watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Ngentot sama mantan pacar ibuku

Tanpa sengaja malam itu aku mendengar
pertengkaran Mamaku dan Papa tiriku tentang aborsi
yang dilakukan Mama sebelum menikah dengannya.
Rupanya Papa menemukan adanya hasil USG
kandungan mama yang entah kenapa masih Mama
simpan saja sehingga akhirnya ketahuan oleh Papa.
Kalau mendengar tahun kejadiannya yang dibaca
oleh Papa dari hasil USG itu adalah sekitar tahun
2000. Hal itu berarti terjadi pada waktu Mama baru
setahunan mejadi janda dan aku masih duduk di
kelas 6 SD, tentu saja belum mengenal Papa tiriku
yang sekarang.
Walaupun Mama akhirnya bisa meyakinkan Papa
bawah peristiwanya itu terjadi jauh sebelum mereka
berkenalan, tetapi aku menjadi penasaran siapa laki-
laki yang telah menghamili Mamaku dan mengapa
Mama menyimpan hasil USGnya sampai sekarang.
Kenapa Mama sama sekali tidak menceritakan
mengenai laki-laki ini padaku, padahal biasanya
Mama selalu cerita mengenai teman-teman lelakinya
padaku karena bagi Mama siapapun nanti menjadi
suaminya harus bisa menjadi Papa tiri yang aku
sukai. Walaupun Mama tidak menceritakan sejauh
apa hubungannya dengan tiap teman lelakinya,
tetapi aku yakin bukan mereka yang menghamili
Mamaku.
Apakah Mamaku pernah jadi selingkuhan laki-laki lain
yang sudah berkeluarga ?
Pertanyaan itulah yang kemudian muncul di
kepalaku karena hanya itulah yang bisa menjelaskan
kenapa Mama tidak bisa menceritakan kepadaku
tentang laki-laki tersebut.
Namaku Karin, umurku saat itu adalah 23 tahun dan
sedang menyelesaikan pendidikanku di fakultas
kedokteran universitas negeri ternama di Jakarta.
Sampai SMA aku menyelesaikannya di Bandung dan
baru pindah ke Jakarta setelah Mamaku menikah lagi
dengan seorang dokter asal Jakarta yang sekarang
menjadi Papa tiriku. Mamaku sendiri seorang dokter
spesialis mata asal Bandung sedangkan Ayah
kandungku juga seorang dokter Ahli Penyakit Dalam
dari Bandung juga.
Mamaku bukan tipe orang yang punya pergaulan
bebas, dia hanya punya sedikit teman dekat yang
umumnya berasal dari lingkungan sekolahnya sejak
SD sampai di bangku kuliah. Tetapi memang teman-
teman dekatnya yang paling banyak dan paling
sering bergaul dengan Mama adalah teman-teman
SMAnya. Sepengetahuanku semua teman SMA
Mama itu sudah berkeluarga karena sering kali
dalam beberapa acara aku dibawa Mama untuk
bertemu keluarga mereka. Dari sini aku mulai
mengecilkan pilihanku pada tahun di mana kejadian
yang dipermasalahkan oleh Papa tiriku itu, terutama
dengan siapa saja Mamaku suka pergi.
Akhirnya kecurigaanku mengerucut hanya pada
satu orang saja, yaitu Oom Yanto, seorang teman
Mama yang memang sudah akrab bukan hanya
dengan Mama tapi juga dengan keluarga besar
Mamaku sejak mereka sama-sama di bangku SMA.
Oom Yanto menikahi teman SMAnya yang juga
merupakan teman dekat Mama, bahkan anak-anak
merekapun cukup aku kenal. Salah satu alasanku
mencurigai Oom Yanto karena aku ingat bahwa
Oom Yanto lah yang paling sering menjemput dan
mengantar Mama kalau ada kegiatan dengan teman-
temannya Mama. Bahkan kadang-kadang Mama
pamit keluar kota untuk urusan dinas beberapa hari
tapi yang menjemput dan mengantar pulangnya
adalah Oom Yanto.
Oom Yanto memang sosok laki-laki idaman hampir
semua wanita dewasa karena selain sukses sebagai
pengusaha, juga mempunyai kepribadian yang
sangat menarik dan tentu saja wajahnya yang
lumayan dengan badan yang tinggi besar. Tangan
dan kaki Oom Yanto dipenuhi bulu dan muka yang
ditumbuhi kumis dan jenggot hingga terlihat seksi
bagi sebagian wanita. Dia merupakan pria yang
ramah, mudah tertawa dan selalu bisa membawa
suasana menjadi lebih cair serta menyenangkan.
Aku makin penasaran ingin memastikan apakah
memang Mamaku dihamili oleh Oom Yanto ini atau
laki-laki lain. Hal ini menjadi sangat penting bagiku
karena akan mempengaruhi persepsi tentang
Mamaku selama ini. Tapi bagaimana caranya ?
Pikiran ini lama-lama menjadi obsesi yang sangat
mengganggu konsentrasiku sehingga beberapa
kuliahku nilainya menjadi tidak memuaskan. Aku
tidak berani bertanya langsung kepada Mamaku
karena kalau dia berbohong dengan jawabannya
maka akan merusak hubungan kami selamanya.
Akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi
Oom Yanto lewat akun fesbuknya dulu sebagai
komunikasi awalku. Tidak terlalu sulit mencarinya
karena akun Oom Yanto memang tercantum dalam
akun anak-anaknya yang sudah menjadi teman
fesbukku. Dengan hati-hati aku mulai menyusun
langkah-langkah untuk melakukan penyelidikanku,
aku tidak mau salah langkah karena akan merusak
suatu hubungan silahturahmi yang sudah sangat
lama terjalin antara dua keluarga besar.
Pertama kali aku coba meng-add Oom Yanto
sebagai teman, kalau ini berhasil maka akan
memudahkan langkah selanjutnya. Tetapi kalau tidak
berhasil maka aku harus mencari jalan yang lebih
sulit. Rupanya Oom Yanto mengenaliku sehingga
dia langsung meng-approve requestku. Sebagai
pembukaan aku mulai mengiriminya message
berbasa-basi yang ternyata juga mendapat
tanggapan positif walaupun kadang-kadang
jawabannya agak lama karena kesibukkannya.
