watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Ngentot dengan ibu guru yg nakal

Rina adalah
seorang guru sejarah di smu. Umurnya 30
tahun, cerai tanpa anak. Kata orang dia mirip
Demi Moore di film Striptease. Tinggi 170, 50 kg,
dan 36B. Semua murid-muridnya, terutama yang
laki-laki pengin banget melihat tubuh polosnya.
Suatu hari Rina terpaksa harus memanggil salah
satu muridnya ke rumahnya, untuk ulangan
susulan. Si Anto harus mengulang karena ia
kedapatan menyontek di kelas. Anto juga terkenal
karena kekekaran tubuhnya, maklum dia sudah
sejak SD bergulat dengan olah raga beladiri,
karenanya ia harus menjaga kebugaran
tubuhnya.
Bagi Rina, kedatangan Anto ke rumahnya juga
merupakan suatu kebetulan. Ia juga diam-diam
naksir dengan anak itu. Karenanya ia bermaksud
memberi anak itu ‘pelajaran’ tambahan di Minggu
siang ini.
“Sudah selesai Anto?”, Rina masuk kembali ke
ruang tamu setelah meninggalkan Anto selama
satu jam untuk mengerjakan soal-soal yang
diberikannya.
“Hampir bu”
“Kalau sudah nanti masuk ke ruang tengah ya
saya tinggal ke belakang..”
“Iya..”
“Bu Rina, Saya sudah selesai”, Anto masuk ke
ruang tengah sambil membawapekerjaannya.
“Ibu dimana?”
“Ada di kamar.., Anto sebentar ya”, Rina
berusaha membetulkan t-shirtnya. Ia sengaja
mencopot BH-nya untuk merangsang muridnya
itu. Di balik kaus longgarnya itu bentuk
payudaranya terlihat jelas, terlebih lagi puting
susunya yang menyembul.
Begitu ia keluar, mata Anto nyaris copot karena
melotot, melihat tubuh gurunya. Rina
membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas,
tidak seperti biasanya saat ia tampil di muka
murid-muridnya.
“Kenapa ayo duduk dulu, Ibu periksa..”
Muka Anto merah karena malu, karena Rina
tersenyum saat pandangannya terarah ke buah
dadanya.
“Bagus bagus…, Kamu bisa gitu kok pakai
menyontek segala..?”
“Maaf Bu, hari itu saya lupa untuk belajar..”
“oo…, begitu to?”
“Anto kamu mau menolong saya?”, Rina
merapatkan duduknya di karpet ke tubuh
muridnya.
“Apa Ibu?”, tubuh Anto bergetar ketika tangan
gurunya itu merangkul dirinya, sementara tangan
Rina yang satu mengusap-uasap daerah ‘vital’
nya.
“Tolong Ibu ya…, dan janji jangan bocorkan pada
siapa–siapa”.
“Tapi tapi…, Saya”.
“Kenapa?, oo…, kamu masih perawan ya?”.
Muka Anto langsung saja merah mendengar
perkataan Rina”Iya”
“Nggak apa-apa”, Ibu bimbing ya.
Rina kemudian duduk di pangkuan Anto. Bibir
keduanya kemudian saling berpagutan, Rina yang
agresif karena haus akan kehangatan dan Anto
yang menurut saja ketika tubuh hangat gurunya
menekan ke dadanya. Ia bisa merasakan puting
susu Rina yang mengeras. Lidah Rina menjelajahi
mulut Anto, mencari lidahnya untuk kemudian
saling berpagutan bagai ular.
Setelah puas, Rina kemudian berdiri di depan
muridnya yang masih melongo. Satu demi satu
pakaiannya berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yang
polos seakan akan menantang untuk diberi
kehangatan oleh perjaka yang juga muridnya ini.
“Lepaskan pakaiannmu Anto”, Rina berkata sambil
merebahkan dirinya di karpet. Rambut
panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi
tubuhnya.
“Ahh cepat Anto”, Rina mendesah tidak sabar.
Anto kemudian berlutut di samping gurunya. Ia
tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Pengetahuannya tentang seks hanya di dapatnya
dari buku dan video saja.
