watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Patner bisnis suamiku , teman ranjangku

Aku lihat keluargaku dan keluarga Kokoku sangat
bahagia dengan lahirnya cucu pertama mereka,
apalagi karena bayi pertamaku ini adalah laki-laki
yang punya arti penting dalam tradisi chinese.
Walaupun aku masih merasa letih akibat dari proses
melahirkan yang panjang, aku bersyukur bisa tetap
melahirkan dengan proses alami. Tetapi
bagaimanapun kebahagiaanku terasa belum lengkap
karena ayah biologis dari anakku tidak bisa
mendampingi aku saat aku mempertaruhkan nyawa
melahirkannya ke dunia.
Ya memang betul, anak yang baru saja kulahirkan
bukanlah berasal dari benih koko atau suamiku
sendiri tapi dari benih mas Yanto, seorang pria
pribumi yang merupakan partner bisnis Koko dan
sudah berkeluarga.
Aku sempat khawatir apakah anakku nantinya akan
lebih mirip bapak biologisnya dibadingkan dengan
ibunya, karena kalau hal ini terjadi maka
perselingkuhanku akan langsung ketahuan. Tapi
ketakutanku ternyata tidak beralasan karena mata
anakku tetap sipit dan berkulit putih walaupun
beberapa bagian wajahnya lebih mirip mas Yanto
dari pada Koko. Aku berharap akan bertemu mas
Yanto nanti di jam besuk untuk memperlihatkan
kepadanya bahwa anak biologisnya itu sehat-sehat
saja.
Dalam kegembiraannya Koko dan mertua
perempuanku mengatakan bahwa mereka berharap
aku melahirkan 2 sampai 3 anak lagi agar rumah
tidak sepi katanya. Aku hanya tersenyum kecut
karena aku tidak begitu yakin apakah mas Yanto
masih mau menghamiliku lagi ? Bahkan aku juga
tidak tahu apakah aku masih punya kesempatan
untuk bercinta dengan mas Yanto lagi.
Namaku Syeni, umurku saat itu 29 tahun, aku
keturunan Chinese yang masih totok dan aku
sekarang jadi ibu rumah tangga yang sehari-hari
bertugas merawat kedua mertuaku karena suamiku
yang umurnya jauh lebih tua dariku masih serumah
dengan orang tuanya. Aku baru menikah satu
tahunan dengan Koko dari perjodohan antar
keluarga. Sebenarnya bukan aku tidak mampu
mencari pacar sendiri untuk jadi suamiku tetapi
kebanyakan pacarku tidak sesuai dengan selera
orang tuaku yang cukup kolot sehingga akhirnya
aku “terlambat kawin”.
Menurut orang-orang wajahku sangat khas oriental
dengan kulit yang putih bersih, rambutku hitam
lurus panjang sampai melewati bahu. Walaupun
badanku tidak bisa dibilang langsing, tapi juga tidak
bisa dibilang gemuk karena tidak ada lipatan-lipatan
lemak pada tubuhku. Keistimewaanku adalah ukuran
dadaku yang ekstra besar tapi padat demikian juga
dengan pinggulku dan bulatan pantatku yang agak
besar. Bila koko sudah memintaku berpakaian yang
seksi, maka sangat sulit melarang laki-laki untuk
tidak melihatku dengan pikiran jorok mereka.
Sebelum menikah, pergaulanku cukup bebas dalam
artian aku selalu tidur dengan pacar-pacarku sejak
masih di SMA. Tidak kurang dari lima orang cowok
pernah meniduri aku, masing-masing antara satu
sampai dua tahunan lama berhubungannya. Tentu
saja tidak banyak yang tahu reputasiku kecuali bekas
cowok-cowokku itu sendiri karena orang lain
tahunya aku adalah gadis yang baik dan aktivis
gereja. Malahan dari lima orang cowok yang pernah
meniduri aku, tiga diantaranya justru aku yang
merenggut keperjakaan mereka.
Menikah dengan Kokoku sekarang seolah-olah
hukuman bagi pergaulan bebasku sebelumnya,
ruang gerakku menjadi sangat terbatas karena
hampir tidak bisa keluar rumah kecuali untuk belanja
atau ke gereja. Belanja keperluan keluarga sudah
terlalu melelahkan bagi mertuaku, sehingga aku bisa
pergi sendiri karena koko juga tidak mau
mengantar. Kalau ke gereja apalagi, Kokoku dan
keluarganya sangat paranoid dengan gereja
terutama pendeta-pendetanya tapi untungnya
mereka tidak melarangku untuk ikut aktivitas gereja
terutama yang tidak harus keluar sumbangan.
Setelah setahun menikah, aku belum
memperlihatkan tanda-tanda akan hamil padahal
kedua mertuaku terus-terusan bertanya karena
menganggap kesempatan untuk anaknya sudah
semakin sempit. Aku menjadi cukup stress
memikirkannya karena kalau diperiksa ke dokter
semuanya baik-baik saja. Apakah ini karena dulu aku
pernah menggugurkan kandunganku sampai lima
kali ? Tentu saja aku tidak pernah bisa menceritakan
hal ini ke dokter kandunganku. Malah aku bersyukur
dokterku tidak bisa menemukan bekas-bekas aborsi
yang pernah aku lakukan.
Dari setiap hubungan dengan kelima orang pacarku,
masing-masing pernah membuatku hamil. Nafsu
berahiku yang sangat besar sering membuatku lupa
tempat dan waktu untuk minta segera disetubuhi
kepada pacar-pacarku. Akibatnya ada beberapa
persetubuhan yang memaksa pacarku melepaskan
spermanya di dalam tanpa memakai pengaman.
