watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Nita istri teman kostku

Meskipun tinggal di Jakarta dan digaji besar, aku
lebih suka tinggal di perkampungan. Kosku berada
di wilayah Jakarta Selatan dekat perbatasan
Tangerang. Lokasinya yang nyaman dan tenang,
jau dari hiruk pikuk kota, membuatku betah tinggal
lama disini sejak tahun 2002. Sudah 7 tahun lebih
aku belum pernah pindah. Tetangga-tetangga pun
heran mengapa aku betah tinggal disitu padahal bu
kostku terkenal orangnya kolot dan masih
memegang tradisi lama. Orangnyapun alim dan
tidak suka anak kostnya berbuat macam-macam
dan kalau ketahuan sudah pasti diusir dari rumah
kostnya.
Rumah kostku 2 lantai yang disewakan hanya 5
kamar dengan ukuran sedang dan kostnya baik
untuk putra maupun putri, yang masih single
maupun yang sudah berkeluarga. Kamar mandi
untuk anak kost disedakan ada 2 didalam rumah
satu dan yang diluar juga ada. Ibu koskupun tinggal
disitu cuman tinggal di kamar sebelah dalam
bersama anak semata wayangnya Mas Rano.
Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2005, Rumah kost
hanya terisi dua satu untukku dan sebelahnya lagi
keluarga Mas Tarno berasal dari Yogyakarta. Mas
Tarno umurnya 2 tahun diatasku jadi waktu itu
sekitar 26 tahun. Istrinya bernama Nita seumuran
denganku. Nita orangnya manis putih tinggi sekitar
165 cm ukuran payudara sekitar 34-an. Mereka
sudah dikaruniai satu orang anak masih berumur 2
tahun bernama Rara. Mas Tarno orangnya
penggangguran. Jadi untuk keperluan, Nita-lah yang
bekerja dari pagi sampai malam di sebuah
Supermarket terkenal (supermarket ini sering dikenai
sanksi oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha
lho!!!….hayo tebak siapa bisa..hahahaha….) sebagai
SPG sebuah produk susu untuk balita. Karena
keperluannya yang begitu banyak, Nita (menurut
pengakuannya) sampai meminta pihak manajemen
untuk bisa bekerja 2 shift.
Tentunya keluarga macam ini sering cek-cok. Nita
mengganggap Mas Tarno orangnya pemalas
bisanya hanya minta duit untuk beli rokok. Padahal
jerih payah Nita seharusnya untuk beli susu buat
Rara putrinya. Mas Tarno pun sering membalas
omelan-omelan Nita dengan tamparan dan
tendangan bahkan dilakukan didepan anaknya. Aku
sendiri tidak betah melihat pertengkaran itu.
Suatu saat, Mas Tarno dapat pekerjaan sebagai ABK
dan tentunya harus meninggalkan keluarganya
dalam waktu yang cukup lama. Nita senangnya
bukan main mendengarnya. Akan tetapi hal itu tidak
berlangsung lama.
Pada malam itu, aku ngobrol dengan Nita
dikamarnya sambil nonton TV. Si Rara muter-muter
sambil bermain maklum umur segitu masih lucu-
cucunya.
“Sekarang sepi ya, Nit….nggak ada Mas Tarno.”
kataku
“Lebih baik gini, Ted. Enakan kalo Mas Tarno nggak
ada.” Keluh Nita kepadaku.
“Emangnya Kenapa?” tannyaku.
“Mas Tarno tuh kerja nggak kerja tetep nyusahin.
wajar khan kalo aku minta duit ke Mas Tarno? Aku
khan istrinya. Eh, Dianya marah-marah. Besoknya
aku diomelin juga ama ibu mertuaku. Katanya aku
nggak boleh minta duitnya dulu biar bisa buat
nabung. Gombal!!! Aku nggak percaya Mas Tarno
bisa nabung!!!” Dia jawab dengan marah-marah.