“Anto…, letakkan tanganmu di dada Ibu”,
Dengan gemetar Anto meletakkan tangannya di
dada Rina yang turun naik. Tangannya kemudian
dibimbing untuk meremas-remas payudara Rina
yang montok itu.
“Oohh…, enakk…, begitu caranya…, remas pelan-
pelan, rasakan putingnya menegang..” Dengan
semangat Anto melakukan apa yang gurunya
katakan.
“Ibu…, Boleh saya hisap susu Ibu?”.
Rina tersenyum mendengar pertanyaan
muridnya, yang berkata sambil menunduk,
“Boleh…, lakukan apa yang kamu suka”.
Tubuh Rina menegang ketika merasakan jilatan
dan hisapan mulut pemuda itu di susunya.
Perasaan yang ia pernah rasakan 3 tahun lalu saat
ia masih bersama suaminya.
“Oohh…, jilat terus sayang…, ohh”, Tangan Rina
mendekap erat kepala Anto ke payudaranya.
Anto semakin buas menjilati puting susu gurunya
tersebut, mulutnya tanpa ia sadari menimbulkan
bunyi yang nyaring. Hisapan Anto makin keras,
bahkan tanpa ia sadari ia gigit-gigit ringan puting
gurunya tersebut.
“mm…, nakal kamu”, Rina tersenyum merasakan
tingkah muridnya itu.
“Sekarang coba kamu lihat daerah bawah pusar
Ibu”.
Anto menurut saja. Duduk diantara kaki Rina
yang membuka lebar. Rina kemudian
menyandarkan punggungya pada dinding di
belakangnya.
“Coba kamu rasakan”, ia membimbing telunjuk
Anto memasuki vaginanya.
“Hangat Bu..”
Bisa kamu rasakan ada semacam pentil…?”
“Iya..”
“Itu yang dinamakan kelentit, itu adalah titik peka
cewek juga. Coba kamu gosok-gosok”Pelan-
pelan jari Anto mengusap-usap clitoris yang
mulai menyembul itu.
“Terus…, oohh…, ya…, gosok…, gosok”, Rina
mengerinjal-gerinjal keenakan ketika clitorisnya
digosok-gosok oleh Anto.
“Kalo diginiin nikmat ya Bu?”, Anto tersenyum
sambil terus menggosok-gosok jarinya.
“Oohh…, Antoo…, mm”, tubuh Rini telah basah
oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang,
sementara bibirnya merintih-rintih keenakan.
Tangan Anto semakin berani mempermainkan
clitoris gurunya yang makin bergelora dirangsang
birahi. Nafasnya yang semakin memburu
pertanda pertahanan gurunya akan segera jebol.
“Ooaahh…, Anntoo”, Tangan Rina
mencengkeram pundak muridnya, sementara
tubuhnya menegang dan otot-otot
kewanitaannya menegang. Matanya terpejam
sesaat, menikmati kenikmatan yang telah lama
tidak dirasakannya.
“Hmm…, kamu lihai Anto…, Sekarang…, coba
kamu berbaring”.
Anto menurut saja. Penisnya segera menegang
ketika merasakan tangan lembut gurunya.
“Wah…, wahh.., besar sekali”, tangan Rina segera
mengusap-usap penis yang telah mengeras
tersebut.
Segerasaja benda panjang dan berdenyut-
denyut itu masuk ke mulut Rina. Ia segera
menjilati penis muridnya itu dengan penuh
semangat. Kepala penis muridnya itu dihisapnya
keras-keras, sehingga Anto merintih keenakan.
“Ahh…, enakk…,enakk”, Anto tanpa sadar
menyodok-nyodokkan pinggulnya untuk
semakin menekan penisnya makin ke dalam
kuluman Rina. Gerakannya makin cepat seiring
semakin kerasnya hisapan Rina.
“oohh Ibu…, Ibbuu”
Muncratlah cairan mani Anto di dalam mulut Rina,
yang segera menjilati cairan itu hingga tuntas.
“Hmm…, manis rasanya Anto”, Rina masih tetap
menjilati penis muridnya yang masih tegak.