Setelah komunikasi mulai terbuka aku mulai maju ke
langkah kedua yaitu mencoba mencari tahu
bagaimana hubungan pertemanan Oom Yanto dan
Mamaku pada saat 10 tahunan yang lalu dan
sekarang. Dari jawaban-jawaban Oom Yanto
dugaanku ternyata benar bahwa dulu mereka punya
hubungan “istimewa” walaupun tidak begitu jelas
seberapa istimewanya.
Sebagai langkah ketiga, aku berusaha untuk ketemu
langsung dengan Oom Yanto dengan
menyampaikan bahwa aku banyak pertanyaan
mengenai masa lalu Mamaku yang aku anggap
Oom Yanto cukup banyak tahu. Aku katakan bahwa
hal itu penting karena sekarang sedang ada masalah
antara Mamaku dan Papa tiriku tentang masa lalu
Mama. Tentu saja aku tegaskan bahwa aku hanya
bisa membicarakannya saat berhadapan langsung
dengan Oom Yanto.
Aku cukup kaget saat Oom Yanto tanpa keraguan
sedikitpun bersedia menemui aku, bahkan saat kami
mulai berkomunikasi di telepon untuk mengatur
waktunya, nada suara Oom Yanto sama ramahnya
dengan nada suara yang dulu sudah aku kenal.
Oom Yanto juga menanyakan apakah pertemuan
kami akan dilakukan di-public area atau di-private
area. Pertanyaan ini sempat membuatku pusing
karena kalau di private area aku masih kagok
berduaan dengan Oom Yanto, tapi kalau benar
ternyata Oom Yanto yang menghamili Mamaku
maka sangat tidak bijak membicarakannya di public
area.
Akhirnya aku memutuskan untuk bertemu di private
area saja karena bagaimanapun akan menjadi lebih
mudah bagiku untuk mengikuti perkembangan
selanjutnya. Tempat yang akan dipakai untuk
pertemuan kami adalah sebuah hotel berbintang di
bilangan Mega Kuningan yang biasa Oom Yanto
pakai menginap kalau sedang ada di Jakarta. Sedang
waktunya aku memilih saat sedang jaga di rumah
sakit, tetapi sebelumnya jadwalnya aku tukar
dengan temanku sehingga orang tuaku tidak akan
curiga kalau aku pulang larut malam karena kalau
sedang berjaga kadang-kadang aku tidur di rumah
sakit.
“Oom ini Karin, sekarang sudah sampai di loby
hotel” Kataku saat menelon ke telepon genggamnya
saat aku sudah sampai ke Hotelnya. Waktu saat itu
menunjukkan pukul 14:05, sesuai dengan waktu
yang telah kami sepakati karena aku adah kuliah pagi
di RSCM.
“Okay … saya akan jemput kamu ke bawah karena
untuk bisa naik lift ke kamar Oom harus memakai
kunci kamarnya” Jawab Oom Yanto di teleponnya.
Dengan berdebar-debar aku berdiri di depan lift,
memandangi pergerakan setiap lift dan orang yang
keluar darinya. Tak lama kemudian Oom Yanto
keluar, pempilannya sekarang sudah agak gemuk
dengan rambut yang lebih tipis tetapi daya tarik
lainnya masih sama. Terlihat dia sedikit celingak
celinguk mencariku, karena memang kami hampir
tidak pernah bertemu lagi selama 8 tahun. Aku
segera menghampiri dan menyapanya terlebih
dahulu yang disambutnya dengan hangat.
Setelah dia mencium pipi kiri dan kananku dia
langsung mengajakku naik ke kamarku. Tiba-tiba
aku dilanda perasaan aneh yaitu perasaan yang
hampir sama seperti saat aku diajak oleh pacarku ke
rumahnya yang sedang kosong untuk petting. Aku
memang bilang ke pacarku bahwa aku hanya mau
bercumbu dan petting di tempat-tempat yang
bersuasana nyaman seperti rumah atau kamar
hotel.
Saat itu kami melakukan petting dengan bertelanjang
bulat seperti yang aku janjikan kepadanya kalau dia
bisa punya kesempatannya. Pacarku sempat
memaksa ingin melakukan penetrasi, tapi aku
menolaknya bukan karena aku tidak mau tapi aku
mengingatkannya bahwa janjiku untuk kali ini adalah
bersedia melakukan petting sambil bertelanjang
bulat dan tidak lebih dari itu. Kalau dia ingin
bersetubuh denganku maka harus cari waktu lagi
dengan syarat yang aku tentukan kemudian. Aku
selalu diajarkan Mama untuk selalu bisa
mengendalikan laki-laki atau mereka akan
mengendalikan kita. Tetapi ternyata ceritanya jadi
lain kalau berhadapan dengan Oom Yanto.
Oom Yanto menyewa kamar suite, sehingga kami
bisa mengobrol sambil duduk sofa dan kursi yang
ada bukan di duduk ranjang seperti yang aku
khawatirkan sebelumnya. Hal ini tentunya
melegakan aku tapi tanpa aku sadari membuatku
menjadi lebih lengah karena hal itu sebenarnya tidak
menghilangkan kenyataan bahwa aku tetap berada
di dalam kamar tidurnya Oom Yanto. Entah kenapa
kami berdua sama-sama duduk di sofa walapun
sebenarnya masih ada satu kursi lagi. Di sana juga
sudah tersedia minuman dan makanan ringan untuk
menemani obrolan kami.
Awalnya aku bercerita dengan lancar mengenai
pertengkaran Mamaku dan Papa tiriku dan
bagaimana aku menjadi terganggu karenanya. Oom
Yanto juga mendengarkan ceritaku dengan seksama
tanpa perubahan ekspresi sedikitpun. Tetapi
kelancaran ceritaku tiba-tiba menjadi tersendat saat
aku harus mengajukan pertanyaan inti dari tujuanku
bertemu dia. Wajahku berubah menjadi sedikit
kemerahan karena menahan campuran perasaan
malu dan penasaran.