“Sabar ya…” Aku mencoba untuk menenangkannya
apalagi Rara dah minta bobo’.
“Seandainya Mas Tedy yang jadi suamiku mungkin
aku tidak akan merana. Mas Tedy dah dapat
pekerjaan tetap dan digaji besar sedangkan
suamiku, Mas Tarno hanya pekerja kasar di kapal
itupun baru sebulan sebelumnya penggangguran.”
Keluhnya.
“Udah…jangan berandai-andai….biarkan hidup
mengalir saja.” Jawabku sekenanya.
“Mas, …..
Tiba-tiba Nita duduk disebelahku mengapit
tangganku dan menyandarkan kepalanya. Aku
sungguh terkejut. Aku tahu Nita butuh kasih sayang,
butuh belaian, butuh perhatian. Bukan tendangan
dan tamparan. Aku balas dia dengan pelukan di
bahunya. Sayang sekali Wanita semanis Nita disia-
siakan oleh laki-laki. Tapi Aku juga laki-laki normal
punya nafsu terhadap wanita. Justru inilah
kesempatanku untuk mengerjai Nita apalagi ibu
kostku menjengguk keluarganya di Surabaya
selama seminggu dan baru berangkat kemarin
malam dan Mas Rano dapat jatah kerja Shift malam
di sebuah Mall. Yuhuyyy…akhirnya kesempatan itu
tiba!!!
Kutoleh Nita yang saat itu sedang memakai daster,
tanpa basa basi aku langsung merengkuh tubuh Nita
yang montok itu kedalam pelukanku dan langsung
kucium bibirnya yang tipis itu. Nita memeluk
tubuhku erat erat, Nita sangat pandai memainkan
lidahnya, terasa hangat sekali ketika lidahnya
menyelusup diantara bibirku. Tanganku asyik
meremas susu Nita yang tidak seberapa besar tapi
kencang, pentilnya kupelintir membuat Nita
memejamkan matanya karena geli. Dengan sigap
aku menarik daster Nita, dan seperti biasanya Nita
sudah tak mengenakan apa apa dibalik dasternya itu
ternyata Nita memang sudah merencanakannya
tanpa sepengetahuanku. Tubuh Nita benar benar
aduhai dan merangsang seleraku, tubuhnya
semampai, putih dengan susu yang pas dengan
ukuran tubuhnya ditambah nonok yang tak
berambut mencembung.
“Eh gimana kalo si Rara bangun?” tanyaku.
“Tenang aja Mas Tedy, Susu yang diminum Rara
tadi dah aku campurin CTM.” Jawabnya dengan
gaya yang manja. Benar-benar persiapan yang
sempurna.
Ketika kubentangkan bibir nonoknya, itilnya yang
sebesar biji salak langsung menonjol keluar. ketika
kusentuh dengan lidahku, Nita langsung menjerit
lirih. Aku langsung mencopot baju dan celanaku
sehingga penisku yang sepanjang 12 cm langsung
mengangguk angguk bebas. Ketika kudekatkan
penisku ke wajah Nita, dengan sigap pula Nita
menggenggamnya dan kemudian mengulumnya.
Kulihat bibir Nita yang tebal itu sampai membentuk
huruf O karena penisku yang berdiameter 3 cm itu
hampir seluruhnya memadati bibir mungilnya, Nita
sepertinya sengaja memamerkan kehebatan
kulumannya, karena sambil mengulum penisku ia
berkali kali melirik kearahku. Aku hanya dapat
menyeringai keenakan dengan servis Nita ini.
Mungkin posisiku kurang tepat bagi Nita yang sudah
berbaring itu sementara aku sendiri masih berdiri
disampingnya, maka Nita melepaskan kulumannya
dan menyuruhku berbaring disebelahnya. Setelah
aku berbaring dengan agak tergesa gesa Nita
merentangkan kedua kakiku dan mulai lagi menjilati
bagian peka disekeliling penisku, mulai dari pelirku,
terus naik keatas sampai keNitang kencingku
semuanya dijilatinya, bahkan Nita dengan telaten
menjilati Nitang duburku yang membuat aku benar
benar blingsatan. Aku hanya dapat meremas remas
susu Nita serta merojok nonoknya dengan jariku.