Tentu saja hanya aku sendiri yang tahu berapa kali
aku pernah melakukan aborsi, bahkan sebagian
besar cowokku tidak tahu bahwa mereka telah
membuatku hamil karena aku keburu memutuskan
hubungan dengan mereka. Hanya pada kehamilan
pertama saja yang diketahui cowokku karena saat
itu juga aku sendiri panik dan terjebak dalam
kebingungan yang berlarut-larut sampai usia
kandunganku hampir tiga bulan sebelum akhirnya
bisa digugurkan.
Aku kenal dengan mas Yanto karena diperkenalkan
oleh Kokoku sebelum kami menikah. Mas Yanto
merupakan partner bisnis Kokoku sejak lama,
mereka mendirikan perusahaan sama-sama yang
terus berjalan sampai sekarang. Sejak pertama kali
bertemu aku punya perasaan aneh tentang mas
Yanto, bukan perasaan buruk malah sebaliknya yaitu
aku tertarik kepada mas Yanto sebagai wanita
terhadap pria. Kenapa aku bilang aneh karena aku
biasanya tidak pernah tertarik kepada pria beristri
dan aku juga sebenarnya tidak pernah tertarik pada
pria pribumi.
Umur mas Yanto lebih tua dari koko, sangat ramah
dan penuh perhatian, selalu mendengar lawan
bicaranya tanpa pernah meremehkannya walaupun
ternyata dia lebih benar. Hal ini sangat berbeda
dengan kokoku yang tidak pernah menanggapiku
kalau pendapatku sudah dianggapnya salah. Secara
fisik walaupun sudah umur 40an, mas Yanto juga
terlihat seksi dengan bulu-bulu tangannya yang
lebat. Sedangkan kumis dan jenggotnya yang lebat
tapi beruban menunjukkan kematangannya dengan
asam garam kehidupan.
Tekanan mertua dan suami ditambah rahasia masa
lalu yang tidak bisa aku ceritakan pada siapapun
membuat aku sering sakit-sakitan sampai akhirnya
aku bisa berkomunikasi dengan mas Yanto.
Awalnya sederhana saja, aku memang sengaja
mencari dan meng-add akun mas Yanto di FBku.
Rasa ketertarikanku pada mas Yanto membuatku
nekat ingin lebih mengenal dia dan berusaha bisa
berkomunikasi. Ternyata mas Yanto sama sekali
tidak keberatan berkomunikasi denganku dengan
catatan jangan sampai diketahui oleh kokoku karena
dia tahu persis adat buruknya. Oleh karena itu kami
hanya menggunakan identitas asli saat
menggunakan akun fesbuk tetapi untuk chatting
masing-masing sudah punya nama samaran lain
Awalnya aku hanya berkomunikasi untuk berbasa
basi saja atau bertanya-tanya seputar pekerjaan
kokoku supaya aku bisa lebih mengerti dia. Kokoku
benar-benar terlalu malas untuk menerangkan
pekerjaannya sendiri kepadaku karena aku Cuma
lulusan SMA dibandingkan dia yang lulusan S1
perguruan tinggi ternama dan S2 dari luar negeri.
Tapi lama kelamaan aku mulai berani curhat ke mas
Yanto, tentu saja awalnya hanya untuk hal-hal
sepele tapi lama kelamaan karena jawaban-jawaban
dari mas Yanto begitu menyejukkan aku mulai
memasuki daerah pribadi. Seperti keluhanku saat
bersetubuh dengan koko sampai kepada kehidupan
seksku di masa lalu. Sebenarnya sih aku “terjebak”
oleh kecerdikan mas Yanto yang mulai melihat
bahwa pengalaman seksku lebih baik dari pada
kokoku. Tapi karena dia tidak pernah menghakimi
sama sekali perbuatanku, maka aku malah merasa
benar-benar telah menemukan teman curhatku.
Tentu saja aku belum berterus terang bahwa aku
pernah melakukan aborsi, bahkan sampai lima kali,
karena aku belum berani menebak reaksinya
terhadap hal yang satu ini.
Chatting di internet memang memungkinkan orang
untuk melewati batas-batas yang hampir tidak
mungkin dilakukan di dunia nyata oleh orang-orang
yang sebenarnya saling asing sama sekali. Awalnya
aku yang mencoba memancingnya untuk
“menaikkan status” menjadi berpacaran di dunia
maya karena toh sekarang kami sudah
menggunakan nama samaran masing-masing.
Ternyata mas Yanto bersedia saja selama kami
menambah beberapa kode “pengaman” untuk
mencegah akun masing-masing diterobos orang
lain.
Jadilah kami mulai berpacaran di dunia maya, seperti
pacaranku sebelumnya aku merasa bebas untuk
“berhubungan seks” dengan pacarku termasuk
yang di dunia maya kali ini. Apabila aku belum
orgasme setelah disetubuhi koko, aku minta mas
Yanto untuk memuaskanku sampai orgasme
melalui persetubuhan ala chatting. Apabila mas
Yanto bilang “aku remas remas payudaramu”, maka
aku meremas-remas payudaraku dengan
membayangkan mas Yanto yang melakukannya.
Biasanya hanya sampai mengelus-elus vaginaku
saja oleh chattingannya mas Yanto, aku sudah bisa
orgasme.