“Begini Oom … Karin ingin Tanya kepada Oom” Aku
coba membukanya dengan kalimat netral.
“Sok atuh apa yang akan kamu tanyakan “ Jawab
Oom Yanto.
“Ta…tapi Oom jangan marah Ya ?” Kataku mulai
gugup.
“Marah kenapa dan ke siapa ?” Balas Oom Yanto.
“Marah ke Karin atau malah marah ke Mama, Karin
sware bahwa Mama ga tau kedatangan Karin ke sini”
Lanjutku sambil mengangkat dua jariku seperti janji
pramuka.
“Oom janji tidak akan marah tanpa alasan yang
benar-benar jelas” Jawabnya dengan ekspresi
keheranan.
“Begini Oom …eeee…apakah …eh …begini…apakah
O..Om yang menghamili Mama ?” Akhirnya
pertanyaan itu terlepas juga.
Oom Yanto merenung sebentar kemudian matanya
melihat kembali padaku dengan tetap tidak ada
perubahan emosi yang drastis pada wajahnya.
“Apakah jawaban Oom sangat penting buat Karin ?”
Dia malah sekarang balik bertanya
“Be..betul Oom, Karin sangat terganggu oleh pikiran
itu sejak saat itu” jawabku sambil menunduk
“Baiklah kalau memang Karin ingin tahu…. Oom
mengakui bahwa memang sayalah yang
menghamili Mamanya Karin tahun 2000 itu” Jawab
Oom Yanto dengan suara lembut tapi tegas.
“Oom juga yang membantu Mama untuk
melakukan aborsi karena Mamanya Karin saat itu
belum merasa siap hamil tanpa ada suami,
walaupun saat itu Oom juga tidak akan menentang
kalau Mama kamu ingin mempertahankannya”
Lanjutnya dengan ketenangan yang masih tetap
sama.
Jawaban itu memang sudah aku duga dan sesuai
dengan harapanku, tapi tetap saja perasaanku
seperti dicampur aduk antara marah, sedih dan
gembira. Marah karena ternyata Mama berselingkuh
dengan teman yang merupakan suami dari
temannya sendiri. Sedih karena ternyata Mama
harus melakukan aborsi yang tentunya merupakan
pilihan yang sangat berat baginya saat itu. Gembira
karena selingkuhan Mama merupakan laki-laki yang
aku anggap pantas menerima cinta Mama yang saat
itu memang sedang sangat labil akibat perceraian
dan juga ditinggal oleh Papanya Mama atau
Kakekku. Tidak terbayang olehku nasib Mama kalau
terjatuh ke tangan laki-laki yang lebih tidak
bertanggung jawab.
Akhirnya aku hanya bisa menangis tersedu-sedu
setelah medengar pengakuan langsung dari Oom
Yanto yang keluar begitu saja tanpa harus aku paksa
sama sekali. Oom Yanto kemudian memelukku
sambil beberapa kali memberikan kecupan lembut
pada kepalaku yang membuatku merasa lebih
tenang sehingga akhirnya aku balas memeluknya
untuk bisa menangis di dadanya yang bidang.
Dengan lembut kepalaku di belai-belainya sambil
membisikkan kata-kata menghibur di telingaku.
Entah berapa lama aku menangis di pelukan Oom
Yanto, tapi sesudahnya badanku benar-benar
menjadi lemas tidak bertenaga sehingga hampir
jatuh terkulai di sofa. Oom Yanto lalu berinisiatif
membopongku ke ranjangnya tanpa bisa aku tolak
dan membaringkanku di atasnya sambil melepas
sneakers-ku . Kancing atas bajuku juga dia
longgarkan untuk memudahkan aku bernafas
karena hidungku mulai tersumbat ingus akibat
menangis terlalu lama. Oom Yanto sendiri kemudian
berbaring di sisiku untuk membelai kepalaku sambil
sekali-sekali mengecup pipi, hidung dan keningku.
Setelah aku lebih tenang, Oom Yanto bertanya
apakah aku juga ingin tahu alasan dan detail kejadian
dari awal sampai akhir perselingkuhan Mamaku
dengan dia. Aku jawab bahwa aku sangat ingin tahu
dan berharap Oom Yanto tidak menghilangkan
detailnya supaya aku bisa mengerti alasan Mamaku.
Oom Yanto mulai bercerita bahwa hubungan
mereka terjalin lagi setelah acara reuni SMA.
Hubungan yang dimaksud adalah curhat-curhatan
karena waktu masih sama-sama di SMA sampai
kuliah Oom Yanto dan Mamaku adalah teman yang
sangat dekat walaupun tidak sampai pacaran. Pada
saat terjalin hubungan lagi setelah reuni sama sekali
tidak terpikir untuk adanya hubungan yang lebih
jauh dari itu. Oom Yanto bahkan turut mensupport
Mama dalam setiap kencannya dengan pria-pria
yang dijodohkan dengannya, malah dia pernah juga
turut menjodohkan temannya sendiri dengan
Mama.
Entah bagaimana pada suatu kesempatan akhirnya
Oom Yanto dan Mama melakukan hubungan badan
tanpa direncanakan terlebih dahulu. Walaupun tidak
ada komitmen, hanya didasari oleh hubungan
persahabatan yang sudah lama terjalin maka
mereka menjadi tanpa beban untuk terus
berhubungan badan setiap kali saling
memerlukannya sampai akhirnya Mama hamil. Aku
juga melihat dalam kehamilan ini Mama punya andil
karena memang dia yang meminta Oom Yanto
untuk tidak menggunakan pengaman dengan alasan
setelah melahirkanku tanpa alat pengaman pun dia
tidak pernah hamil lagi oleh Papa kandungku
sebelum kemudian bercerai. Tapi saat itu Oom
Yanto belum menceritakan bahwa Mamaku juga
pernah berselingkuh dengan dosen pembimbingnya
yang dimulai saat dia masih menikahi Papa
kandungku. Cerita ini aku dapat setelah hubunganku
dengan Oom Yanto berlanjut.
