watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

TERJADILAH

Dia sebenarnya bisa dibilang pembantu bisa
dibilang setengah pembantu. Namanya Ani,
biasa kupanggil Mbak karena lebih tua 3tahunan.
Telah bersama dengan keluarga kami selama
lebih kurang 15tahunan, saat aku berumur
5tahun. Mbak Ani merupakan sosok wanita yg
keibuan, dengan wajah manis ( nilai 7 ); rambut
sebahu lebih; kulit agak putih; badan cukup berisi;
penuh perhatian pada kami yg ber 4 ini. Ukuran2
tubuhnya nanti aku jelaskan.
Sudah sewajarnya bila kami yg masih kecil -
kecil ini dimandikan olehnya. Terkadang Mbak
Ani ikut mandi juga, walo masih berpakaian
lengkap. Sempat terpikir juga olehku "kenapa
Mbak Ani masih pakai baju kalo mandi..apa gak
tambah repot.." Tapi pikiran itu tak mungkin
kusampaikan pada siapapun, bisa dianggap ada
apa2 nanti. Entah mengapa ( menurutku )
perhatian Mbak Ani padaku terasa lebih daripada
dengan saudara2ku yg lain. Semenjak umur
8tahun, Mbak sudah tidak memandikan aku.
Karena rasa malu mulai ada, sudah besar kok
masih dimandiin. Bila sedang ikut mandi, jelas
tercetak bentuk badannya walo masih
berpakaian lengkap. Kadang pakai daster kadang
baby doll. Dengan telaten dia menyiramku,
menyabuni dan mengeringkanku. Saat memakai
daster atau baby doll yg berleher rendah dan
sedikit lebar, tentu saja sedikit terlihat belahan
dadanya. Tapi karena aku masih tidak tahu apa2,
yg terbersit hanyalah "lho..kethok susune sithik..
( keliatan susunya dikit )".
Sekian tahun berlalu. Mbak Ani tetap setia dengan
keluarga kami. Hanya saat ia berusia 17,
dikawinkan orang tuanya. Sayang, cuma
bertahan setahun. Yg sering berada di rumah
hanya aku dan adik terakhir.
Hari itu Mbak Ani memakai daster kuning cerah.
Hanya yg membuatku agak surprise adalah
panjang dari daster itu, hanya di atas lutut
sedikit. Jadi wajar kalo pikiranku melayang2,
sebab selama ini belum pernah melihatnya
dalam kondisi seperti itu. Terlebih aku sudah
berumur 18. "Mbak Ani ternyata tubuhnya ok
juga. Atas bawah depan belakang. Berapa ya
nomer bh-nya?warna cd-nya?" Beragam
pertanyaan nakal hilir mudik di pikiranku. Orang
rumah tinggal aku, semua sibuk entah ke mana.
Daripada sumpek aku putuskan menyalakan tv
plus vcd xxx. "Kan gak ada orang sama sekali.
Mbak Ani sibuk di belakang. Mbak Nur lagi
pulang. Paling sore atau malem pada pulang
semua. Gak ada salahnya puter xxx..hi3x," begitu
pikirku. Film itu berdurasi 2jam. Menit2 awal
belum ada adegan panas. Ku pause sejenak
untuk bikin es sirup. Mbak Ani kulihat masih cuci
bajunya sendiri. "Apa mungkin ya Mbak mau
nemenin aku nonton..nanti dilaporkan
ortu..wahhh..bisa dirajam aku. Ahh..iya atau
tidak..nekat aja". Aku langkahkan kaki ke tempat
cucian. Mbak Ani sedang menyampirkan
baju2nya di kawat biar kering. Saat
menyampirkan, daster itu terangkat lebih tinggi
dari normalnya. Makin dagdigdug hatiku.
Kupasrahkan apa yg terjadi. "Mbak..mo nemenin
aku nonton filem..?" "Ha..filem..boleh..tak
selesain dulu ya Mas".
Mbak merespon ajakanku sambil tetap menata
letak baju2nya dikawat jemuran. Daster itu
sedikit mencetak tubuhnya, di dada;paha dan
pantat. Aku cepet2 bikin es sirup lalu balik ke
ruang tv. Tak berapa lama kudengar langkah kaki
Mbak Ani. Kulirik, "lho masih pake daster itu..kan
agak basah". "Mbak gak ganti dulu..masuk angin
lho". "Gak pa2 Mas..paling sebentar liat filemnya.
