watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
nakalnya tante tanteku

Namaku Anto, aku tinggal bersama pamanku di
Jakarta. Dia adalah salah satu contoh orang sukses.
Mempunyai 6 orang istri yang cantik-cantik. Istri
pertamanya bernama adalah Tante Endang usia 45
tahun, kedua Tante Rani usia 42 tahun, ketiga Tante
Yani usia 39 tahun, keempat Tante Rina usia 37
tahun, kelima Tante Ratna usia 35 tahun, dan
terakhir Tante Rini 33 tahun.
Pada suatu hari ketika akau ke villa, aku menemukan
album foto di kamar Tante Yani, yang ternyata berisi
foto bugil Tante-Tanteku. Kubolak balik foto-foto
tersebut yang menampakkan tubuh-tubuh telanjang
Tante-Tanteku, walaupun ada yang ssudah
berumur diatas 40 tahun seperti Tante Endang dan
Tante Rani tapi tubuh mereka tidak kalah dengan
keempat istri muda yang lain. Membuat aku
terangsang dan ingin merasakan hangatnya tubuh
mereka. Hingga ada ide gila untuk memperalat
mereka melalui foto-foto tersebut. Mulai kususun
rencana siapa yang pertama aku kerjain, lalu kupilih
Tante Tante Endang (45 tahun) dan Tante Rina (37
tahun).
Aku telepon rumah Tante Endang dan Tante Rina.
Aku minta mereka untuk menemuiku di villa
keluarga. Aku sendiri lalu bersiap untuk pergi ke
sana. Sampai disana kuminta penjaga villa untuk
pulang kampung. Tak lama kemudian Tante Endang
dan Tante Rina sampai. Kuminta mereka masuk ke
ruang tamu.
"Ada apa sih Anto?" tanya Tante Endang yang
mengenakan kaos lengan panjang dengan celana
jeans.
"Duduk dulu Tante," jawabku.
"Iya ada apa sih?" tanya Tante Rina yang
mengenakan Kemeja you can see dengan rok
panjang.
"Saya mau tanya sama Tante berdua, ini milik
siapa?", kataku sambil mengeluarkan sebuah
bungkusan yang di dalamnya berisi setumpuk foto.
Tante Endang lalu melihat foto apa yang ditunjukkan
olehnya.
"Darimana kamu dapatkan foto-foto ini?" tanya
Tante Endang panik mendapatkan foto-foto
telanjang dirinya.
"Anto.. apa-apaan ini, darimana barang ini?" tanya
Tante Rina dengan tegang.
"Hhhmm.. begini Tante Endang, waktu itu saya
kebetulan lagi bersih-bersih, pas kebetulan dikamar
Tante Yani saya lihat kok ada foto-foto telanjang
tubuh Tante-Tante yang aduhai itu," jawabku sambil
tersenyum.
"Baik.. kalau gitu serahkan klisenya?" Kata Tante Rina.
"Baik tapi ada syaratnya lho," jawabku.
"Katakan apa syaratnya dan kita selesaikan ini baik-
baik," kata Tante Endang dengan ketus.
"Iya Anto, tolong katakan apa yang kamu minta,
asal kamu kembalikan klisenya," tambah Tante Rina
memohon.
"Ooo.. nggak, nggak, saya nggak minta apa-apa,
Cuma saya ingin melihat langsung Tante telanjang,"
kataku.
"Jangan kurang ajar kamu!" kata Tante Endang dan
Tante Rina dengan marah dan menundingnya.
"Wah.. wah.. jangan galak gitu dong Tante, saya
kan nggak sengaja, justru Tante-Tante sendiri yang
ceroboh kan," jawabku sambil menggeser dudukku
lebih dekat lagi.
"Bagaimana Tante?"
"Hei.. jangan kurang ajar, keterlaluan!!" bentak Tante
Rina sambil menepis tanganku.
"Bangsat.. berani sekali, kamu kira siapa kami hah..
dasar orang kampung!!" Tante Endang menghardik
dengan marah dan melemparkan setumpuk foto itu
ke wajahku.
"Hehehe.. ayolah Tante, coba bayangkan, gimana
kalo foto-foto itu diterima paman di kantor, wah
bisa- bisa Tante semua jadi terkenal deh!!" kataku
lagi.