Aku kemudian meminta Oom Yanto untuk
menceritakan detail dari beberapa kejadian yang
dianggap penting dalam berhubungan dengan
Mama karena berharap dari detail itu apakah
Mamaku adalah Mama yang aku kenal selama ini.
Cerita pertama tentunya adalah tentang bagaimana
peristiwa persetubuhan pertama yang berlangsung
di rumah peristirahatan keluarga Mama di Lembang
bisa terjadi tanpa direncanakan. Seperti yang aku
duga dari sifatnya Mamaku, walaupun Oom Yanto
yang pertama kali mencium bibir Mama, tapi
Mamalah yang pertama kali mengambil inisiatif
meminta berhubungan badan.
Cerita Oom Yanto yang sangat detail mengenai
tahapan persetubuhan yang mereka lakukan
pertama kalinya itu membuatku sampai merasa
sedang mendengarkan cerita roman dewasa yang
sangat realistis. Aku juga tidak menyangka mereka
bisa tenang tetap bersetubuh walaupun sempat
kepergok oleh Mamang penjaga rumah yang datang
karena kaget oleh lolongan nikmat orgasme
Mamaku. Oom Yanto juga bisa membuat Mama
orgasme berkali-kali dengan melakukan beberapa
variasi posisi serta rangsangan-rangsangan
tambahan seperti memasukkan jari ke dubur Mama
saat melakukan doggy style.
Nafasku mulai memburu karena membayangkan
hubungan badan yang dilakukan Mamaku dengan
saat petting yang aku lakukan dengan pacarku. Aku
mulai merasakan kedua putting susuku mengeras
dan celana dalamku jadi lembab dan kulit mukaku
mulai merona merah menahan berahiku sendiri.
Dengan gelisah aku coba gesek-gesekan kedua
pahaku satu sama lain untuk mengurangi
kegelisahanku itu.
Melihat perubahan padaku Oom Yanto lalu
mengecup bibirku yang tanpa aku sadari jadi
setengah terbuka sambil memegang pipiku. Setelah
yakin tidak ada penolakan dariku, tanpa ragu-ragu
Oom Yanto memangut bibirku dengan hangat yang
aku balas tidak kalah mesranya sehingga akhirnya
kami mulai berciuman. Oom Yanto ternyata sangat
pandai mencium, ciumannya bukan saja enak
dinikmati tapi juga memancing berahiku untuk ingin
bercumbu.
Sambil berciuman tangan Oom Yanto sudah masuk
kedalam rokku untuk mengelus paha dan pangkal
pahaku tanpa perlawananku sama sekali bahkan aku
mulai menikmatinya. Tidak berapa lama kemudian
aku malah membantunya melepas rok dan celana
dalamku dan memperbaiki posisi berbaringku agar
bisa merenggangkan kedua pahaku supaya Oom
Yanto lebih mudah menyentuh vaginaku.
“Ahhhhhh ….ahh…ahhhh…” Aku mendesah-desah
saat tangan Oom Yanto dengan lincah bermain-
main di dalam bibir vaginaku dan mempermainkan
kelentitku.
“Addduuuuhhh …oucchhhhh ….” Aku menjerit
kesakitan saat jarinya masuk masuk ke dalam
pangkal lubang senggamaku yang memang belum
pernah dimasuki benda asing.
Pada hari pertama mereka berhubungan badan,
Mamaku mengalami lima kali orgasme dalam dua
kali persetubuhan dari siang sampai sore,
melakukan anal seks sebagai selingan dan
melakukan oral seks di mobil sepanjang perjalanan
pulang dengan menelan sperma Oom Yanto yang
keluar tepat dipintu garasi rumahku. Aku jadi ingat
kembali kejadian waktu itu saat menyambut
kedatangan Mama yang setelah turun dari mobil
Oom Yanto mulutnya terasa sedikit berbau amis
saat menciumku yang mungkin berasal dari sperma
yang ditelannya.
Petualangan seks Mama yang sangat hebat dalam
satu hari membuatku terhanyut dalam gairah berahi
mudaku yang memang sudah mulai mengenal
kenikmatan seks. Sehingga dengan mudah Oom
Yanto melucuti bajuku satu persatu hanya dengan
memberikan rangsangan pada bagian tubuh yang
tepat. Akhirnya menjelang bagian akhir cerita
hubungan badan mereka di hari pertama, aku dan
Oom Yanto sudah dalam keadaan telanjang bulat
dengan tubuh Oom Yanto menindihku menciumi
bibir, kuping dan leherku sambil menggesek-
gesekkan penisnya pada vaginaku.
“Aduh Oom… Karin sudah mulai ga tahan ….”
Maksudku adalah ingin mendapat lebih dari
sekarang, tapi aku masih malu memintanya.
Oom Yanto malah memelorotkan badannya untuk
menciumi, menghisap dan meremas-remas
payudaraku yang membuat nafasku sesak seperti
ada sesuatu yang akan meledak dari dalam. Setelah
puas menciumi payudaraku, bibir Oom Yanto
berpindah ke vaginaku. Kedua kakiku dinaikkannya
ke bahunya sehingga pahaku seperti menjepit
kepalanya. Dengan lahap dia menjilati vaginaku
dengan lidahnya yang kasar, tidak ada satu bagian
pun dari vaginaku yang luput dari sapuan lidahnya.
Lalu dia mainkan kelentitku dengan lidahnya
sebelum kemudian dihisap dan digigit-gigitnya yang
membuat badanku jadi melenting-lenting nikmat.
“AAARRRRRRKKKKKHHHHHHHHH…..” Akhirnya aku
mendapat orgasmeku yang pertama oleh seorang
laki-laki karena ternyata aku tidak mendapat
kenikmatan yang sama saat petting dengan pacarku.
Lidah Oom Yanto bukannya berhenti setelah tahu
aku mendapat orgasme, tapi malah dilanjutkan
dengan menjilati cairan yang keluar dari liang
vaginaku. Lidahnya juga mulai melakukan
“penetrasi” yang membuatku benar-benar tidak bisa
lagi berpikiran sehat selain ingin dipuaskan
kebutuhan berahiku.