Abis itu aku mandi".
Kulanjutkan filemnya. Kami duduk bersebelahan.
Mbak Ani duduk bersila. Dengan ekor mata
kulirik pahanya yg makin keliatan. Filem berjalan
lagi. Masih ngobrol ngalor ngidul. Menginjak
pemeran cwek dan cwok mulai berpegangan
tangan dan berciuman si Mbak berkata
"Lho..filem apa ini Mas..nanti ketauan Bapak Ibu
lho". "Gak pa2 Mbak..kan udah besar. Filemnya
juga tak sembunyiin kok..hi3x". Mbak Ani cuma
geleng2 kepala. Filem tambah panas. Pemeran
cwek mulai mendesah2 saat leher dan pantatnya
mulai dirangsang. Akupun mulai gelisah
duduknya. Kubetulkan letak titit yg mulai
bangun. Mbak Ani mulai naik turun napasnya.
Aku bangkit dari duduk. "Mas mo ke mana..ini
belum selesai". "Mo ambil es sirup di meja
Mbak". "Ooo..tak pikir ke mana". Es sirup lalu
kuletakkan di sebelah kiriku.
Entah mengapa saat itu naluri dan nafsu mulai
mengalahkan akal sehatku. Kuberanikan diri
duduk makin mendekat. Mbak Ani tetap dengan
posisinya. Pemeran cwek mulai ditelanjangi.
Ukuran dada cukup besar. Vaginanya tidak
berambut. Sang cwok masih bercelana dalam.
Tangan si cwek masuk ke cd cwoknya.
Meremas dan mengocok. Aku tambah gelisah.
Mungkin karena liatnya dengan Mbak Ani yg
manis. Duduk Mbak Ani mulai tidak teratur.
Kadang bersila kadang diluruskan. Hal2 yg malah
membuat dasternya tambah naik ke paha.
Mungkin karena dorongan setan yg tambah
kenceng, aku duduk di belakang Mbak Ani.
Seperti yg sudah kubilang, aku merasa perhatian
si Mbak lebih padaku. Ditambah setan2 yg
mengitari kami, aku makin mendekatinya dan
kulingkarkan dua tanganku di pinggangnya.
"Ohh..Mas..ngagetin aja". Aku yg kaget malah.
"Kok Mbak gak marah ato langsung pergi pas tak
peluk..", aku bingung plus seneng sih.
Pertanyaan itu tak henti2nya berputar di
benakku. Sambil tangan melingkar di pinggang
Mbak Ani; tapi tak erat..masih takut kalau2 ia
marah; "Kenapa ya Mbak gak pergi atau negur
aku..Gimana nih..Ahhh...". Jarak antara kami
sudah dekat tapi masih ada sela 2-3cm. Aku
belum berani bener2 dekat, apalagi kalo Mbak tau
jika tititku makin membesar. Sekarang si cwek
mengajak pasangannya untuk ber-69. Hatiku
makin bergetar dan aku yakin si Mbak pun
demikian. Ukuran penisnya standard bule,
17-18cm; lumayan montok. V-si cwek tak
berambut; sedikit merah; entah masih rapet atau
gimana dan mulai basah. Si cwek mulai menjilati
kepala penis, sedang cwoknya membuka sedikit
v pasangannya dan menjulurkan lidahnya;
menjilati bibir dalam. Sang cwek mengecup-
ecup kepala penis, cwoknya berusaha mencari
klitoris. Vagina itu makin basah sedang kepala
penis mulai berkilat. Dengan kuat, tangan si cwek
memegang batangnya dan mulai
mengemutnya. Oouughhhh..masuk hampir
semuanya.
Penisku makin besar dan memanjang pula
rasanya. Mbak Ani seakan kering
tenggorokannya sebab kulihat beberapa kali
menelan ludahnya. Tangannya ditangkupkan di
kedua tanganku yang memeluknya.
"Duhhh..Mbak ngrespon atau cuma karena kita
deket aja nih...??" Benakku berseliweran aneka
pertanyaan. Kulihat dari balik pundaknya,
ketinggian daster itu sekarang tinggal
seperempat paha. "Bah...sido opo gak..bablas
ae.. ( biar..jadi atau gak..lanjut aja )". Dudukku
sekarang tak berjarak, alias rapat. Kupeluk dirinya
makin erat, tapi bukan membekap. Mbak Ani
diam saja, hanya dua telapakku digenggam dan
sedikit diremas.