Aku benar-benar mulai tergila-gila dengan mas
Yanto dan benar-benar mulai menganggap bahwa
aku ini adalah pacar gelapnya dia. Untuk semakin
memudahkan komunikasi kami, mas Yanto lalu
mengajarkanku untuk memanfaatkan webcam dari
netbookku sehingga sekarang kami bisa saling
melihat satu dengan lainnya. Tanpa malu-malu aku
sering tampil di depan webcam mulai dari
berpakaian seksi, berpakaian minim, bertelanjang
bulat sampai beronani. Tentu saja hal itu hanya bisa
aku lakukan saat koko sedang tidak ada di rumah,
sedangkan mertuaku tidak mungkin bisa
memergokiku karena kamarku ada di lantai 2.
Bercumbu di dunia maya lama kelamaan mulai tidak
cukup buatku, aku mulai menginginkan bercinta
sungguhan dengan mas Yanto. Saat aku sampaikan
keinginanku ini, ternyata mas Yanto pun punya
keinginan yang sama. Walaupun begitu ternyata
sangat sulit menemukan waktu yang pas untuk
bertemu karena mas Yanto ingin persetubuhan
yang pertama harus penuh kesan bukan
persetubuhan singkat di mobil misalnya. Hal ini
membuatku hampir menjadi putus asa karena
waktu yang tersedia bagiku amat terbatas yaitu saat
aku ke pasar atau ke gereja.
Tapi akhirnya kesempatan itu datang juga, karena
suatu hal Koko tidak bisa pergi ke Singapura untuk
membeli obat buat mertuaku sehingga dia
memintaku yang pergi ke sana. Kesempatan ini tidak
aku sia-siakan, aku sekalian membujuk Koko untuk
membiarkan aku berobat menyuburkan
kandunganku di Singapura, terserah itu dilakukan di
rumah sakit atau ke shinshe yang ada di sana. Dasar
kalau sudah hoki, ternyata mertuaku sangat
mendukung bahkan ikut mencarikan informasi
mengenai klinik yang bisa aku datangi. Akhirnya aku
dapat ijin untuk pergi ke Singapura selama lima hari
karena memang perawatannya sendiri memerlukan
proses pengambilan sampel sebelum dan saat
memasuki masa suburku.
Aku mengatur jadwal kepergianku bersama-sama
dengan mas Yanto, tentu saja tanpa sepengetahuan
Koko. Kami akan menginap di hotel yang sama
tetapi berbeda kamar, mas Yanto sendiri
menyiapkan dua kamar untuk berjaga-jaga dari
semua kemungkinan. Penerbangan kami tadinya
akan dibuat berbeda, tetapi mas Yanto khawatir
kalau ada sesuatu menimpaku karena aku tidak
pernah benar-benar pergi sendiri ke luar negeri
sehingga akhirnya kami menggunakan penerbangan
yang sama.
Pada hari H sesampainya di bandara aku segera
bergegas ke business lounge seperti yang diminta
mas Yanto karena dia sudah menunggu di sana.
Setelah cipika cipiki kami mencoba mengobrol,
ternyata semua jadi kikuk lagi tidak selancar waktu
ngobrol chatting di internet tapi akhirnya mas Yanto
berhasil mencairkan suasana dengan gurauan-
gurauannya. Walaupun kami berusaha bersikap
sewajar mungkin tapi tidak bisa dipungkiri tetap
terlihat ada suasana kemesraan di antara kami.
Sebagian orang di sana sering melirik kami dengan
pandangan heran karena melihat pasangan pribumi
sawo matang berbaju kasual dengan Chinese putih
yang sangat sipit yang berbaju seksi.
Akhirnya waktu untuk boarding tiba, sebelum kami
berjalan ke boarding lounge mas Yanto tiba-tiba
berbisik padaku untuk melepas celana dalamku di
toilet business lounge sebelum naik pesawat.
Mukaku sampai merah merona karena jengah
mendengarnya dan sempat protes karena aku
sudah memakai rok mini yang tinggal 1/3 paha kalau
sedang duduk tapi mas Yanto keukeuh pada
permintaannya. Walaupun aku tidak mengerti
tujuannya tetapi aku turuti juga kemauan mas Yanto
yang menungguku melepas celana dalamku di luar
pintu toilet dengan senyuman nakal.
Entah bagaimana caranya mas Yanto bisa mengatur
kami duduk berdampingan di pesawat padahal
waktu check-in kami terpisah dan kami duduk di
baris yang memang hanya ada dua kursi saja. Aku
kembali terheran-heran saat mas Yanto mengambil
selimut yang tersedia di bagasi cabin dan
memakainya untuk menutupi pahaku yang hanya
tertutup rok mini. Pikirku mungkin mas Yanto tidak
terbiasa berjalan dengan wanita yang berpakaian
seksi karena istri dan anak perempuan mas Yanto
sehari-harinya pakai jilbab. Hal itu berbeda dengan
Kokoku yang selalu menginginkan aku berpakaian
seseksi mungkin, apalagi karena payudaraku sangat
besar dan bulat membuat dia selalu membelikan aku
baju-baju yang membuat kelebihan ukuran dadaku
semakin terlihat.
Di dalam pesawat aku mulai berani bergelendotan
manja dengan mas Yanto yang membalasnya
dengan kecupan-kecupan kecil di pipi dan bibirku.
Jantungku mulai berdebar kencang membayangkan
apa yang akan kami lakukan selama beberapa
malam ke depan tanpa gangguan siapapun. Setelah
pesawat take-off tangan mas Yanto mulai masuk
kebalik selimut yang menutup pahaku. Sekarang aku
jadi mengerti tujuan mas Yanto menyuruhku
membuka celana dalam dan kemudian
menutupinya dengan selimut. Tanpa kusadari kulit
wajahku kembali merah merona dan nafasku mulai
memburu, padahal tangan mas Yanto baru
memijat-mijat pahaku saja.