“Oomm … setubuhi Karin seperti Mama…please …
Karin udah ga tahan …” Racauku, rupanya daya
tahan dan kontrolku saat itu sudah bobol sehingga
aku melakukan persis seperti yang Mama lakukan;
mengajak bersetubuh.

“Tapi kamu masih perawan Karin… Oom ga berani”
Jawabnya dari arah selangkanganku.
“Oom ambil aja keperawanan Karin semau Oom…
sekarang Karin hanya ingin bersetubuh” Balasku.
Oom Yanto kemudian bangun sambil
mengangkangkan kakiku lebar-lebar dan langsung
mengambil posisi tempur dengan memasukkan
penisnya ke dalam liang vaginaku yang sudah
membengkak kemerahan.
“Aduuhhhh …enak ooommm….enak sekali
ooommm …” Aku merasakan campuran rasa sakit
dan nikmat yang amat sangat saat kepala penisnya
mulai memasuki liang vaginaku dengan berputar-
putar perlahan.
BLESSSSSSSSSSSSSSSSS ………..
Oom Yanto akhirnya memasukkan seluruh
penisnya ke dalam liang vaginaku dalam sekali
genjotan keras.
“Addduuuuduuuuuhhhh ….
Sakiiitttt….ouchhhh….sakittttt…..Ohhhhhhhh…pelan-
pelan Oooommm”
Mau tak mau aku mengaduh kesakitan saat selaput
daraku ditembus oleh penisnya. Akhirnya
keperawananku hilang oleh orang yang sama
dengan yang menghamili Mamaku, tanpa ada rasa
sesal karenaaku memang menginginkannya begitu
saja.
“Ohhhh…ohhhh..ohhhh…sshhhh…shhhh…
ohhhh..oohhhhhh” Aku terus mendesah dan
mendesis saat liang vaginaku dipompa oleh
penisnya.
“Teruskan ooommm…uuhhhh….uhhhh…
aaahhhhh…uhhhh…nikmat sekaliiii”
Crok…crok… crok …. crok … crok ….Bunyi becek dari
cairan vaginaku terdengar sangat seksi memacu
gairahku semakin meningkat intensitasnya.
“Adduuuuuuuuuuuuh Oooooommmmmmmmm
…..enak sekali rasanya”
CROK…CROK…CROK….CROK…CROK….
Bunyi itu terdengar semakin kencang dan
gelombang kenikmatanku mulai datang bergulung-
gulung .
“AAAARRRRKKKKKKKHHHHHHHHHHHHHHHHHH
……………..”
Aku meraung nikmat saat puncak gelobang nikmat
itu menghantam tubuhku. Mataku terbelalak
memandang pada orang yang mendatangkan
kenikmatan ini sebelum akhirnya kembali terpejam
untuk menikmati sisa-sisa alunannya.
Oom Yanto secara perlahan mengurangi frekuensi
genjotan penisnya disesuaikan dengan irama
nafasku yang semakin teratur lagi. Kami lalu
berciuman dengan mesra sambil berpelukan dan
melontarkan kata-kata pujian atas nikmatnya
persetubuhan babak kesatu ini.
“Ooomm..tadi oom sudah keluar belum ?” Tanyaku
sambil memegang pipinya dengan penuh rasa
sayang.
“Belum sayang, Oom belum keluar tadi” Jawab
Oom Yanto dengan tersenyum sambil mencium
tanganku yang mengelus pipinya itu.
“Nanti Oom lepaskan di luar saja ya, kan Karin
masih belum pakai proteksi dan Oom juga ga bawa
kondom karena ga menyangka akan bersetubuh
dengan Karin” Lanjutnya
“Keluarin di dalam saja Oom, Karin ingin merasakan
yang Mama rasakan sehingga mau berkorban
sampai hamil” Bantahku
“Tapi …” Oom Yanto terlihat ragu-ragu
“Ga apa-apa Oom, nanti Karin akan minum Morning
After pill…banyak kok di bagian kebidanan” Kataku
menenangkannya sambil mengelus-ngelus
kepalanya yang sudah botak.
Oom Yanto kemudian membangunkanku sampai
terduduk berhadapan dipangkuannya dengan penis
yang masih tertancap di liang vaginaku. Dia
kemudian memintaku melihat ke arah
selangkanganku untuk melihat cipratan darah
perawanku yang masih menempel pada paha dan
perutku. Dengan spontan aku meraih blackberryku
yang tergeletak di lemari pinggir ranjang untuk
mengambil gambarnya beberapa kali dari beberapa
sudut yang memungkinkan sebagai kenang-
kenangan.
Setelah membiarkan aku puas memotreti vaginaku
sendiri dengan sumpalan batang penis di dalamnya,
Oom Yanto kemudian mulai menciumi payudaraku
yang cukup besar, meremas-remasnya dan
menghisap-hisap putingku yang kecil kecoklatan.
Aku langsung diserang rasa geli yang amat sangat
sehingga mulai melenting-lenting nikmat. Lentingan
badanku juga mengakibatkan penis Oom Yanto jadi
bergerak-gerak lagi dalam liang vaginaku.
Oom Yanto kemudian membaringkan tubuhnya
sendiri dan membiarkanku duduk tegak di atas
selangkangannya dengan posisi seperti orang
menunggang kuda. Aku dimintanya mulai bergerak
naik turun yang aku turuti juga walaupun agak
canggung melakukannya karena merasa Oom
Yanto sekarang bisa menonton tubuhku yang
telanjang secara utuh. Tapi rasa nikmat yang
kemudian aku rasakan membuatku melupakan itu
semua, apalagi dengan posisi ini aku bisa
menentukan sendiri bagian mana dalam liang
vaginaku yang ingin “kebagian” penis lebih banyak
karena lebih mendatangkan rasa nikmat buatku.
Oom Yanto juga membantu dengan mengangkat
pinggulnya setiap kali aku bergerak turun kebawah,
membuat sodokan penisnya terasa lebih mantap.