“Sebentar ya aku mau minum dulu”.
Ketika Rina sedang membelakangi muridnya
sambil menenggak es teh dari kulkas. Tiba-tiba ia
merasakan seseorang mendekapnya dari
belakang.
“Anto…, biar Ibu minum dulu”.
“Tidak…, nikmati saja ini”, Anto yang masih
tegang berat mendorong Rina ke kulkas.
Gelas yang dipegang rina jatuh, untungnya tidak
pecah. Tangan Rina kini menopang tubuhnya ke
permukaan pintu kulkas.
“Ibu…, sekarang!”
“Ahhkk”, Rina berteriak, saat Anto menyodokkan
penisnya dengan keras ke liang vaginanya dari
belakang. Dalam hatinya ia sangat menikmati hal
ini, pemuda yang tadinya pasif berubah menjadi
liar.
“Antoo…, enakk…, ohh…, ohh”. Tubuh Rina bagai
tanpa tenaga menikmati kenikmatan yang tiada
taranya. Tangan Anto satu menyangga
tubuhnya, sementara yang lain meremas
payudaranya. Dan penisnya yang keras melumat
liang vaginanya.
“Ibu menikmati ini khan”, bisik Anto di telinganya
“Ahh…, hh”, Rina hanya merintih, setiap
merasakan sodokan keras dari belakang.
“Jawab…, Ibu”, dengan keras Anto mengulangi
sodokannya.
“Ahh…,iyaa”
“Anto…, Anto jangann…, di dal.. La” belum
sempat ia meneruskan kalimatnya, Rina telah
merasakan cairan hangat di liang vaginanya
menyemprot keras. Kepalang basah ia kemudian
menyodokkan keras pinggulnya.
“Uuhgghh”, penis Anto yang berlepotan mani
itupun amblas lagi ke dalam liang Rina.”Ahh”.
Kedua insan itupun tergolek lemas menikmati apa
yang baru saja mereka rasakan.
Setelah kejadian dengan Anto, Rina masih sering
bertemu dengannya guna mengulangi lagi
perbuatan mereka. Namun yang mengganjal hati
Rina adalah jika Anto kemudian membocorkan
hal ini ke teman-temannya.
Ketika Rina berjalan menuju mobilnya seusai
sekolah bubar, perhatiannya tertumbuk pada
seorang muridnya yang duduk di sepeda motor
di samping mobilnya, katakanlah dia Reza. Ia
berbeda dengan Anto, anaknya agak pembuat
onar jika di kelas, kekar dan nakal. Hatinya agak
tidak enak melihat situasi ini.
“Bu Rina salam dari Anto”, Reza melemparkan
senyum sambil duduk di sepeda motornya.
“Terima kasih, boleh saya masuk”, Ia harus
berkata begitu karena sepeda motor Reza
menghalangi pintu mobilnya.
“Boleh…, boleh Bu saya juga ingin pelajaran
tambahan seperti Anto.”
Langkah Rina terhenti seketika. Namun otaknya
masih berfungsi normal, meskupun sempat
kaget.
“Kamu kan nilainya bagus, nggak ada masalah
kan..”, sambil duduk di balik kemudi.
“Ada sedikit sih kalau Ibu nggak bisa mungkin
kepala guru bisa membantu saya, sekaligus
melaporkan pelajaran Anto”, Reza tersenyum
penuh kemenangan.
“Apa hubungannya?”, Keringat mulai menetes di
dahi Rina.
“Sudahlah kita sama-sama tahu Bu. Saya jamin
pasti puas”.
Tanpa menghiraukan omongan muridnya, Rina
langsung menjalankan mobilnya ke rumahnya.
Namun ia sempat mengamati bahwa muridnya
itu mengikutinya terus hingga ia menikung untuk
masuk kompleks perumahan.
Setelah mandi air hangat, ia bermaksud
menonton TV di ruang tengah. Namun ketika ia
hendak duduk pintu depan diketuk oleh
seseorang. Rina segera menuju pintu itu, ia
mengira Anto yang datang. Ternyata ketika
dibuka
“Reza! Kenapa kamu ngikuutin saya!”, Rina agak
jengkel dengan muridnya ini.