“Hhhhhhhh ….” Aku mendesah pelan sekali saat
tangan mas Yanto mulai mengusap-usah pangkal
pahaku. Secara naluriah aku membuka pahaku
selebar yang memungkinkan di kursi pesawat dan
merubah posisi dudukku agak sedikit melorot pada
sandaran kursi supaya seluruh bagian vaginaku
lebih mudah dijangkau.
“Ahhhh …mmmassshhhhh….” Aku mendesah
tertahan sambil memeluk tangan mas Yanto ketika
kelentitku mulai diusap-usap jari tangannya dan
mebuat cairan vaginaku mulai membasahi lubang
senggamaku.
“Masukin massh… ohhh…masukiiiinnnn …aja…
massshhhh…” Erangku karena sudah tidak tahan lagi
kalau jari-jari mas Yanto hanya menggesek di luar
lubang senggamaku saja.
CLEEPPP ….. kurasakan salah satu jari mas Yanto
sudah masuk ke dalam liang senggamaku
Srrtt..srrttt ….srrrtt … dengan cepat jari itu keluar
masuk liang senggamaku di balik selimut.
“A…a…a….a…” aku berusaha bertahan sekuat tenaga
supaya tidak mengeluarkan jeritan kenikmatanku
hingga akhirnya tanpa sadar aku menggigit-gigit
lengan mas Yanto yang dari tadi sudah aku peluk.
“Ooohhh Tuhaann ….oohh Tuhann … nikmat
sekali…ohhhh …” Gumamku saat kurasakan
orgasmeku hampir tiba.
“Oucccchhhhhhhh…..masss….ahhhhhh….” Tanpa
sadar aku menggeliat di kursi saat orgasmeku
datang dan membuat selimutnya melorot walapun
mas Yanto masih sempat menariknya kembali.
“Aduuuh enak sekali mas … terima kasih ya …”
Kataku sambil membantu mas Yanto
membersihkan jari-jari tangannya yang belepotan
oleh cairan vaginaku sampai ke punggung dan
telapak tangannya.
Aku juga sempat mencubit mas Yanto karena
cemburu ketika seorang pramugari mencoba
bermain mata dengannya sambil memasukkan
jarinya kedalam bibirnya walaupun mas Yanto
hanya menanggapinya dengan senyum ramah
biasa. Mungkin pramugari itu bisa menduga apa
yang dilakukan mas Yanto kepadaku dari balik
selimut yang menutupiku.
Fantasiku mulai melayang ke mana-mana,
bayangkan saja dalam waktu kurang dari 5 menit
dan hanya dengan jari tangannya saja mas Yanto
bisa membuatku orgasme. Padahal selama ini setiap
cowok yang sudah meniduri aku jarang sekali yang
bisa membuatku orgasme. Aku jadi makin tidak
sabar ingin segera berhubungan badan dengan mas
Yanto, kata beberapa temanku penis orang pribumi
rasanya lain dan gaya mereka bercinta juga
berbeda. Dari pengalamanku berhubungan badan
dengan Koko maupun kelima pacarku yang
semuanya Chinese, semua rasanya sama saja kalau
sudah di dalam liang senggamaku walaupun ukuran
penisnya beda-beda.
Beberapa menit kemudian pesawat sudah mendarat
di Changi Airport dan kembali saat kami jalan berdua
menuju imigrasi orang-orang sering memandang
kami dengan pandangan ganjil atau senyum nakal.
Waktu aku tanya ke mas Yanto apakah dia melihat
seperti yang aku lihat atau itu hanya perasaanku saja
karena pertama kalinya kami bepergian bersama.
Mas Yanto menjawab bahwa dia juga melihat apa
yang aku lihat, menurutnya selain perbedaan ras
penampilan kami memang jauh berbeda. Mas Yanto
berpenampilan dewasa dan kalem, sedangkan aku
terlihat seksi dan nakal karena mungkin sudah
dibiasakan oleh Kokoku.
Saran dari mas Yanto adalah aku merubah sedikit
penampilanku agar kami tidak jadi terlalu mencolok.
Walaupun tidak dikatakannya langsung, aku juga
mengerti bahwa dia tidak ingin aku dianggap
sebagai wanita bayaran yang mendampingi
pengusaha atau pejabat pribumi yang sedang
berlibur.
Tanpa terasa kami sudah sampai di hotel Grand
Hyatt di Scotts Road yang biasa di pakai Koko kalau
dia ke Singapore. Kamar-kamar kami selain berbeda
juga berada di tower yang terpisah dengan lift
sendiri-sendiri. Mas Yanto sudah memperhitungkan
semuanya dengan cukup teliti karena dia tahu betul
sifat Kokoku. Mas Yanto juga sudah membeli SIM
Card lokal untuk kami pakai berkomunikasi satu
sama lain selama di Singapore.
Begitu sampai ke kamar aku mulai gelisah karena
sangat kangen dengan mas Yanto, apalagi dengan
kejadian di pesawat tadi. Tapi mas Yanto pesan
bahwa aku jangan mengontak dia tapi harus
menunggu dia yang mengontak aku karena dia
belum mempersiapkan HPku untuk diisi nomor lokal
tadi.
Ting…toooooong … tiba-tiba bel kamarku berbunyi
Ternyata mas Yanto yang ada di luar pintu. Aku
segera membukakan pintu untuknya dan
menyambutnya dengan gembira karena benar-
benar tidak menyangka mas Yanto akan ke kamarku
secepat ini.