Aku sudah tak tahan dengan kelihaian Nita ini,
kusuruh dia berhenti tetapi Nita tak
memperdulikanku malahan ia makin lincah
mengeluar masukkan penisku kedalam mulutnya
yang hangat itu. Tanpa dapat dicegah lagi air maniku
menyembur keluar yang disambut Nita dengan
pijatan pijatan lembut dibatang penisku seakan akan
dia ingin memeras air maniku agar keluar sampai
tuntas.
Ketika Nita merasa kalau air maniku sudah habis
keluar semua, dengan pelan pelan dia melepaskan
kulumannya, sambil tersenyum manis ia melirik
kearahku. Kulihat ditepi bibirnya ada sisa air maniku
yang masih menempel dibibirnya, sementara yang
lain rupanya sudah habis ditelan oleh Nita. Nita
langsung berbaring disampingku dan berbisik “Mas
Tedy diam saja ya, biar saya yang memuaskan
Mas !” Aku tersenyum sambil menciumi bibirnya
yang masih berlepotan air maniku sendiri itu.
Dengan tubuh telanjang bulat Nita mulai memijat
badanku yang memang jadi agak loyo juga setelah
tegang untuk beberapa waktu itu, pijatan Nita benar
benar nyaman, apalagi ketika tangannya mulai
mengurut penisku yang setengah ngaceng itu,
tanpa dihisap atau diapa apakan, penisku ngaceng
lagi, mungkin karena memang karena aku masih
kepengen main beberapa kali lagi maka nafsuku
masih bergelora. Aku juga makin bernafsu melihat
susu Nita yang pentilnya masih kaku itu, apalagi
ketika kuraba nonoknya ternyata itilnya juga masih
membengkak menandakan kalau Nita juga masih
bernafsu hanya saja penampilannya sungguh
kalem .
Melihat penisku yang sudah tegak itu, Nita langsung
mengangkangi aku dan menepatkan penisku
diantara bibir nonoknya, kemudian pelan pelan ia
menurunkan pantatnya sehingga akhirnya penisku
habis ditelan nonoknya itu. Setelah penisku habis
ditelan nonoknya, Nita bukannya menaik turunkan
pantatnya, dia justru memutar pantatnya pelan
pelan sambil sesekali ditekan, aku merasakan ujung
penisku menyentuh dinding empuk yang rupanya
leher rahim Nita. Setiap kali Nita menekan pantatnya,
aku menggelinjang menahan rasa geli yang sangat
terasa diujung penisku itu. Putaran pantat Nita
membuktikan kalau Nita memang jago bersetubuh,
penisku rasanya seperti diremas remas sambil
sekaligus dihisap hisap oleh dinding nonok Nita.
Hebatnya nonok Nita sama sekali tidak becek,
malahan terasa legit sekali, seolah olah Nita sama
sekali tak terangsang oleh permainan ini. Padahal
aku yakin seyakin yakinnya bahwa Nita juga sangat
bernafsu, karena kulihat dari wajahnya yang
memerah, serta susu dan itilnya yang mengeras
seperti batu itu. Aku makin lama makin tak tahan
dengan gerakan Nita itu, kudorong ia kesamping
sehingga aku dapat menindihinya tanpa perlu
melepaskan jepitan nonoknya. Begitu posisiku
sudah diatas, langsung kutarik penisku dan kutekan
sedalam dalamnya memasuki nonok Nita. Nita
menggigit bibirnya sambil memejamkan mata,
kakinya diangkat tinggi tinggi serta sekaligus
dipentangnya pahanya lebar lebar sehingga penisku
berhasil masuk kebagian yang paling dalam dari
nonok Nita. Rojokanku sudah mulai tak teratur
karena aku menahan rasa geli yang sudah
memenuhi ujung penisku, sementara Nita sendiri
sudah merintih rintih sambil menggigiti pundakku.