Mereka sekarang mulai masuk adegan penentu.
Si cwek menaiki cwoknya. Dengan lembut
sebelah tangannya menata penis pas di jalurnya.
Sedang si cwok membelai lembut rambut, turun
ke dada untuk meremas susu dan pentil2nya.
Kepala penis mulai masuk. Si cwek
menengadahkan kepala, seakan begitu
menikmatinya, begitu seksi. Dua tangan si cwok
menyusuri punggung dan berhenti di pantat
seksi si cwek. Diremasnya, dan digoyangkan
maju mundur, walo masih pelan. Kepala penis
itu makin masuk dan hanya disisakan 1cm, entah
mengapa. Rambut si cwek melambai lembut,
ketika ia menundukkan kepala rambutnya pun
menyentuh dada bidang, mencium ganas sang
cwok. Dengan hentakan pelan, dilesakkannya
penis yg tinggal 1cm, tak bersisa jarak. Keduanya
makin bergoyang kuat dan kencang.
Begitupun hati kami. Iseng, dua tangan Mbak Ani
kuletakkan di dua pahaku. Tangan kananku
mencari pusar Mbak Ani. Ketemu. Kulingkari
pelan2. Sedang yg kiri mengusap2 perut. Mbak
meresponnya dengan meremas serta
mengusap pahaku yg bercelana pendek.
"Ahh..Mbak bereaksi nih.." Buru2 tangan kiriku
membenarkan titit yg masih di sarangnya yg
agak miring ke kiri. Benda itu mengganjal tepat di
tengah tulang pantatnya. Aku yakin kalo Mbak
merasakannya. Entah sudah menit keberapa dan
mainnya seperti apa filem itu. Karena kamipun
mulai asyik bikin adegan sendiri.
Kutiup lembut belakang lehernya, berulang.
Mbak mendesah dan sedikit menggelengkan
kepala. Kali ini punggungnya yg mulus kutiup,
berulang juga. "Mas..ngapain sih tiup2..geli tau".
Walo protes tapi nadanya manja. "Mbak..gimana
ya rasanya gituan..?" "Gituan apa..ooh..yg di
filem itu..yaaa..enaklah. Emang Mas belum
pernah..?" "Belum Mbak..kalo...", belum sempat
melanjutkan kata Mbak menyela
"Aaahhh..mosokkk..gak percaya aku".
"Yahhh..Mbak..mana berani aku. Selama ini
onani thok. Kan kalo mau itu jelas ke lokalisasi
atau panti pijet. Lha aku belum ada keberanian
dan duit yg jelas". Panjang lebar aku
beragumen. "Hebat dong bisa nahan.." "Yaa
ditahan2in sih..he3x". "Mbak masih inget
rasanya..?" Entah keberanian menanyakan itu
timbul dari mana. "Eemm..udah nggak..kan
udah setaun. Dan lagi asyik kerja jadi gak mikir
itu.." "Oooo..", hanya itu sahutanku. "Emang
kenapa Mas tanya itu?" "Gak pa2 Mbak..cuma
nanya..". Dengan kenekatan dan keberanian yg
makin bertambah, tangan kananku berjalan ke
atas. Sedikit menyentuh dadanya. "Eehhmm..",
Mbak bereaksi dengan berdehem pelan, tapi
cukup mengagetkanku. Berhenti. Kusentuh lagi
dadanya. Tidak ada reaksi. Tangan kiriku
menyusuri pinggang dan sedikit menyentuh
pantatnya. "Mas..mulai nakal yaaa..". Hanya itu
yg diucapkan, tapi tidak ada penolakan tubuh.
Kepalang tanggung, kuremas sedikit susu
kirinya, walo masih terbungkus daster dan bh.
Mbak Ani mulai menggeliat dan desahnya
meningkat. Kali ini aku benar2 yakin kalo Mbak
ingin kembali merasakan kehangatan lelaki.
"Maasss...kok tambah nakal yaaaaa..". Dua
pahaku makin dicengkeram. Kali ini kaki dan
pahaku kususupkan di pahanya, seperti
memangku tapi masih duduk di lantai. Mbak
mengangkat sedikit tubuhnya agar apa yg
kumaksud dimengerti. Dua pahanya menindih
paha kiri kananku. Yg artinya panjang daster itu
tinggal beberapa senti saja.