Hhhhhhmmmmmpppphhhh …. Aku langsung
mencium bibirnya dengan penuh rasa rindu sampai
lupa menutup pintu kamarku.
“Kok lama sekali datangnya .... ?” Kataku manja
setelah kami selesai berciuman, padahal aku sendiri
baru saja meletakkan koper dan bersih-bersih sedikit
tapi belum sempat ganti baju.
“Saya tadi harus cari tahu dulu siapa pemilik benda
ini …” jawab mas Yanto sambil memperlihatkan
celana dalam hitam transparan yaitu celana dalam
yang aku copot di Cengkareng. Rupanya mas Yanto
berhasil mencomotnya dari tasku tanpa aku ketahui.
“Aduuuuh kok jadi ada di sana sih ?” Mukaku
langsung berubah merah karena malu.
Waktu aku berhasil merebutnya malahan mas Yanto
kembali memelukku dengan satu tangannya
sedangkan tangan yang lain langsung merogoh
masuk kedalam rok miniku yang tentu saja masih
belum memakai celana dalam lagi. Aku segera
melepas rok miniku itu sehingga sekarang bagian
bawahku sudah telanjang. Mas Yanto langsung
meresponnya dengan melepaskan celana yang
dipakainya dan kemudian celana dalamnya.
“Iiiiiihhhhhhhh …. !!!” Spontan aku berteriak kaget
waktu melihat penis mas Yanto yang sudah
mengacung ke arahku.
Penis mas Yanto ukurannya biasa-biasa saja, tapi
yang sangat berbeda adalah warnanya yang hitam
kemerahan dan bentuknya yang pipih bukan bulat.
Di sekeliling penisnya terlihat banyak urat-urat
pembuluh darah yang menggelembung sehingga
penis itu seperti batang pohon yang dililit oleh akar-
akar bahar disekelilingnya. Aku merasakan liang
senggama di vaginaku berkontraksi dan mulai
lembab karena bentuk penis Yanto yang sebenarnya
agak menyeramkan bagiku tetapi mulai
membangkitkan gairah berahiku dengan seketika.
“Kenapa sayang ?” Tanya mas Yanto keheranan.
“Aku belum pernah lihat penisnya pri … eh … seperti
ini” Jawabku kagok
“Maksudnya belum pernah liat penis orang pribumi
ya ?” Canda mas Yanto
“Mau cicipin sekarang ?”
“Mauuuuu ….” Kataku manja sambil mencium mas
Yanto, sedangkan tangan kananku memegang
penisnya.
Vaginaku semakin lembab oleh cairan dan mulai
terasa berdenyut-denyut karena aku terangsang
sendiri saat menggenggam penis mas Yanto. Ketika
menggenggam penisnya yang pipih, aku seperti
sedang memegang ikan lele yang besar yang
berontak ingin lepas.
“Masukkin langsung aja masss …. Aku udah ga
tahan pengen diijut” kataku memakai istilah dalam
bahasa sunda jalanan untuk bersetubuh.
Tanpa menunggu lagi mas Yanto langsung
mendorong tubuhku ke dinding kamar hotel,
kemudian dengan menekuk kedua lututnya
penisnya mulai diarahkan vaginaku untuk mencari
lubang senggamanya. Kepala penis mas Yanto aku
pegang dengan jari-jariku untuk membantunya
mencapai liang senggamaku. Terus terang aku
belum pernah bersetubuh sambil berdiri dengan
cowok-cowokku sebelumnya, apalagi dengan
Kokoku.
“Aaaaahhhhhh ……” Aku mendesah saat kepala
penisnya masuk kedalam liang senggamaku, mas
Yanto tidak langsung memasukkan seluruh
batangnya tapi memutar-mutar dulu kepala
penisnya seolah-olah ingin mengenali situasinya
dulu.
BLESSSSSSSS ……
Pelan-pelan batang penis mas Yanto masuk ke
dalam liangku sampai masuk seluruhnya dengan
mulus karena vaginaku benar-benar sudah siap
menerima tamu.
“Adddddaaaawwwwwwww …..auhhhhhh…
aaaahhhhhh ….” Aku mengerang kenikmatan.
Sambil tangannya menyangga kedua pantatku, mas
Yanto meluruskan kembali kakinya yang tadi ditekuk
sehingga otomatis aku terangkat ke atas seperti
melayang dan terasa nikmat sekali. Kemudian aku
diminta untuk melingkarkan kaki di pinggulnya
sedangkan tanganku memeluk lehernya.
Mas Yanto mulai memompa penisnya keluar masuk
vaginaku dengan gerakan pelan sambil sedikit
menekan sehingga aku merasa sedang dipaku di
dinding dengan penis sebagai pasaknya. Cairan
vaginaku mengalir dengan derasnya sampai keluar
dan membasahi bulu kemaluan kami berdua.
“Ahhh ….ahhhh …hehhhh…hehhhh…ahhhh…ahhh”
aku terus mengeluarkan desah nikmat mengikuti
irama gerakan penisnya dengan mata sipitku yang
terpejam.
Pakaian bagian atasku yang masih lengkap dengan
BH karena belum kulepas mulai kusut dan basah
oleh keringat, pakaian mas Yanto juga sudah mulai
acak-acakan. Posisi bersetubuh kami memang
hanya melekatkan tubuh pada bagian pinggul
kebawah sehingga tidak terlalu mengganggu.
“Aduuuhhhh massshh … enak sekali ….ahhhh
….enak terusshhh…shhhh…” Aku mulai meracau
bersamaan denga semakin memuncaknya rasa
nikmatku.
“Aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh ………
masssssssss…….akuuuu…dappppaaaaaaaattt” aku
menjerit saat orgasmeku meledak dengan tiba-tiba.
Kaki dan tanganku langsung menjepit tubuh mas
Yanto dengan kencang, mukaku terasa memerah
dan mata sipitku tiba-tiba melotot saat mencapai
puncak kenikmatanku dari penis orang pribumi
pertamaku.
Setelah klimaks orgasmenya berlalu, aku langsung
merasa lemas sehingga kakiku tidak kuat lagi
menjepit pinggangnya dan terjuntai lemas. Mas
Yanto menghentikan pompaannya, kemudian
memelukku dan menyandar kepalaku di bahunya
lalu aku dibopongnya ke ranjang dengan penisnya
masih ada di dalam vaginaku.
“Uuuuuuuuhhhhhhhhhhh …..” aku melenguh
nikmat saat penis mas Yanto terlepas dari vaginaku
setelah membaringkanku di tempat tidur.
Dengan telaten mas Yanto melepas baju dan BH
yang tersisa, kemudian dia melepaskan juga
bajunya sendiri sehingga sekarang kami berdua
sudah telanjang bulat. Aku lihat penis mas Yanto
masih tegak melengkung ke atas dan berkilat-kilat
terkena cahaya dari layar TV. Rupanya mas Yanto
masih belum ejakulasi, padahal biasanya cowok-
cowokku ejakulasi duluan sebelum aku orgasme
atau paling tidak bersamaan datangnya.
Kakiku direntangkannya lebar-lebar dengan satu
tangannya sedangkan tangannya yang lain
mengocok-ngocok penisnya sambil diarakan ke
liang senggamaku.
BLESSSSS ….. dengan sekali genjotan pada
pinggulnya seluruh batang penisnya langsung
masuk ke dalam vaginaku sampai kepangkalnya.
“Auuuuuhhhhhhhhhhhhh…..Masshh …pelan-pelan”
jeritku karena merasa sedikit ngilu pada vaginaku
akibat persetubuhan kami yang sambil berdiri tadi.
Dengan lembut mas Yanto mulai menggerakkan
penisnya maju mundur di dalam liang senggamaku
yang belum terlalu basah setelah tadi rehat untuk
mengulum penis itu tadi. Walaupun begitu bukan
berarti kenikmatannya berkurang, apalagi mas Yanto
memang sangat telaten mencari-cari area di dalam
rongga liang senggamaku yang lebih sensitif apabila
disentuh dengan penisnya.
“Aduh mas enak sekali di situ ….ohhhh
….ohhhh….oohhhhhhh” Reaksi spontanku terhadap
titik sensitif yang disentuh penisnya juga menjadi
sangat membantu mas Yanto untuk mengerti
kebutuhanku.
Tanpa harus menunggu lama vaginaku mulai basah
lagi …
CROK…. CROK …. CROK …. CROK ….CROK ….mulai
terdengar bunyi nyaring dari cairan vaginaku yang
terpompa keluar oleh gerakan penis mas Yanto.
“Ohhhhhh….enak sekali…ahhhh….ahh…..ahh….” Aku
terus mendesah nikmat
Mas Yanto menaikkan kakiku ke bahunya dan
merubah posisi badannya menjadi setengah
berjongkok sehingga pinggulku otomatis agak
terangkat juga. Dalam posisi ini tanpa ampun mas
Yanto memompakan penisnya dengan sangat cepat
membuatku tubuhku bergoyang-goyang sesuai
irama pompaannya. Penisnya terasa melesak sangat
dalam ke arah rahimku membuatku ingin meraung
raung kenikmatan kalau tidak malu sama mas
Yanto, akhirnya aku meremas-remas dan
menggigit-gigit bantal yang ada di kepalaku sebagai
pengalihannya.
“Arrrrkkkhhhhh ….arrrkkkkkhhhh ….arrrkkkkhh …”
Akhirnya aku hanya mengeluarkan erangan tertahan
dengan badan yang melenting-lenting di ranjang.
CROK…CROK …CROK….CROK …CROK … Bunyi becek
dari vaginaku semakin keras terdengar
“AAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……”
Aku melolong kenikmatan saat aku kembali
mendapat orgasme. Mataku yang sipit membelalak
sejenak sebelum berputar sampai hanya kelihatan
putih matanya saja.
Pompaan penis mas Yanto makin lama makin pelan
mengikuti redanya puncak orgasmeku, kakiku juga
diturunkan dari bahunya lalu tubuhnya direbahkan
sambil menindih tubuhku.
“Kamu bisa menikmatinya sayang ?” Bisik mas
Yanto sambil mencium bibirku dan mengecup-
ngecup pipi serta leherku “Aku belum keluar
lhooo…”
“Enak sekali mas, benar-benar merupakan
pengalaman yang sama sekali baru” Jawabku sambil
membalas ciuman dan kecupannya.
“Mas mau minta Syeni ngapain supaya mas bisa
keluar ?” Aku menawarkan bantuan agar mas Yanto
bisa ejakulasi.
Mas Yanto minta kami merubah posisi dengan aku
ada di atasnya tanpa melepaskan penis dari
vaginaku terlebih dahulu. Akhirnya sambil
berciuman kami berguling di ranjang sampai posisi
kami berbalik di sisi lainnya. Aku lihat bed cover
tempat kami bersetubuh sebelumnya sudah basah
oleh cairan vaginaku sehingga meninggalkan noda
yang cukup lebar.
“Ahhhh ….” Aku mendesah pelan saat payudaraku
dicium dan diremas oleh mas Yanto.