“Heehhhh….hehhhh….hehhh….hehhh….hehhh…”
Aku mendesah tertahan karena harus juga aktif
bergerak naik turun menjemput sendiri
kenikmatanku.
Keringatku bercucuran walaupun sebenarnya suhu
ruangan cukup dingin karena AC dipasang secara
penuh. Demikian juga dengan cairan vaginaku yang
mulai mengalir deras di dalam liang sampai
merembes keluar mengalir turun melalui kedua
pahaku.
HEHHHHH ….HEEHHHHHH….HEEHHHHHHHH…
HEHHHH….HEEHHHHHHHH …Nafasku semakin
memburu dan gerakanku semakin tidak teratur
karena merasakan orgasmeku akan segera datang
Tapi aku lihat Oom Yanto pun ekspresinya mulai
berbeda karena terlihat seperti menahan sesuatu dan
tangannya yang memegang pinggangku mulai
bergerak-gerak dengan gelisah.
“Oommmmmmm…Karin udah mau dapet lagi !”
Kataku setengah berteriak
“Saya juga udah mau keluarrrr” Sambut Oom Yanto
“AAAAAAAARRRGGGGGGGGHHHHHHHHH……..”
Kami berdua hampir berasamaan mengeluarkan
suara raung kenikmatannya saat berorgasme dan
berejakulasi.
SRRRRTTTT…SRRRTTTTT….SRRRRTTT…SRRRTTTTT
…SRRRTTTT …srttt…srrrtt ….srrrttt
Aku merasakan ada lima semprotan hangat yang
tumpah dalam rahimku diikuti dengan belasan
semprotan kecil.
Tanpa menunggu selesai aku segera menundukkan
badanku untuk menciumi Oom Yanto yang dibalas
dengan pelukan hangat. Kami terus berciuman
dengan saling melumat bibir dan memainkan lidah
masing-masing. Di dalam liang vaginaku kadang-
kadang penis Oom Yanto terasa berkedut-kedut saat
kami berciuman yang membuatku merasa geli,
tanpa sadar aku kemudian membalasnya dengan
melakukan kontraksi pada otot vaginaku sehingga
seperti meremas penis Oom Yanto.
Oom Yanto mengajakku berguling pelan-pelan
sehingga sekarang kembali aku ditindihnya
“Bagaimana sayang ….kamu merasa nikmat ?”
Bisiknya ditelingaku
“Enak sekali Oom…sungguh” Jawabku sambil
kembali menciumnya dengan mesra
“Aaahhhhhh ….” Aku melenguh saat Oom Yanto
menarik penisnya sampai terlepas
Kemudian dia pergi ke kamar mandi dan kembali
lagi membawa handuk yang sudah dibasahi dengan
air hangat. Dengan lembut selangkanganku di
bersihkan olehnya, terutama cairan vaginaku dan
noda darah perawanku setelah itu baru dia
membersihkan penisnya sendiri.
Kami terus mengobrol tentang masa lalu termasuk
kabar mengenai keluarganya Oom Yanto dan anak
paling besarnya yang merupakan teman bermainku
dulu. Tidak lupa juga kutanyakan mengenai kabar
teman-teman Mama lain yang aku ketahui sering
bermain bareng. Terus terang aku merasa aneh
dengan diriku sendiri karena merasa tanpa beban
membicarakan hal itu seolah-olah itu hanya bagian
dari obrolan basa basi. Aku juga sudah tidak merasa
malu lagi bertelanjang bulat di depan Oom Yanto
sambil tanganku memainkan penisnya yang sudah
kuncup.
“Karin bisa temenin Oom malam ini ?” Tanya Oom
Yanto dengan pandangan penuh harap sambil
mengusap-usap tubuh telanjangku yang langsung
membuat bulu-bulu tubuhku jadi berdiri karenanya.
“Memang kalau Karin nginep mau diapain lagi ?” Aku
balik bertanya dengan manja sambil menaikkan
kakiku untuk memeluk tubuhnya , tapi yang
terpenting vaginaku jadi bergesekan dengan
pahanya yang penuh bulu.
“Oom bisa ajarin semua gaya dan posisi bersetubuh
yang pernah Oom lakukan dengan Mamanya Karin,
bagaimana ?” Jawabnya dengan senyum penuh arti
yang membuat jantungku seperti berhenti
berdenyut.
“Kalau begitu boleh deh … tapi Oom janji sedikitnya
Karin dapat lima gaya bersetubuh yang baru sampai
besok pagi” Kataku dengan mimik pura-pura
mengancam.
“Sekarang aku mau telepon Mama dulu ya…Oom
jangan bersuara” Lanjutku sambil mengambil
teleponku sambil membelakangi Oom Yanto.
“Halooo Ma ?” Akhirnya aku tersambung dengan
Mama
“Karin malam ini tidak pulang sehabis giliran jaga,
karena nambah shift sampai pagi menggantikan
teman….hhhhh” Pembicaraan dengan Mama
menjadi sedikit terganggu karena Oom Yanto malah
memelukku dari belakang sambil meremas
payudaraku dan mengelus-elus vaginaku.
“Ya Ma ….hhhhh …..Baik Ma …..ohhhhh …..Jangan
dulu Ma ….uhhhhhh ….aduuuhhhhhh” Aku makin
tidak bisa konsentrasi saat Oom Yanto mulai
mempermainkan kelentitku.
“Ga ada apa-apa kok Ma …ahhhhh….a..aku hanya
teleponnn…ohhh…. Sambil jalan” Jawabku
sekenanya saat Mama bertanya kenapa aku seperti
terengah-engah.
“Udahhh….duluuu ya Ma…a.a.aku udah mau sampai
….luv yu Ma….” Akhirnya aku bisa mengakhiri
telepon yang penuh gangguan berahi
Aku segera membalik badanku sambil melotot
kesal , tapi begitu melihatnya tersenyum nakal
kekesalanku segera hilang apalagi bibirku
dipangutnya untuk berciuman lagi.
“Oom nakal sekal….mmpppphhhhhhhhhh” Bibirku
langsung dibungkam dengan ciumannya.