“Boleh saya masuk?”.
“Tidak!”.
“Apa guru-guru perlu tahu rahasiamu?”.
“!!”dengan geram ia mempersilakan Reza masuk.
“Enak ya rumahnya, Bu”, dengan santainya ia
duduk di dekat TV. “Pantas aja Anto senang di
sini”.
“Apa hubunganmu dengan Anto?, Itu urusan
kami berdua”, dengan ketus Rina bertanya.
“Dia teman dekat saya. Tidak ada rahasia diantara
kami berdua”.
“Jadi artinya”, Kali ini Rina benar-benar kehabisan
akal. Tidak tahu harus berbuat apa.
“Bu, kalo saya mau melayani Ibu lebih baik dari
Anto, mau?”, Reza bangkit dari duduknya dan
berdiri di depan Rina.
Rina masih belum bisa menjawab pertanyaan
muridnya itu. Tubuhnya panas dingin.
Rina masih belum bisa menjawab pertanyaan
muridnya itu. Tubuhnya panas dingin. Belum
sempat ia menjawab, Reza telah membuka
ritsluiting celananya. Dan setelah beberapa saat
penisnya meyembul dan telah berada di
hadapannya.
“Bagaimana Bu, lebih besar dari Anto khan?”.
Reza ternyata lebih agresif dari Anto, dengan satu
gerakan meraih kepala Rina dan memasukkan
penisnya ke mulut Rina.
“Mmpfpphh”.
“Ahh yaa…, memang Ibu pandai dalam hal ini.
Nikmati saja Bu…, nikmat kok”
Rupanya nafsu menguasai diri Rina, menikmati
penis yang besar di dalam mulutnya, ia segera
mengulumnya bagai permen. Dijilatinya kepala
penis pemuda itu dengan semangat. Kontan saja
Reza merintih keenakan.
“Aduhh…, nikmat sekali Bu oohh”, Reza
menyodok-nyodokkan penisnya ke dalam mulut
Rina, sementara tangannya meremas-remas
rambut ibu gurunya itu. Rina merasakan penis
yang diisapnya berdenyut-denyut. Rupanya Reza
sudah hendak keluar.
“oohh…, Ibu enakk…, enakk…, aahh”.
Cairan mani Reza muncrat di mulut Rina, yang
segera menelannya. Dijilatinya penis yang
berlepotan itu hingga bersih. Kemudian ia berdiri.
“Sudahh…, sudah selesai kamu bisa pulang”,
Namun Rina tidak bisa memungkiri perasaannya.
Ia menikmati mani Reza yang manis itu serta
membayangkan bagaimana rasanya jika penis
yang besar itu masuk ke vaginanya.
“Bu, ini belum selesai. Mari ke kamar, akan saya
perlihatkan permainan yang sebenarnya.”
“Apa! beraninya kamu memerintah!”, Namun
dalam hatinya ia mau. Karenanya tanpa berkata-
kata ia berjalan ke kamarnya, Reza mengikuti saja.
Setelah ia di dalam, Rina tetap berdiri
membelakangi muridnya itu. Ia mendengar suara
pakaian jatuh, dugaannya pasti Reza sedang
mencopoti pakaiannya. Ia pun segera mengikuti
jejak Reza. Namun ketika ia hendak melepaskan
kancing dasternya.
“Sini saya teruskan”, ia mendengar Reza berbisik
ke telinganya. Tangan Reza segera membuka
kancing dasternya yang terletak di bagian depan.
Kemudian setelah dasternya jatuh ke lantai,
tangan itupun meraba-raba payudaranya. Rina
juga merasakan penis pemuda itu diantara
belahan pantatnya.
“Gilaa…, besar amat”, pikirnya. Tak lama
kemudian iapun dalam keadaan polos. Penis Reza
digosok-gosokkan di antara pantatnya, sementara
tangan pemuda itu meremasi payudaranya.
Ketika jemari Reza meremas puting susu Rina,
erangan kenikmatan pun keluar.