Kulihat kananku Tante Endang tertegun diam, kurasa
dia merasakan hal yang kuucapkan tadi. Kenapa
harus kami yang tanggung jawab,
"Tante-Tantemu yang lain kok tidak?" tanya Tante
Endang lemas.
"Oh, nanti juga mereka akan dapat giliran," jawabku.
"Bagaimana Tante? Apa ssudah berubah pikiran?"
"Baiklah, tapi kamu hanya melihat saja kan?" tanya
Tante Rina.
"Iya, dan kalau boleh sekalian memegangnya?"
jawabku.
"Kamu jangan macam-macam Anto, hardik Tante
Endang."
"Biarlah Mbakyu, daripada ketahuan," jawab Tante
Rina sambil berdiri dan mulai melepas pakaiannya,
diikuti Tante Endang sambil merengut marah.
Hingga tampak kedua Tanteku itu telanjang bulat
dihadapanku. Tante Endang walau ssudah berusia
45 tahun tapi tubuhnya masih montok, dengan kulit
kuning langsat dan sedikit gemuk dengan kedua
payudaranya yang besar menggantung bergoyang-
goyang dengan puting susunya juga besar. Turun
kebawah tampak pinggulnya yang lebar serta bulu
hitam di selangkangan amat lebat. Tidak kalah
dengan tubuh Tante Rina yang berusia 37 tahun
dengan tubuh langsing berwarna kuning langsat,
serta payudaranya yang tidak begitu besar tapi
nampak kenyal dengan puting yang sedkit naik
keatas. Pinggulnya juga kecil serta bulu
kemaluannya di selangkangan baru dipotong
pendek.
"Ssudah Anto?" tanya Tante Endang sambil mulai
memakai bajunya kembali.
"Eh, belum Tante, kan tadi boleh pegang sekalian,
lagian saya belum lihat vagina Tante berdua dengan
jelas," jawabku.
"Kurang ajar kamu," kata Tante Rina setengah
berteriak.
"Ya sudah kalo nggak boleh kukirim foto Tante
berdua nih?" jawabku.
"Baiklah," balas Tante Endang ketus,
"Apalagi yang mesti kami lakukan?"
"Coba Tante berdua duduk di sofa ini," kataku.
"Dan buka lebar-lebar paha Tante berdua," kataku
ketika mereka mulai duduk.
"Begini Anto, Cepat ya," balas Tante Rina sambil
membuka lebar kedua pahanya.
Hingga tampak vaginanya yang berwarna
kemerahan.
"Tante Endang juga dong, rambutnya lebat sih,
nggak kelihatan nih," kataku sambil jongkok diantara
mereka berdua.
"Beginikan," jawab Tante Endang yang juga mulai
membuka lebar kedua pahanya dan tangannya
menyibakkan rambut kemaluannya kesamping
hingga tampak vaginanya yang kecoklatan.
"Anto pegang sebentar ya?" kataku sambil tangan
kananku coba meraba selangkangan Tante Endang
sementara tangan kiriku meraba selangkangan Tante
Rina. Kumainkan jari-jari kedua tanganku di vagina
Tante Endang dan Tante Rina.
"Sudah belum, Anto.. Ess..," kata Tante Endang
sedikit mendesah.
"Eeemmhh.. uuhh.. jangan Anto, tolong hentikan..
eemmhh!" desah Tante Rina juga ketika tanganku
sampai ke belahan kemaluannya.
"Sebentar lagi kok Tante, memang kenapa?" tanyaku
pura-pura sambil terus memainkan kedua tanganku
di vagina Tante Endang dan Tante Rina yang mulai
membasah.
"Eh, ini apa Tante?" tanyaku pura-pura sambil
mengelus-selus klitoris mereka.
"Ohh.. Itu klitoris namanya Anto, jangan kamu
pegang ya..," desis Tante Endang menahan geli.
"Iya jangan kamu gituin klitoris Tante dong," dasah
Tante Rina.
"Memang kenapa Tante, tadi katanya boleh," kataku
sambil terus memainkan klitoris mereka. "Sshh..,
oohh.., geliss.., To," rintih Tante Endang dan Tante
Rina.
"Ini lubang vaginanya ya Tante?" tanyaku sambil
memainkan tanganku didepan lubang vagina
mereka yang semakin basah.