Dengan lahap putting payudaraku di hisap-hisapnya,
sedangkan payudaraku yang lainnya di remas-
remas dengan tangannya. Payudaraku sangat
besar, sehingga telapak tangan mas Yanto yang
sudah lebarpun hanya bisa meremas tidak sampai
setengah bagiannya.
Sambil menikmati permainan mas Yanto pada
payudaraku dalam kondisi setengah tengkurap aku
mulai bergerak memaju mundurkan pinggulku
untuk menggesekan penis Yanto dalam lubang
seggamaku.
“Ohhhhh….shhhhh…” Aku kembali mendesah
menikmati hasil dari pergerakanku sendiri.
Makin lama aku aku bergerak makin cepat dan
diimbangi oleh mas Yanto dengan gerakan
pinggulnya yang menekan penisnya makin kedalam
saat gerakan mundurku membuatku menjerit-jerit
nikmat.
“AAAAHHHH ….AHHHHH…..AHHHHHH
….AAmmmpppphhhhhh” Jeritanku kadang
disumpal mas Yanto dengan ciumannya, mungkin
dia khawatir jeritanku “mengganggu” tamu-tamu
lain.
Aku kemudian diminta untuk mengambil posisi
dengan badan yang lebih tegak seperti sedang
menaiki kuda sehingga gerakanku sekarang adalah
naik turun. Mas Yanto tetap mengimbangiku dengan
menaikkan pinggulnya untuk menyambut setiap
gerakan turunku yang membuat seolah penisnya
menancap dalam-dalam tembus sampai jantungku.
Belum lagi aktivitas tangannya yang meremas
payudaraku, mempermainkan putingnya atau
mempermainkan kelentiku.
“Mass…enak mashhh…. Kontolnya enak
sekali….mashhh kontolnyaaaahhh”
Aku meracau dengan pilihan kata-kata yang sudah
tidak terkontrol lagi. Maklum sebagai orang yang
berasal dari keluarga cina totok, aku hanya bergaul
dengan buruh pribumi level bawah di toko atau
perusahaan kami yang pilihan bahasanya sering kali
kasar.
“Ohhhh….ohhhhh…ohhhhh….ohhhh…..”
Gelombang orgasme terasa mulai muncul lagi
sehingga aku mulai mempercepat gerakanku. Butir-
butir keringat mulai muncul di sekujur tubuhku
membuat tubuhku menjadi kuning berkilatan.
Rambutku yang asalnya panjang terurai sampai ke
punggung mulai acak-acakan menutupi sebagian
mukaku sampai ke dadaku.
“Mass….aaakkkuuu udaaah mau dappaaatthhhh …..”
Teriakku dengan tubuh mulai bergetar karena
diterjang gelombang orgasme yang begitu nikmat.
“Syeniii….saya juga akan keluarrrr ….” Sambut mas
Yanto sambil menahan pinggulku dibawah dan dia
sendiri melentingkan tubuhnya untuk membuat
penisnya tertancap dalam-dalam.
“Ouuhhhhh …keluarkan semua pejunya masshhh
….untukkuu…..” Keluarnya air mani di dalam
tubuhku seperti bonus bagi kenikmatan
sebelumnya.
SROOOOTTT….SROOOTTT ….SROOOTTTT
….SROOOTTT….SROOOOTTT …srrrt …srrttt…srttt
Lima semprotan air mani yang kuat aku rasakan
membanjiri rahimku diikuti beberapa semprotan
kecil sesudahnya.
Untuk sejenak aku seperti tidak sadarkan diri, tidak
ada yang bisa aku ingat selain kenikmatan puncak
yang sedang aku rasakan sekarang. Orgasme yang
dibarengi dengan semprotan air mani mas Yanto
merupakan orgasme pamungkas yang sempurna
bagiku.
Setelah berahiku mulai reda badanku ambruk di atas
tubuh mas Yanto yang segera memelukku dengan
mesranya. Rambutku yang acak-acakan
dirapikannya dan kemudian menciumi aku dengan
hangat.
“Syeni, kamu sangat luar biasa …. Saya benar-benar
dipuaskan oleh kamu” Bisik mas Yanto kepadaku
dengan suara yang mesra.
“Mas Yanto juga hebat sekali…aku sangat menikmati
ijutannya bikin ketagihan” Jawabku malu-malu
dengan nafas masih belum teratur.
“Apalagi semprotan pejunya juga sangat enak,
nikmat sekali ….” Lanjutku sambil tersenyum manis.
“Kamu mau aku cariin pil anti hamil untuk berjaga-
jaga ?” Mas Yanto berbalik tanya seperti teringat
sesuatu setelah aku bicara soal semprotan air
maninya di dalam tubuhku tadi.
“Ga usah mas, malah lebih baik kalau aku bisa
punya anak dari mas …” Kataku manja hingga jadi
malu sendiri dan membenamkan mukaku di
dadanya.
Mas Yanto kemudian mengangkat mukaku dan
memandangku dengan lembut tapi terlihat serius
“Syeni kamu pikirkan baik-baik dulu, jangan sampai
omongan kamu itu hanya bawaan emosi karena kita
habis bercinta”
“Tapi saya tidak keberatan kalau Syeni memang
ingin dibuahi dengan benihku “ Lanjut mas Yanto
Aku hanya mengangguk sebagai jawabannya
karena tekadku sudah bulat, bahkan sebelum pergi
ke sini aku memang sudah bertekad untuk punya
anak dari mas Yanto saja dari pada dibilang tidak
subur oleh keluarga kokoku.
“Aaaahhhhhhhhhhhhhh ….” Aku kembali mendesah
saat mas Yanto melepas penisnya yang mulai lunak
kembali.