Kali ini ganti yg kanan kuremas dengan tangan
kiriku. Sedang tangan kananku meremas
pinggang dan pantatnya, yg kutingkatkan
kecepatan serta kekuatannya. Mbak mengusap2
paha kirinya sendiri sedang yg kanan
mengusap2 paha kananku. Kukecup pelan
belakang telinganya. Ia makin menggelengkan
kepala. "Masss..geli kan...". Kukecup belakang
leher dan punggungnya. Dicubitnya paha kiriku.
"Aduhhh..atit kan...". "Biarin..dibilang geli juga..".
Sekarang tangan kiriku menyusup ke celah
daster dari ketiaknya. Kuremas dan mulai
mencari pentilnya. "Aaahhh....Mmmaaass mau
ngapain sssiihhhh..". Tangan kanannya malah
naik ke paha kananku dan hanya berjarak 1cm
dari gundukan kebanggaanku.
Mungkin masih malu atau menahan diri. Berhenti
di sana. Kuintensifkan remasan di susunya. Mbak
Ani mulai berkeringat banyak. Kali ini tangan
kananku kuberanikan menyusuri paha kanannya.
Terus. Dan menyentuh pinggiran depan cd-nya.
Berhenti, belum berani kuteruskan. Tangan
kanan Mbak mulai disentuhkan ke tengah
celanaku. Dan diremas serta dielus2nya. Aku
seneng bukan main. Rencana yg kususun tiba2
ternyata berjalan sangat baik. Tangan kiriku
kutarik keluar. Daster sebelah kiri kuturunkan
sedikit. Kutarik tubuhnya agar bisa kukecup
pundak kirinya. Kepalanya miring ke kanan,
digoyangkan lembut. Ternyata bh-nya warna
hitam, one of my fave. Hasratku makin
melambung. Kuturunkan terus daster sebelah
kiri. Mbak membantu dengan melepaskan
tangan kanannya dari tonjolanku dan meloloskan
daster sebelah kiri.Kini pundak dan punggung
kirinya terlihat. Kukecup2 terus area itu.
"Mmmasss..mau liat Mbak telanjang..??" Aku tak
menjawab, "Heeh..". Tangan kanannya kembali
mengusap, meremas penisku. Sedang tangan
kananku sedikit demi sedikit mendekati bagian
depan cd-nya. Ketika sampai, kurasakan lembab;
hangat dan seperti berair. Penisku makin
diremasnya walo masih dibungkus celana dan
cd. "Ooohh...ssshhhtttt..Mmmaass...kok gini
sihhhhh...". Kutarik ke bawah tali bh yg kiri.
Karena belum tau apa2, agak kesulitan aku.
"Daster kanan diturunin juga Masss...".
Lha..malah Mbak yg kasih komando..malu aku.
Diturunin sendiri yg kanan. Kini seluruh bagian
belakang tubuh atasnya telah terbuka. Kali ini
tanpa komandonya kucari sendiri kait bh-
nya..ketemu. Tes..lepas sudah. Mbak
melepasnya sendiri.
Belum kulihat bentuk susunya. Mbak terlihat
berkilat karena keringatnya terkena sinar lampu.
"Sekarang Mas mau apa lagi..??" Aku tak
menjawabnya. Kutangkupkan dua tanganku di
dadanya. Mbak Ani menoleh ke belakang dan
tersenyum, manis sekali, hanya itu.
"Duh..ternyata susu itu apalagi punya Mbak
begitu padat dan lembut". Kuremas2 pelan. Mbak
makin meremas penisku. Tangan kirinya
disusupkan masuk celanaku. Masuk ke cd-ku.
Kurasakan pentil2nya mengeras dan
memanjang. Kuputar2 dan kupencet2 lembut. Ia
makin mendesah dan menggeliat2. Karet
celanaku mulai diturunkan. Aku membantunya
dengan melepas sendiri celanaku. Tangan
kananku kuperintahkan menuju cd-nya. Kuusap2
lembut dan berputar.
"Ooohhhh...Mmmasss...kamu nyiksa
akkkuuuu". Kuselipkan dua jariku ke balik cd-nya.
Ternyata rambutnya tidak begitu lebat. Bibir luar
mulai kena.