"Boleh dimasukin jari nggak Tante?"
Kembali jariku membuka belahan vagina mereka
dan memasukkan jariku, slep.. slep.. bunyi jariku
keluar masuk di lubang vagina Tante Rina dan Tante
Endang yang makin mendesah-desah tidak karuan,
"Jangan Anto, jangan kamu masukin jari kamu..
Oohh..," rintih Tante Rina.
"Jangan lho Anto.. sshh..," desah Tante Endang
sambil tangannya meremasi sofa.
"Kenapa? Sebentar saja kok, dimasukkin ya," kataku
sambil memasukkan jari tengahku ke vagina mereka
masing-masing.
"Aaahh.., Anto..," desah Tante Endang dan Tante
Rina bersama-sama mersakan jari Anto menelusur
masuk ke lubang vagina mereka.
"Ssshh.. eemmhh..!!" Tante Endang dan Tante Rina
mulai meracau tidak karuan saat jari-jariku
memasuki vagina dan memainkan klitoris mereka.
"Bagaimana Tante Endang," tanyaku mulai
memainkan jariku keluar masuk di vagina mereka.
"Saya cium ya vagina Tante Endang ya?" tanyaku
sambil mulai memainkan lidahku di vaginanya.
"Sebentar ya Tante Rina," kataku.
"Jangan.., sshh.. Anto.. ena.., rintih Tante Endang
sambil tangannya meremasi rambutku menahan
geli.
"Gimana Tante Endang, geli tidak..," tanya Anto.
"Ssshh.. Anto.. Geli ss..," rintihnya merasakan
daerah sensitifnya terus kumainkan sambil
tangannya meremasi sendiri kedua payudaranya.
"Teruss.. Anto," desis Tante Endang tak kuat lagi
menahan nafsunya.
Sementara Tante Rina memainkan vaginanya sendiri
dengan jari tanganku yang ia gerakkan keluar
masuk. Dan Tante Endang kian mendesah ketika
mendekati orgasmenya dan
"Aaahh ss.., Tante sudah nggak kuat lagi," rintih
Tante Endang merasakan lidahku keluar masuk
dilubang vaginanya.
"Tante Endang keluar Anto..," desah lemas Tante
Endang dengan kedua kakinya menjepit kepalaku di
selangkangannya. Tahu Tante Endang sudah keluar
aku bangkit lalu pindah ke vagina Tante Rina dan
kubuka kedua pahanya lebar-lebar. Sama seperti
Tante Endang Tante Rina juga merintih tidak karuan
ketika lidahku mengocok lubang vaginanya.
"Aah ss.., Antoo,.., enak ss..," rintih Tante Rina
sambil menekan kepalaku ke selangkangannya.
Tante Rina di sofa dan kubuka lebar-lebar pahanya.
Kubenamkan lidahku liang vagina Tante Rina, ku
sedot-sedot klitoris vagina Tante Rina yang ssudah
basah itu,
"Teruss.., Antoo.., Tante.., mau kelu.. Aah ss..,"
rintih Tante Rina merasakan orgasme pertamanya.
Anto lalu duduk diantara Tante Endang dan Tante
Rina.
"Gantian dong Tante, punyaku sudah tegang nih,"
menunjukkan sarung yang aku pakai tampak
menonjol dibagian kemaluanku pada Tante Endang
dan Bullik Rina. Kuminta mereka untuk menjilati
kemaluanku.
"Kamu nakal Anto, ngerjain kami," kata Tante
Endang sambil tangannya membuka sarungku
hingga tampak penisku yang mengacung tegang
keatas.
"Iya.., awas kamu Anto.. Tante hisap punya kamu
nanti..," balas Tante Rina sambil memasukkan
penisku kemulutnya.
"Ssshh.. Tante.. terus..," rintih Anto sambil menekan
kepala Tante Rina yang naik turun di penisnya. Tante
Endang terus menjilati penisku gantian dengan Tante
Rina yang lidahnya dengan liar menjilati penisku,
dan sesekali memasukkannya kedalam mulunya
serta menghisap kuat-kuat penisku didalam
mulutnya. Sluurrpp.. sluurpp.. sshhrrpp.. demikian
bunyinya ketika dia menghisap.