Kami kemudian berpelukan sambil terus berciuman,
gesekan demi gesekan dari tubuh kami akhirnya
membangkitkan kembali api berahi yang tadi sudah
padam. Oom Yanto langsung memasukkan
penisnya yang sudah mengeras ke dalam liang
vaginaku saat badan kami masih berpelukan dengan
rapatnya.
BLESSSSSSSSSSSSS ….
Penisnya masuk dengan mulus dengan satu
dorongan kecil saja
“Uhhhhhhh……Oommm ….” Aku mengerang
perlahan menikmatinya sambil mempererat
pelukanku.
Posisiku yang saat itu ada di bawah diminta
merapatkan kedua kaki dalam posisi lurus,
sedangkan Oom Yanto kakinya mengangkangi aku
sambil melilit atau mengait kakiku dari luar. Pada
posisi ini gerakan penisnya menjadi hanya bisa naik
turun karena terjepit oleh vagina sehingga setiap
pergerakan sangat terasa kenikmatannya.
Sebaliknya, letak vagina yang seharusnya
menghadap ke bawah sekarang menjadi tertarik ke
arah atas sehingga setiap Oom Yanto menarik
penisnya ke atas, aku merasa seluruh bibir vaginaku
turut tercerabut ke luar.
“Aduuhh Ooom … enak sekali rasanya…
ohhh….hhhh.hhh.hhhh” aku mulai mendesah-desah
kembali.
Oom Yanto memompakan penisnya makin lama
makin cepat, sedangkan tubuhku yang dalam posisi
“terjepit” hanya bisa pasrah menerima
gempurannya yang makin lama terasa makin
nikmat saja.
“Oooohhh …
ohhhh….ohhhh….OOOOOOOOHHHHHHHHHHHHHHHHH….”
akhirnya aku kembali mendapat orgasme hanya
dalam hitungan beberapa menit saja.
“Enak ya sayang ? Vagina kamu jadi kerasa kenceng
lagi ….” Bisik oom Yanto
“Iya Oom, enaaaaaak sekali …penis Oom juga
sangat terasa gesekannya di dalamnya Karin”
jawabku sambil menciumi keringatnya Oom Yanto
yang mengeluarkan bau sangat khas.
“Sekarang kita coba anal seks ya sayang ?
Mumpung cairan vagina kamu masih keluar untuk
dipakai sebagai pelumasnya” Kata Oom Yanto
Aku sedikit tertegun dan agak ragu-ragu, tapi aku
tahu Mamaku juga melakukannya.
“Kalau Karin ragu-ragu, ga apa-apa kok ga jadi juga
… atau kalau kamu coba terus ga suka, bilang saja
sama Oom untuk berhenti” Sarannya ketika
melihatku ragu-ragu.
“Karin mau coba aja dulu … tolong Oom tunjukin
caranya” Kuputuskan untuk mencoba aja dulu.
Aku lalu disuruhnya membalikkan badan dalam
posisi menungging atau merangkak, akhirnya aku
memilih posisi merangkak.
“Ahhhhh …auhhhhh ….ahhhh” Aku kembali
mendesah saat Oom Yanto memasukkan penisnya
ke dalam vaginaku sambil diputar-putarkan untuk
mendapatkan cairan vaginaku sebanyak mungkin
menepel di kepala penisnya sebelum diarahkannya
ke lubang anusku.
“OOOOOOMMMMM
….SAKIIIITTTTT….ADUUUUUUDUUUUUH SAKIIIIIIT”
Aku nyaris menjerit histeris saat anusku ditembus
oleh penisnya dalam sekali dorongan. Saking
sakitnya aku sampai mengeluarkan air mata dan
mulai menangis terisak-isak.
“Karin mau berhenti saja sayang ?” Kata Oom Yanto
saat melihatku menangis kesakitan
“Te…teruskan aja dulu Oom…tapi pelan-pelan aja
dulu ya …” Jawabku sambil menahan tangisku.
Dengan menggigit bibir aku berusaha menahan sakit
sementara Oom Yanto mulai menggerakkan
penisnya keluar masuk rectum melalui lubang
anusku. Oom Yanto terus menerus mengambil
cairan vaginaku untuk melumasi lubang anusku
yang mulai terbiasa dengan masukknya penis ke
dalamnya. Lama-kelamaan rasa sakitku mulai
berganti menjadi rasa nikmat yang bisa dibilang
aneh, karena berbeda dengan kenikmatan yang aku
peroleh melalui lubang vagina.
“Oooohhhhhhh….Ohhhhhhh….Ohhhhhhh….Ohhhhhhh”
Aku mendesah sambil memejamkan mataku.
“Ahhhhhhhhhh….” Desahku ketika secara tiba-tiba
Oom Yanto mencabut penisnya dari anusku.
BLESSSSSSSSSS ….
Dengan hampir tapa jeda waktu penis tersebut
langsung masuk kedalam lobang vaginaku yang
sudah menunggu di sana.
“UUUUUUUUHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH….”
Aku melenguh dengan keras saat penis itu meluncur
dengan cepat untuk menancap kedalam tubuhku.
Tanpa menyiakan-nyiakan waktu, Oom Yanto
langsung memompa penisnya kedalam liang
vaginaku dengan kecepatan tinggi. Mungkin dia
sudah bosan bergerak pelan-pelan saat
menyodomiku tadi.
PLEK …PLEK …PLEK …PLEK ….PLEK …langsung
terdengar bunyi beradunya pantatku dengan
pangkal paha Oom Yanto yang sedang
memompaku dari belakang. Payudaraku yang
menggantung ikut tergoncang-goncang dengan
kerasnya.
“Auuuuhhhhhhhh….ooohhhhhhh….ohhhhhhh….enak
sekali Oommm…terus Oommmm…Ohhhhh” Aku
kembali meracau nikmat dan sudah melupakan
pengalaman disodomi tadi.
Kenikmatannya mulai datang bergelombang, tapi
Oom Yanto malah semakin meningkatkan kecepatan
pompaannya .