Dia kemudian mengambil handuk kecil dari kamar
mandi yang sudah di beri air hangat, dengan lembut
dibasuhnya vaginaku dengan handuk hangat tadi
sampai bersih baru dia membersihkan penisnya
sendiri. Setelah membuka bed cover yang basah
oleh keringat kami dan cairan vaginaku, kami
berbaring kembali di ranjang dengan tetap
bertelanjang bulat. Saat itu kami pergunakan untuk
“lebih mengenal” perabotan masing-masing yang
sebelumnya dipergunakan.
Bulu vaginaku yang hitam tipis dan berbentuk
pohon palm merupakan favorit mas Yanto selain
kelentitku yang panjang. Mas Yanto juga bisa
menebak bahwa aku udah pernah hamil lebih dari
dua bulan sebelum digugurkan hanya dari bentuk
putingku yang memang sudah membesar dan
berwarna lebih gelap saat aku masih perawan. Aku
hanya bisa mengiyakan dan minta maaf karena tidak
berterus terang sebelumnya sambil jantungku jadi
berdebar takut perasaan mas Yanto jadi berubah
terhadapku. Mas Yanto ternyata tidak marah, hanya
dia berpesan kalau memang ingin serius tentang
dihamili olehnya, maka dia tidak ingin aku
menggugurkan kandungannya lagi.
Saat aku bertanya mengenai kenapa penisnya
berbeda dengan penis-penis yang pernah aku kenal
apakah ada hubungan dengan ras. Dia bilang
perbedaan utama adalah karena sebagai muslim
penisnya sudah disunat sejak kecil sehingga
pertumbuhannya berbeda dengan penis-penis yang
tidak disunat atau disunat setelah dewasa. Penis
cowok-cowokku memang ujungnya tertutup kulit
saat sedang tidak berereksi sedangkan kepala penis
mas Yanto langsung terbuka dengan lekukan miring
dilehernya sehingga menjadi batas yang jelas
dengan batang penisnya.
Aku coba kulum penis mas Yanto sampai berereksi
lagi sehingga sekarang aku bisa melihat dari dekat
benda yang tadi membuatku meraung-raung
kenikmatan. Tanpa sadar aku terhanyut untuk
menghisap dan menjilati kepala penis mas Yanto
sampai mas Yanto akan mendapat ejakulasi lagi. Dia
minta aku untuk menelan seluruh air maninya dan
tentu saja aku mau melakukannya dengan senang
hati walaupun sebelumnya aku tidak pernah mau
kalau disuruh melakukannya oleh cowokku yang
pertama dan juga Kokoku.
Mas Yanto bukan hanya sekedar berbeda rasa
penisnya, tapi juga berbeda dalam gaya bercintanya
yang selalu mengutamakan kepuasanku terlebih
dahulu. Dia juga membuat aku tetap punya harga
diri walaupun hanya sebagai pacar gelapnya atau
wanita simpanannya. Padahal selama ini aku selalu
diperlakukan tak lebihnya sebagai obyek pemuas
syahwat bagi cowok-cowok yang meniduriku. Pada
saat aku memang membutuhkan hal itu tidak terlalu
terasa, tapi sangat menyakitkan pada saat mereka
membutuhkanku karena umumnya mereka tidak
mau tahu apakah aku sudah siap dipenetrasi atau
tidak.
Selama di Singapore kami bercinta sebanyak 3
sampai 4 kali dalam sehari, saat bercinta di pagi hari
kami sepakat untuk mengeluarkan air maninya di
luar supaya saat diperiksa di klinik tidak masuk ke
dalam medical recordku. Tapi untungnya metoda
terapi mereka tidak melarang aku bercinta selama
menjalankan pengobatan.
Beberapa teknik bercinta kilat juga kami coba
praktekkan walaupun sebenarnya tidak perlu kalau
melhat situasi selama kami di sana, tapi mas Yanto
yakin bahwa setelah kembali ke Bandung
kesempatan untuk bercinta memang akan sangat
terbatas. Bercinta di mobil atau di motel-motel short
time akan menjadi sering kami lakukan dan mas
Yanto ingin memastikan bahwa aku bisa mencapai
orgasme sedikitnya satu kali.
Sesaat setelah mendarat di bandara Cengkareng,
mas Yanto kembali mengajakku bercinta di hotel
Bandara sebanyak dua kali untuk memastikan
pembuahanku dengan benihnya karena saat itu aku
memasuki fase masa suburku sebelum akhirnya
kami pulang dengan menumpang travel yang
berbeda. Begitu aku sampai rumah Koko langsung
menyetubuhiku tanpa memperdulikan apakah aku
sedang kelelahan atau tidak. Tiga malam selanjutnya
seperti siksaan bagiku karena Koko terus menerus
ingin menyetubuhiku, katanya untuk memanfaatkan
masa efektif terapi yang aku jalani.
Akhirnya memang aku hamil dan naluriku meyakini
bahwa benih jabang bayiku adalah mas Yanto
bukan suamiku. Aku dan mas Yanto masih sering
bertemu untuk bercinta sampai kandunganku
berusia 8 bulan, pengelola motel sering
memandang kami dengan heran melihat ada wanita
hamil besar masih sewa short time di motelnya dia.
Walaupun begitu keluarga suamiku menjadi sangat
gembira dan tidak ada kecurigaan sama sekali
bahwa benih cucunya berasal dari orang lain …
mitra bisnis suamiku sendiri.


Adult | GO HOME | Exit
2/2590
U-ON

inc Powered by Xtgem.com