelai-belai belahan
mekinya, Lisi sudah tidak melakukan gerakan
menolak lagi, pahanya sudah terbuka dengan
sendirinya dan tangan kanannya sudah
memeluk bahu telanjangku.
“Lis, di kamar yuk ….” Bisikku
“Pak … oooohhhh …. Lisi takut …… duuuhhhh
…..” jawabnya setengah meracau karena lubang
meqinya tengah ku gesek-gesek dengan jariku.
“Gak apa-apa, Bapak gak kan menyakiti kamu ….
Tenang aja” bisikku dan karena dia diam lalu ku
bopong tubuh telanjangnya ke kamarku.
Pintu sudah tidak ku tutup lagi karena memang
kondisi aman terkendali sehingga saat Lisi sudah
ku baringkan di ranjang, aku naik ke ranjang
sambil meleps cd-ku. Batang kemaluanku
langsung berdiri tegak keras sempurna.
Kembali bibir Lisi ku lumat dan toketnya ku
remas dengan lembut … lidahnya membalas
tarian lidahku lalu perlahan, ku gamit tangannya
untuk memegang batang kemaluanku. Mula-
mula dia ragu tapi akhirnya dia pegang juga.
Awalnya tanpa gerakan, batangku dia pegang
saja dengan kuat lalu aku ajari dia bagaimana
cara memegang dan memaikan batang
kemaluan lelaki. Akhirnya gerakan tangannya
mulai enak … sehingga kami sudah benar-benar
melakukan foreplay yang mantap.
Kuajak dia main posisi 69 dengan memintanya
naik ke atas tubuhku. Awalnya dia menolak
karena ogah mengulum batang kemaluanku
tetapi ketika mekinya mulai kujilati, dia pun
akhirnya mau mengulum batang kemaluanku ….
Gerakan awalnya sempat membuatku kaget
karena giginya menggesek keras lalu ku beritahu
agar giginya jangan turut “berpartisipasi” …. Dia
mengerti ( rupanya adegan di film tadi sempat
terekam di benaknya … he he he ) maka jadilah
posisi 69 kami berjalan dengan panas.
Ah … ternyata dia masih perawan saat ku
bebengkan lubang mekinya jadi lidahku tidak
bergerak terlalu dalam.
Saat posisiku sudah berpindah lagi menindih
tubuh telanjangnya, aku bertanya “Lis … kamu
masih perawan yaa” tanyaku.
“Iiiyaaa …. Pak …. Aduuuuhhh …. Pakkkk …..
jangan yaaaa Pak …. Lisi takut hamil …..
aaaahhhhh “ jawabnya sambil mengocok
batangku.
Aku kasihan …. Sungguh, niatku juga kalau
memang dia masih perawan, maka aku tidak
akan merusaknya, cukup kumainkan saja tubuh
telanjangnya.
Akhirnya kami bercumbu terus, saling remas,
saling melumat dan ketika nafsuku sudah ke
ubun-ubun, aku mulai tempelkan kepala batang
kemaluanku ke belahan mekinya.
“Paaakkk ….. jangan …. Oooohhhhh” rintihnya.
“Gak Lis, bapak cuma gesek-gesekin aja …. Buka
pahamu biar enakkk ….” Jawabku. Lisi pun
melebarkan pahanya sehingga kepala batang
kemaluanku menempati posisi yang pas.
Ku gesek-gesekkan terus kepala batang
kemaluanku ke belahan mekinya yang sudah
banjir oleh air liurku dan cairan kentalnya.
Beberapa saat kemudian, tubuh Lisi mengejang
….” Pppaaakkkkk ,,,,,,,,, addduhhhhhh ……
ahhhhhhhh” racaunya. Aku tahu dia sudah
mencapai puncak orgasmenya dan aku terus
menggesekkan kepala batang kemaluanku ….
dan ketika aku mulai merasa mau meledak, aku
kocok batang kemaluanku dan …..ahhhhh …..
crooootsss …… crooooottttssss ….. crooottttssss
…. Muntalah lahar panasku menyirami perut,
dadanya Lisi …….
Tubuhku yang sudah berkeringat ambruk di
sebelah tubuh telanjang Lisi. Ku kecup bibirnya
sambil mengucapkan terima kasih.
“Pak …, Lisi masih perawan kan ?” tanyanya
takut-takut.
“Iya, Sayang, kamu masih perawan karena tadi
batang kemaluan Bapak tidak masuk ke lubang
ini …” sambil ku raba mekinya. Dia
menggelinjang sambil tersenyum lalu ku peluk
dia, ku cium bibirnya.
“Gimana rasanya tadi, Lis ?” tanyaku.
“Geli banget, Pak … sampai pipis Lisinya”
“Kamu bukan pipis Lis … tapi itu yang disebut
orgasme. Kalau sedang begituan dan gelinya
sudah tidak ketahan nah seperti itulah rasanya,
sama dengan Bapak … cuma bedanya kalau
Bapak keluar cairan mani yang seperti itu ….”
jawabku.
Lisi melihat cairan maniku yang berhamburan di
dada dan perutnya.
“Itu bisa jadi anak ya Pak … ?” tanyanya.
“Iya tapi kalau dikeluarkan di dalam lubangmu”
jawabku sambil mencubit gemas hidungnya.
Kami semakin akrab saja di ranjang dan dia tidak
malu-malu lagi menciumku, meremas batang
kemaluanku yang sudah lemas.
Kami kemudian mandi berdua malam itu lalu
seusai mandi kami nonton film yang sempat
terputus oleh “kenakalan” kami dan kembali lagi
kami lakukan cumbuan lagi hingga akhirnya
kami tertidur kelelahan dalam keadaan bugil ….
sampai pagi.
Selanjutnya, bila di rumah sedang sepi, aku bias
bercumbu ringan dengannya dan kalau istriku
sedang ke rumah saudaranya dan menginap
disana bersama anak-anakku, maka kami bisa
bercumbu bebas, di kamarku, di kamarnya atau
di ruang keluarga.
Satu tahun setengah kami sering lalukan itu dan
akhirnya Lisi dipanggil oleh orang tuanya untuk
dinikahkan.


Adult | GO HOME | Exit
1/824
U-ON

inc Powered by Xtgem.com