"Sudah.. Tante, Anto nggak kuat lagi..," rintih Tante
Rina sambil mengangkat kepalaku dari vaginanya.
"Tunggu dulu ya Tante Endang, biar saya dengan
Tante Rina dulu," kataku sambil menarik kepala
Tante Endang yang sedang memasukkan penisku
kemulutnya.
"Tante Tina sudah nggak tahan nih," kataku sambil
membuka lebar-lebar kedua paha Tante Rina dan
berlutut diantaranya.
"Cepatss.. Anto," desah Tante Rina sambil
tangannya mengarahkan penisku ke vaginanya.
"Asshhss..," rintih Tante Rina panjang merasakan
penisku meluncur mulus sampai menyentuh
rahimnya. Tante Rina mengerang setiap kali aku
menyodokkan penisnya. Gesekan demi gesekan,
sodokan demi sodokan sungguh membuatku
terbuai dan semakin menikmati "perkosaan" ini, aku
tidak peduli lagi orang ini sesungguhnya adalah
Tanteku sendiri. Kuminta Tante Rina untuk menjilati
vagina Tante Endang yang jongkok diatas mulutnya.
"Ushhss.. Geli dik," desis Tante Endang setiap kali
lidah Tante Rina memasuki vaginanya. Sementara
aku sambil menyetubuhi Tante Rina tanganku
meremas-remas kedua payudara Tante Endang.
Tiba-tiba Tante Rina mengangkat pinggulnya sambil
mengerang panjang keluar dari mulutnya. "Ahhss..
Anto Tante keluar.. "
"Sudah keluar ya Tante Rina, sekarang gilran Bu
Endang ya," kataku sambil menarik Tante Endang
untuk naik kepangkuanku.
Tante Endang hanya pasrah saja menerima
perlakuannya. Kuarahkan penisku ke vagina Tante
Endang Lalu Aaahh.. desah Tante Endang
merasakan lubang vaginanya dimasuki penisku
sambil pinggulnya mulai naik turun. Kunikmati
goyangan Tante Endang sambil 'menyusu' kedua
payudaranya yang tepat di depan wajahku,
payudaranya kukulum dan kugigit kecil.
"Teruss.. Tante, vagina Tante enak..," rintihku sambil
terus dalam mulutku menghisap-hisap puting
susunya.
"Penis kamu juga sshh.." rintih Tante Endang sambil
melakukan gerakan pinggulnya yang memutar
sehingga penisku terasa seperti dipijat-pijat.
"Sebentar Tante, coba Tante balik badan," kataku
sambil meminta Tante Endang untuk menungging.
Kusetubuhi Tante Endang dari belakang, sambil
tanganku tangannya bergerilya merambahi lekuk-
lekuk tubuhnya. Harus kuakui sungguh hebat wanita
seumur Tante Endang mempunyai vagina lebih
enak dari Tante Rina yang berusia lebih muda.
Sudah lebih dari setengah jam aku menggarap
Tante Endang, yang makin sering merintih tidak
karuan merasakan penisku menusuk-nusuk
vaginanya dan tanganku meremasi payudaranya
yang bergoyang-goyang akibat hentakan penisku di
vaginanya.
"Ssshh.. Anto, Tante mau keluar.." rintih Tante
Endang.
"Sabarr.. Tante, sama-sama," kataku sambil terus
memainkan pinggulku maju-mundur.
"Aaahh ss.., Tante Endang keluar..," melenguh
panjang.
"Saya belum, Tante," kataku kecewa.
"Pake susu Tante aja ya," jawab Tante Endang
jongkok didepanku sambil menjepitkan penisku
yang ssudah licin mengkilap itu di antara kedua
payudaranya yag besar, lalu dikocoknya.
"Terus, Tante enak ss..," rintihku.
Melihat hal itu Tante Rina bangun sambil membuka
mulutnya dan memasukkan penisku ke mulutnya
sambil dihisap-hisap. Tak lama setelah mereka
memainkan penisku, mengeluarkan maninya
menyempot dengan deras membasahi wajah dan
dada Tante Endang dan Tante Rina.
"Terima kasih ya Tante," jawabku sambil meremas
payudara mereka masing-masing.
Tamat


Adult | GO HOME | Exit
2/10135
U-ON

inc Powered by Xtgem.com