“mm oohh”.
Reza tetap melakukan aksi peremasan itu dengan
satu tangan, sementara tangan satunya
melakukan operasi ke vagina Rina.
“Reza…, aahh…, aahh”, Tubuh Rina menegang
saat pentil clitorisnya ditekan-tekan oleh Reza.
“Enak Bu?”, Reza kembali berbisik di telinga
gurunya yang telah terbakar oleh api birahi itu.
Rina hanya bisa menngerang, mendesah, dan
berteriak lirih. Saat usapan, remasan, dan
pekerjaan tangan Reza dikombinasi dengan
gigitan ringan di lehernya. Tiba-tiba Reza
mendorong tubuh Rina agar membungkuk.
Kakinya di lebarkan.
“Kata Anto ini posisi yang disukai Ibu”
“Ahhkk…, hmm…, hmmpp”, Rina menjerit, saat
Reza dengan keras menghunjamkan penisnya ke
liang vaginanya dari belakang.”
“Ugghh…, innii…, innii”, Reza medengus penuh
gairah dengan tiap hunjaman penisnya ke liang
Rina. Rinapun berteriak-teriak kenikmatan, saat
liang vaginanya yang sempit itu dilebarkan secara
cepat.
“Adduuhh…, teruss.., teruss Rezaa…, oohh”,
Kepala ibu guru itu berayun-ayun, terpengaruh
oleh sodokan Reza. Tangan Reza mencengkeram
pundak Rina, seolah-olah mengarahkan tubuh
gurunya itu agar semakin cepat saja menelan
penisnya.
“Oohh Rina…, Rinnaa”.
Rina segera merasakan cairan hangat
menyemprot di dalam vaginanya dengan deras.
Matanya terpejam menikmati perasaan yang tidak
bisa ia bayangkan.
Rina masih tergolek kelelahan di tempat tidur.
Rambutnya yang hitam panjang menutupi
bantalnya, dadanya yang indah naik-turun
mengikuti irama nafasnya. Sementara itu
vaginanya sangat becek, berlepotan mani Reza
dan maninya sendiri. Reza juga telajang bulat, ia
duduk di tepi tempat tidur mengamati tubuh
gurunya itu. Ia kemudian duduk mendekat,
tangannya meraba-raba liang vagina Rina,
kemudian dipermainkannya pentil kelentit
gurunya itu.
“mm capek…, mm”, bibir Rina mendesah saat
pentilnya dipermainkan. Sebenarnya ia sangat
lelah, tapi perasaan terangsang yang ada di dalam
dirinya mulai muncul lagi. Dibukanya kakinya
lebar-lebar sehingga memberikan kemudahan
bagi Reza untuk memainkan clitorisnya.
“Rezz aahh”, Tubuh Rina bergetar,
menggelinjang-gelinjang saat Reza mempercepat
permainan tangannya.
“Bu…, balik…, Reza pengin nih”
“Nakal kamu ahh”, dengan tersenyum nakal, Rina
bangkit dan menungging. Tangannya memegang
kayu dipan tempat tidurnya. Matanya terpejam
menanti sodokan penis Reza. Reza meraih
payudara Rina dari belakang dan
mencengkeramya dengan keras saat ia
menyodokkan penisnya yang sudah tegang
“Adduuhh…, owwmm”, Rina mengaduh
kemudian menggigit bibirnya, saat lubang
vaginannya yang telah licin melebar karena
desakan penis Reza.
“Bu Rina nikmat lho vagina Ibu…, ketat”, Reza
memuji sambil menggoyang-goyangkan
pinggulnya.
“mm…, aahh…, ahh…, ahhkk”, Rina tidak bisa
bertahan untuk hanya mendesah. Ia berteriak lirih
seiring gerakan Reza. Badannya digerakkannya
untuk mengimbangi serangan Reza. Kenikmatan
ia peroleh juga dari remasan muridnya itu.
“Ayoo…, aahh.., ahh… Mm.., buat Ibu keluuaa..
Rr lagi…”. Gerakan Rina makin cepat menerima
sodokan Reza.