Mulutku menciumi susu Nita dan menghisap
pentilnya yang kaku itu, ketika Nita memintaku untuk
menggigiti susunya, tanpa pikir panjang aku mulai
menggigit daging empuk itu dengan penuh gairah,
Nita makin keras merintih rintih, kepalaku yang
menempel disusunya ditekan keras keras
membuatku tak bisa bernafas lagi, saat itulah tanpa
permisi lagi kurasakan nonok Nita mengejang dan
menyemprotkan cairan hangat membasahi seluruh
batang penisku.
Ketika aku mau menarik pantatku untuk memompa
nonoknya, Nita dengan keras menahan pantatku
agar terus menusuk bagian yang paling dalam dari
nonoknya sementara pantatnya bergoyang terus
diatas ranjang merasakan sisa sisa kenikmatannya.
Dengan suara agak gemetar merasakan
kenikmatannya, Nita menanyaiku apakah aku sudah
keluar, ketika aku menggelengkan kepala, Nita
menyuruhku mencabut penisku. Ketika penisku
kucabut, Nita langsung menjilati penisku sehingga
cairan lendir yang berkumpul disitu menjadi bersih.
Penisku saat itu warnanya sudah merah padam
dengan gagahnya tegas keatas dengan urat uratnya
yang melingkar lingkar disekeliling batang penisnya.
Nita sesekali menjilati ujung penisku dan juga buah
pelirku. Ketika Nita melihat penisku sudah bersih dari
lendir yang membuat licin itu, dia kembali
menyuruhku memasukkan penisku, tetapi kali ini
Nita yang menuntun penisku bukannya keNitang
nonoknya melainkan keNitang duburnya yang
sempit itu. Aku menggigit bibirku merasakan sempit
serta hangatnya Nitang dubur Nita, ketika penisku
sudah menyelusup masuk sampai kepangkalnya,
Nita menyuruhku memaju mundurkan penisku, aku
mulai menggerakkan penisku pelan pelan sekali.
Kurasakan betapa ketatnya dinding dubur Nita
menjepit batang penisku itu, terasa menjalar
diseluruh batangnya bahkan terus menjalar sampai
keujung kakiku. Benar benar rasa nikmat yang luar
biasa, baru beberapa kali aku menggerakkan
penisku, aku menghentikannya karena aku kuatir
kalau air maniku memancar, rasanya sayang sekali
jika kenikmatan itu harus segera lenyap. Nita
menggigit pundakku ketika aku menghentikan
gerakanku itu, ia mendesah minta agar aku
meneruskan permainanku. Setelah kurasa agak
tenang, aku mulai lagi menggerakkan penisku
menyelusuri dinding dubur Nita itu, dasar sudah
lama menahan rasa geli, tanpa dikomando lagi air
maniku tiba tiba memancar dengan derasnya, aku
melenguh keras sekali sementara Nita juga
mencengkeram pundakku.
Aku jadi loyo setelah dua kali memuntahkan air
mani yang aku yakin pasti sangat banyak. Tanpa
tenaga lagi aku terguling disamping tubuh Nita,
kulihat penisku yang masih setengah ngaceng itu
berkilat oleh lendir yang membasahinya. Nita
langsung bangun dari tempat tidur, dengan
telanjang bulat ia keluar mengambil air dan
dibersihkannya penisku itu, aku tahu kali ini dia tak
mau membersihkannya dengan lidah karena
mungkin dia kuatir kalau ada kotorannya yang
melekat. Setelah itu, disuruhnya aku telungkup agar
memudahkan dia memijatku, aku jadi tertidur,
disamping karena memang lelah, pijatan Nita benar
benar enak, sambil memijat sesekali dia menggigiti
punggungku dan pantatku. Aku benar benar puas
menghadapi perempuan satu ini.