“Ohhhh ….Ohhhhh…Ohhhh …..Ohhhhh….Ohhhh”
Aku terus melenguh
PROKS …PROKS…PROKS…PROKS… bunyi
benturannya sekarang bertambah dengan bunyi-
bunyian becek akibat air vaginaku yang kembali
keluar.
“Aahhhhh ….ahhhhhh …ahhhhhh….ahhhh…uhhhh”
Lenguhanku makin lama makin kencang
Badanku bergetar sangat hebat, tanganku hampir
tidak mampu lagi menahan tubuhku dalam posisi
merangkak sehingga kadang-kadang aku harus
dalam posisi bersujud saat merasa lemas lalu
kembali ke posisi merangkak bila sudah merasa
lebih kuat lagi.
“AARRRRRRGHHHHHHHHH …
OOOMMMMMM….KARIN UDAAAAH….SAMPE”
Teriakku sambil menampung rasa nikmat yang
datang
“Saya juga mau keluarrrrr …..” Kudengar Oom
Yanto juga akan berejakulasi
“OOOOOOOOOOOHHHHHHHHHHH …..”Aku
melolong nikmat saat kurasakan ada semprotan-
semprotan hangat di dalam tubuhku.
“Ahhh …Ahhh …Ahhh….Ahhh …hhh…hhh…hhh” Kali
ini Oom Yanto medesah tertahan setiap kali
semprotan spermanya keluar.
Kepalaku sudah “nyungsep” di kasur karena
kelelahan sebelum Oom Yanto melepaskan penisnya
dari vaginaku lalu rubuh berbaring di sampingku.
Aku berusaha merayap ke atas tubuhnya lalu kami
berpelukan dan berciuman sambil saling
membisikkan kata-kata sayang.
Hanya dalam tempo tidak lebih dari tiga jam, aku
kehilangan keperawananku sampai dua kali, yaitu
robeknya selaput daraku dan penetrasi lubang
anusku oleh laki-laki sebenarnya lebih pantas
menjadi ayahku. Tapi entah mengapa aku hanya
merasa seperti sedang bertukar sepatu saja dengan
Mamaku. Oom Yanto adalah “bekas” partner seks
Mamaku yang sekarang aku “pakai” sebagai partner
yang akan mengajarkan seks padaku.
Pada malam harinya kami melakukan makan malam
yang cukup romantis di sebuah restoran papan
atas. Sebelum pergi kami sempat bersetubuh lagi
sambil berendam air hangat dan busa sabun di
bathtub kamar mandi yang dilanjutkan dengan oral
seks di shower saat membersihkan badan. Oom
Yanto dengan posisi berdiri sedangkan aku dengan
posisi berlutut didepan penisnya. Aku dimintanya
menelan seluruh air mani yang keluar yang tanpa
ragu-ragu aku penuhi begitu saja.
Setelah kembali ke Hotel kami mencoba berbagai
variasi dan gaya persetubuhan yang sering
dilakukan Mama dan Oom Yanto sebelum akhirnya
kami tertidur karena kelelahan dengan bertelanjang
bulat.
Pada esok paginya aku sudah disetubuhi Oom
Yanto lagi dari arah belakang saat aku masih terlelap
tidur. Sedangkan sebelum chek-out, kami kembali
melakukan persetubuhan kilat dengan masih
menggunakan baju lengkap dengan meja kerja di
kamar suite sebagai alasnya.
Semua style yang kami lakukan adalah sama
dengan yang pernah dilakukan Mamaku dengan
Oom Yanto. Sebenarnya saat aku berpisah dengan
Oom Yanto, aku bertekad untuk melupakannya dan
mulai menjalani kehidupanku sendiri. Tapi dalam
kenyataannya aku susah sekali melupakannya,
apalagi setelah aku dapati pacarku tidak dapat
memberikan kepuasan di ranjang kepadaku seperti
yang diberikan Oom Yanto dalam semalam.
Akhirnya dengan alasan ingin napak tilas
petualangan Mama, aku mengajak Oom Yanto
bersetubuh langsung di tempat-tempat di mana
mereka berdua pernah melakukannya dulu,
termasuk rumah peristirahatan keluarga Mama di
Lembang dan rumah nenekku di Bandung. Biasanya
kami membuat janji untuk ketemu paling tidak
sebulan sekali untuk bersetubuh.
Penjaga rumah peristirahatan keluarga Mama hanya
geleng-geleng saja saat melihat aku membawa laki-
laki ke sana untuk diajak berhubungan badan.
Untungnya Mamang penjaga rumah sudah tidak
ingat lagi kepada Oom Yanto sebagai laki-laki yang
sama yang meniduri Mama dulu di sana.
Dari aktivitas ini aku jadi mulai ingat kapan saja
Mama dulu pamit kepadaku untuk “dinas” beberapa
hari, padahal sebenarnya dibawa oleh Oom Yanto
dalam perjalanan dinasnya ke beberapa kota di
dalam negeri. Selain main di hotel berbintang,
ternyata mereka juga suka bermain di hotel-hotel
kecil di sepanjang jalan menuju Lembang sampai ke
Ciater kalau sudah kepepet ingin bersetubuh.
Walaupun aku selalu meminum Morning After Pill
setiap habis bersetubuh tapi akhirnya aku sempat
mengalami telat haid juga dengan hasil test pack
positif yang memaksaku meluruhkan janin benih
Oom Yanto yang ternyata sudah sempat berusia 6
minggu.
AKu juga akhirnya memutuskan hubunganku
dengan pacarku yang sama-sama kuliah kedokteran
karena dia selalu bertanya kenapa anusku bentuknya
mulai seperti corong yang lama-lama makin dalam
yang dia lihat saat menyetubuhiku dengan doggy
style. Dengan pengetahuan medisnya bentuk anus
seperti itu hanya bisa di dapat apabila sering
melakukan anal sex, padahal aku dan pacarku tidak
pernah melakukan anal sex, aku hanya
melakukannya dengan Oom Yanto saja.


Adult | GO HOME | Exit
2/84947
U-ON

inc Powered by Xtgem.com