Tangan Reza beralih memegangi tubuh Rina,
diangkatnya gurunya itu sehingga posisinya tidak
lagi “doggy style”, melainkan kini Rina menduduki
penisnya dengan membelakangi dirinya. Reza kini
telentang di tempat tidur yang acak-acakan dan
penuh oleh mani yang mengering.
“Ooww..”, Teriakan Rina terdengar keras saat ia
tidak bisa lagi menahan orgasmenya. Tangannya
mencengkeram tangan Reza, kepalanya
mendongak menikmati kenikmatan yang
menjalar ke seluruh tubuhnya. Sementara Reza
sendiri tetap menusuk-nusukkan penisnya ke
vagina Rina yang makin becek.
“Ayoo…, makin dalam dalamm”.
“Ahh.., aahh…, aahh..”, Rezapun mulai berteriak-
teriak.
“Mau kelluuaarr”
Rina sekali lagi memejamkan matanya, saat mani
Reza menyemprot dalam liang vaginanya. Rina
kemudian ambruk menindih tubuh Reza yang
basah oleh keringat. Sementara diantara kaki-kaki
mereka mengalir cairan hangat hasil kenikmatan
mereka.
“Bu Rina…, sungguh luar biasa, Coba kalau Anto
ada disini sekarang”.
“mm memangnya kamu mau apa”, Rina
kemudian merebahkan dirinya di samping Reza.
Tangannya mengusap-usap puting Reza.
“Kita bisa main bertiga, pasti lebih nikmat..”
Rina tidak bisa menjawab komentar Reza,
sementara perasaannya dipenuhi kebingungan.
Akhirnya hari kelulusan murid klas 3 sampai juga.
Dengan demikian Rina harus berpisah dengan
kedua murid yang disayanginya, terlebih lagi
ketika ia harus pindah ke kota lain untuk
menempati pos baru di Kanwil. Karenanya ia
memanggil Anto untuk datang ke rumahnya
untuk memberitahukan perihal kepindahannya.
Ketika seputar Indonesia mulai ditayangkan, Anto
muncul. Ia langsung dipersilakan duduk.
“Bu, Anto kangen lho”.
“Iya deh…, nanti. Gini, Ibu bulan depan pindah ke
kota B, soalnya akan dinaikkan pangkatnya. Jadi…,
jadi…, Ibu ingin malam ini malam terakhir kita”,
mata Rina berkaca-kaca ketika mengucapkan itu.
“A?a,?A|A?a,?A|A?a,?A|A?a,?A|..”, Anto tidak bisa
menjawab. Ia kaget mendengar berita itu.
Baginya Rina merupakan segalanya, terlebih lagi ia
telah mendapatkan pelajaran berharga dari
gurunya itu.
“Tapi Anto masih boleh berkirim surat kan?”.
Rina bisa sedikit tersenyum melihat muridnya
tabah, “Iya…, boleh…, boleh”.
“Minum dulu Nto, ada es teh di meja makan.
Kalau sudah nonton VCD di kamar yaa”, Rina
mengerling nakal ke muridnya sambil beranjak ke
kamar. Di kamar ia mengganti pakaiannya
dengan kimono kegemarannya, melepas BH,
menghidupkan AC dan tentu saja menyetel VCD
‘Kamasutra-nya Penthouse”. Lalu ia tengkurap di
tempat tidur sambil menonton TV.
Diluar Anto meminum es teh yang disediakan
Rina dan membiarkan pintu depan tidak terkunci.
Ia mempunyai rencana yang telah disusun rapi.
Lalu Anto menyusul Rina ke kamar tidur. Begitu
pintu dibuka ia melihat gurunya tengkurap
menonton VCD dengan dibalut kimono merah
tipis, lekuk tubuhnya jelas terlihat. Rambutnya
yang panjang tergerai di punggungnya bagai
gadis iklan shampo Pantene.
“Ganti pakaian itu Nto..”, Rina menunjuk celana
pendek dan kaos tipis yang terlipat rapi di meja
riasnya.