Tangan kirinya masuk ke cd-ku. Diturun dan
naikkan ke batangku. Tangan kiriku menurunkan
daster yang telah di pinggangnya. Mbak Ani
berdiri sedikit dan lepaslah dasternya. Cd Mbak
Ani satu warna ternyata. Aku tak mau kalah,
melepas pula cd-ku. Penisku benar2 tegak,
mengacung. Mbak sedikit membesarkan
matanya, mungkin kagum. Dari samping terlihat
bentuk susunya. "Mbak..susunya bagus deh..".
"Ahh..gombal.." "Bener Mbak..." Mbak hanya
tersenyum lebar, bangga.
Kami duduk berhadapan sekarang. "Nah..Mbak
sudah bugil sekarang. Mas mau apalagi.." Aku
belum menjawab, menelan ludah, fokus pada
susunya. Pentil dan areolanya coklat.
"Mbak...ukuran berapa ini..", sambil kusentuh
pentilnya. "34b Mas..eh..belum jawab kok
nanya...". Kuarahkan mataku ke bawah.
Vaginanya berambut sedikit; agak tembem;
berwarna sedikit hitam. "Ajarin cium dong..".
"Hmmm...bisa juga". Mbak memajukan tubuh.
Membuka bibir. Reflek aku pun membuka bibir
pula. Hangat. Nafas kami menyatu. Ciumannya
lembut dan penuh penghayatan.
Sedikit2 gigiku mengenainya, maklum belum
pernah. Tangan kanannya membelai kepalaku.
Yg kiri mengusap2 punggungku. Aku
meresponnya dengan meremas2 pantat dan
mengusap - usap punggungnya. Makin lama
ciuman kami makin ganas. Saling sedot lidah.
Kepalaku ditekannya. Tangan kiriku mengusap2
vagina sedang yg kanan kembali bermain susu.
Tangan kiri Mbak Ani menaik turunkan batangku.
Hampir 10 menit kami berciuman. "Ooohh...",
Mbak Ani melepaskan bibir dan mendesah
kencang. Kutarik kembali kepalanya. Jari telunjuk
kananku memasuki liangnya. Mbak Ani merem.
Genggamannya makin kuat dan kecepatan naik
turunnya makin bertambah. Tingkat kebasahan
vaginanya makin tinggi. Kukecup lehernya,
kadang kugigit. Tangan kanannya meremas2
pantatku. Kutambah satu jari lagi. "Aadduuhhh
Mmmmaaassss...hhhhmmmm". Tak kusangka,
tubuhku didorongnya hingga aku telentang di
karpet. Kepalanya langsung menuju penis.
Dikecup dan dijilati. Kepala penisku bagai permen
baginya. Aku hanya bisa membelai dan
meremas kepalanya. Anganku terbang tinggi.
Dimasukkannya seluruh batangku.
"Oooohhh...Mmmbbbaaakk...". "Rasain...salah
sendiri ngusilin orang...", sambil tetap
mengemut. "Habisss...aku sayang Mbakkkkk..".
Ia tidak menjawab, hanya melihatku dan
tersenyum. Cantiknya saat itu. Mbak menaikkan
tubuhnya. Rambutnya berjalan pelan di paha;
perut; dadaku...so sexy. "Mas..jangan bilang
siapa2 ya tentang ini dan...aku juga sayang Mas
sejak lama...". Aku terenyum bahagia.
"Sekarang...kupersembahkan sayangku
untukmu Mas..". Begitu Mbak Ani selesai berkata,
aku diciumnya lembut sekali dan lama. Aku
pegang kepalanya dalam2. Ternyata, posisi
tubuhnya sudah tepat di tengah batangku.
Tangan kirinya memegang batangku. Digeser2
pelan di vaginanya. "Aaddduhhh
Mmmbbbaakkk..".
Aku yg belum pernah merasakan gesekan awal,
hanya bisa merintih.
Pelan, kepala penisku masuk. Mbak sedikit
merem sambil menggigit bibir. Batangku serasa
dialiri listrik lembut tapi menggetarkan hati.
"Ooouufffffsshhhttt...mentok Mmmmasss...".
Memang kurasakan penisku menyentuh dinding
paling akhir. Mbak berkata itu sambil
merebahkan diri. Kubelai rambut dan kepalanya.