Aku tertidur cukup lama, ketika terbangun badanku
terasa segar sekali, karena selama aku tidur tadi Nita
terus memijit tubuhku. Ketika aku membalikkan
tubuhku, ternyata Nita masih saja telanjang bulat,
penisku mulai ngaceng lagi melihat tubuh Nita yang
sintal itu, tanganku meraih susunya dan kuremas
dengan penuh gairah, Nitapun mulai meremas
remas penisku yang tegang itu.
“Yuk kita ke kamar mandi” ajakku
“Sapa takut…..”
Aku menarik tangan Nita keluar kamar sambil bugil
tapi aku sempatkan menyambar 2 buah handuk
kemudian berjalan mengendap masuk , takut
ketahuan tetangga sebelah rumah dan mengunci
pintu kamar mandinya dari dalam.
” Nit…kamu seksi banget..” desisku sambil lebih
mendekatinya, dan langsung mencium bibirnya
yang ranum. Nita membalas ciumanku dengan
penuh gairah, dan aku mendorong tubuhnya ke
dinding kamar mandi.
Tanganku membekap dadanya dan memainkan
putingnya. Nita mendesah pelan. Ia menciumku
makin dalam. Kujilati putingnya yang mengeras dan
ia melenguh nikmat. Aku ingat, pacarku paling suka
kalau aku berlama-lama di putingnya. Tapi kali ini
tidak ada waktu, karena sudah menjelang pagi. Nita
mengusap biji pelirku. Kunaikan tubuh Nita ke bak
mandi. Kuciumi perutnya dan kubuka pahanya.
Bulu kemaluannya rapi sekali. Kujilati liangnya
dengan nikmat, sudah sangat basah sekali. ia
mengelinjang dan kulihat dari cermin, ia meraba
putingnya sendiri, dan memilin-milinnya dengan
kuat.
Kumasukan dua jari tanganku ke dalam liangnya,
dan ia menjerit tertahan. Ia tersenyum padaku,
tampak sangat menyukai apa yg kulakukan. Jari
telunjuk dan tengahku menyolok-nyolok ke dalam
liangnya, dan jempolku meraba-raba kasar
klitorisnya. Ia makin membuka pahanya,
membiarkan aku melakukan dengan leluasa.
Semakin aku cepat menggosok klitorisnya, semakin
keras desahannya. Sampai-sampai aku khawatir
akan tetangga sebelah rumah dengar karena dinding
kamar mandi bersebelahan tepat dengan dinding
rumha tetangga. Lalu tiba-tiba ia meraih kepalaku,
dan seperti menyuruhku menjilati liangnya.
” Ahhh…ahhh….Mas…Arghhhh..uhhh….Maaasss….”
ia mendesah-desah girang ketika lidahku menekan
klitorisnya kuat2. Dan jari-jariku makin mengocok
liangnya. Semenit kemudian, Nita benar-benar
orgasme, dan membuat mulutku basah kuyub
dengan cairannya. Ia tersenyum lalu mengambil
jari2ku yang basah dan menjilatinya sendiri dengan
nikmat.
Ia lalu mendorongku duduk di atas toilet yg tertutup,
Ia duduk bersimpuh dan mengulum penisku yang
belum tegak benar. Jari-jarinya dengan lihay
mengusap-ngusap bijiku dan sesekali menjilatnya.
Baru sebentar saja, aku merasa akan keluar. Jilatan
dan isapannya sangat kuat, memberikan sensasi
aneh antara ngilu dan nikmat. Nita melepaskan
pagutannya, dan langsung duduk di atas
pangkuanku.
Ia bergerak- gerak sendiri mengocok penisku
dengan penuh gairah. Dadanya naik turun dengan
cepat, dan sesekali kucubit putingnya dengan keras.
Ia tampak sangat menyukai sedikit kekerasan. Maka
dari itu, aku memutuskan untuk berdiri dan
mengangkat tubuhnya sehingga sekarang posisiku
berdiri, dengan kakinya melingkar di pinggangku.