"Makasih banyak ya Mbak...". Ia mengangkat
kepalanya dan menciumku. Sambil mulai
menggoyang pelan tubuh bawahnya. Aku
makin tak karuan. Kedua tanganku hanya
tergeletak pasrah. Dua tangan Mbak Ani
memegang lembut pipi kiri kananku. Aku
tersadar. "Kalo begini...aku bisa keluar cepet...".
Sambil tangan kanan menarik kepala Mbak,
kucium dalam2. Yg kiri meremas2 susunya.
Goyangan Mbak makin menjadi.
"Aaahh...aaahhhh..Mmmmassss...aaakkkuuu
juga terrriimma
aa kaasssihhhh...". Kami berciuman dan saling
sedot lidah.
Kadang Mbak menengadahkan kepala dan
merem saat kusentak sedikit penisku ke atas.
"Ooo...Mbak makin enak kalo tak begitukan
terus". Setiap 2 menit kulakukan lagi.
"Mmmmassss..kkkkkammmuuu kookkkk
ppiintterrr sssiiihhhh"
Aku juga mati2an bertahan agar tidak jebol dulu.
Mbak naik turun maju mundur makin cepat.
Pentilku digigit pelan dan kadang mencakar dada.
"Aduh...atit kan Mbak.." "Sukurin...".
"Ayyyyoooo Mmmmmassss...aaakkkuuu mau
sssammpaiiii..."
"Tunggguuuu Mmmbbbaaakk...aaakkkkuuu
jjjuuugggaa..."
Aku menyentakkan penis makin cepat, Mbak Ani
pun berputar makin liar. Tiba2 ia menegakkan
punggung; menghentakkan pantat ke bawah dan
dadaku dicakar. "Oooooohhhh....Mmmm
aaassss.....". Kurasakan ada aliran air hangat dan
lembut yg
mengaliri batangku. "Inikah orgasme cwek..?"
Aku tak mau ketinggalan. Pantat Mbak makin
kuremas, kugerakkan maju mundur. Selang
1menit, "Mmmbbbbbaaaakkkk.....oooohhhhh"
Kusemburkan dalam2 cairanku. Mbak Ani
memelukku erat.
Akupun demikian. Tubuhku sedikit terhentak2.
Kurasakan banyak maniku yg menyembur di
kedalaman vaginanya.
Sekitar 5menit kami berpelukan. Kudengar isak
tangis pelan.
"Kenapa Mbak...maafin aku ya Mbak...aku bener2
sayang sama Mbak.." Mbak Ani tak menjawab.
Isak itu makin kuat.
Kubelai2 rambutnya. Cukup lama. "Nggak
Mas..aku yg minta maaf. Sudah ngajari yg
enggak2 dan ngambil perjakamu Mas..". "Nggak
Mbak..aku seneng Mbak yg ngajari pertama kali.
Sudah lama aku menginginkannya". Kuangkat
kepalanya. Kutatap mata bening dan basah itu.
Kukecup lembut sekali bibirnya, hangat dan
dalam. Mbak Ani melakukan yg sama. "Aku tau
Mas...". Damai sekali saat itu.
"Mbak..nanti kalo hamil gimana..kok nggak
dilepas2 penisku?" "Bentar lagi Mas..aku masih
pingin penismu di dalam. Aku nanti beli obat
antinya di apotik depan. Mas sendiri sih yg
mulai..", sambil menyentil ujung hidungku. Ia
tersenyum manis dan sedikit kelihatan giginya
( kalian bisa membanyangkannya tho.. ).
"He3x..Mbak juga ngrespon...", aku gak mau
kalah debat, sambil menggigit ujung hidungnya.
Kami serasa pasangan kekasih yg sedang
memadu asmara. "Mandi yok Mas..", ajaknya
kemudian. "Mandiin kayak dulu ya..." "Iya Masku
sayang...." Mbak Ani bangkit dan mengelap
vaginanya dengan dasternya. "Banyak sekali
mani Mas.." "Kan artinya sayang.." Penisku
dilapnya juga. Sayangnya kami tak kan bisa
bersatu.
Walo begitu hingga saat ini rasa itu masih ada.
Entah berapa kali kami memadu nafsu dan
untungnya tidak ada orang rumah yg
menciumnya.


Adult | GO HOME | Exit
1/1128
U-ON

inc Powered by Xtgem.com