Kupegang pantatnya yang berisi dan mulai kukocok
dengan kasar. Nita tampak sangat menyukainya. Ia
mendesah-desah tertahan dan mendorong kepalaku
ke dadanya. Karena gemas, kugigit dengan agak
keras putingnya. Ia melenguh ,” Oh…gitu Mas..gigit
seperti itu…aghhh…”
Kugigit dengan lebih keras puting kirinya, dan
kurasakan asin sedikit di lidahku. Tapi tampaknya
Nita makin terangsang.Penisku terus memompa
liangnya dengan cepat, dan kurasakan liangnya
semakin menyempit…
Penisku keluar masuk liangnya dengan lebih cepat,
dan tiba-tiba mata Nita merem melek, dan ia
semakin menggila, lenguhan dan desahannya
semakin kencang hingga aku harus menutup
mulutnya dengan sebelah tangannku.
” Ah Maass…Ehmm… Arghh…Arghhh…Ohhhhh
uhhhhhh…” Nita orgasme untuk kesekian kalinya
dan terkulai ke bahuku.
Karena aku masih belum keluar, aku mencabut
penisku dari liangnya yang banjir cairannya, dan
membalikan tubuhnya menghadap toilet. Biasa kalau
habis minum staminaku memang suka lebih gila.
Nita tampak mengerti maksudku, ia menunggingkan
pantatnya, dan langsung kutusuk penisku ke
liangnya dari belakang. Ia mengeram senang, dan
aku bisa melihat seluruh tubuhnya dari cermin di
depan kami. Ia tampak terangsang, seksi dan acak-
acakan.
Aku mulai memompa liangnya dengan pelan, lalu
makin cepat, dan tangan kiriku meraih puting
payudaranya, dan memilinnya dengan kasar,
sementara tangan kananku sesekali menepuk keras
pantatnya. Penisku makin cepat menusuk2 liangnya
yang semakin lama semakin terasa licin. Tanganku
berpindah-pindah, kadang mengusap-ngusap
klitorisnya dengan cepat.
Badan Nita naik turun sesuai irama kocokanku, dan
penisku semakin tegang dan terus menghantam
liangnya dari belakang. Ia mau orgasme lagi,
rupanya, karena wajahnya menegang dan ia
mengarahkan tanganku mengusap klitorisnya
dengan lebih cepat.
Penisku terasa makin becek oleh cairan liangnya.
“Nita..aku juga mau keluar nih….”
” oh tahan dulu…kasih aku….penismu….tahan!!!!
“Nita langsung membalikan tubuhnya, dan
mencaplok penisku dengan rakus. Ia mengulumnya
naik turun dengan cepat seperti permen, dan dalam
itungan detik, menyemprotlah cairan maniku ke
dalam mulutnya.
” ArGGGhhhh!! Oh yes !! ” erangku tertahan.
Nita menyedot penisku dengan nikmat, menyisakan
sedikit rasa ngilu pada ujung penisku, tapi ia tidak
peduli, tangan kirinya menekan pelirku dan
kanannya mengocok penisku dengan gerakan
makin pelan. Kakiku lemas dan aku terduduk di kursi
toilet yg tertutup. Nita berlutut dan menjilati seluruh
penisku dengan rakus.
Setelah Nita menjilat bersih penisku, ia memakaikan
handukku, lalu memakai handuknya sendiri. Ia
memberi isyarat agar aku tidak bersuara, lalu
perlahan-lahan membuka pintu kamar mandi.
Setelah yakin aman, ia keluar dan aku mengikutinya
dari belakang. Setelah kejadian itu aku sama Nita
semakin gila-gilaan dalam bermain seks sampai
dengan ibu kosku kembali dari Surabaya tentunya
aku hanya bisa melakukannya di malam hari


Adult | GO HOME | Exit
2/1952
U-ON

inc Powered by Xtgem.com