Ketika Anto sedang mencopot celananya Rina
sempat melihat penis pemuda itu menyembul di
balik CD GT Man-nya. Setelah selesai Anto juga
tengkurap di samping Rina.
“Sudah liat film ini belum? Bagus lho untuk info
posisi-posisi ngesex”.
“Belum tuh…”, Mata Anto tertuju pada posisi
dimana si wanita berdiri memegang pohon
sementara si pria memasukkan penisnya dari
belakang, sambil meremas-remas payudara
partnernya.
“mm…, itu posisi fave saya. Kalau kamu suka
nanti CD itu bisa kamu ambil”.
“Thanx..”, Anto kemudian mengecup pipi
gurunya.
Adegan demi adegan terus bergulir, suasana pun
menjadi semakin panas. Rina kini tengkurap
dengan tidak lagi mengenakan selembar
benangpun. Demikian pula Anto. Anto kemudian
duduk di sebelah gurunya itu, dibelainya rambut
Rina dengan lembut, kemudian disibakkannya ke
sebelah kiri. Bibir Anto kemudian menciumi
tengkuk Rina, dijilatinya rambut-rambut halus
yang tumbuh lebat.
“aahh…”
Setelah puas, Anto kemudian memberi isyarat
pada Rina agar duduk di pangkuannya.
“Bu, biar Anto yang puasin ibu malam ini…”, Bisik
Anto di telinga Rina. Rina yang telah duduk di
pangkuan Anto pasrah saja saat kedua tangan
muridnya meremas-remas payudaranya yang
liat. Kemudian ia menjerit lirih saat puting
susunya mendapat remasan.
“Akhh…”, Rina memejamkan matanya.
“Anto…, jilatin vagina ibu…”
Anto kemudian merebahkan Rina, dibukanya kaki
gurunya itu lebar-lebar, kemudian dengan
perlahan ia mulai menjilati vagina gurunya. Bau
khas dari vagina yang telah basah oleh gairah itu
membuat Anto kian bernafsu.
“oohh…, teruss…, teruuss…”, Rina bergetar
merasakan kenikmatan itu. Tangannya
membimbing tangan Anto dalam meremasi
susunya. Memberikan kenikmatan ganda.
“Jilatin…, pentil itu…, oohohh”, Bagai dikomando
Anto menjilati pentil clitoris Rina, dengan penuh
semangat.
“AduuhhA?a,?A|.. OohhA?a,?A|oohhA?a,?A|hh..
HhA?a,?A|..”
“Anto…, massuukk”.
Kaki Rina kemudian disampirkannya ke pundak,
dan dengan cepat disodokkannya penisnya ke
vagina Rina yang becek.
“mm…”, Rina menggigit bibirnya. Meskipun
lubang vaginanya telah licin, namun penis yang
besar itu tetap saja agak kesulitan menerobos
masuk.
“Uuhh…, masih susah juga ya Bu…”, Anto sambil
meringis memaju mundurkan penisnya. Ia
merasakan penisnya bagai diremas-remas oleh
tangan yang sangat halus saat di dalam. Tangan
Rina mempermainkan puting Anto. Dengan
gemas dicubitnya hingga Anto berteriak.
“Uhh…, nakal, Ini balasannya!”, sodokan Anto
makin keras, lebih keras dari saat ia memasukkan
penisnya.
“aa…”.
Tiba-tiba pintu kamar tebuka! Spontan Rina
terkejut, tapi tidak bagi Anto. Reza sudah berdiri di
muka pintu, senjatanya telah tegak berdiri.
“mm…, hot juga permainan Ibu dengan Dia,
boleh saya bergabung?”, Reza kemudian berjalan
mendekati mereka. Rina yang hendak berdiri
ditahan oleh Anto, yang tetap menjaga penisnya
di dalam vagina rina.
“Nikmati saja…”
Reza kemudian mengangkangi Rina, penisnya
berada tepat di mukanya.
“Isap… Ayoo”, sambil memasukkan penisnya.
Saat itu pula Anto menghentakkan gerakannya.
Saat Rina berteriak, saat itu pula penis Reza
masuk.
“Ahh…, nikmat..”, Rina merem-melek
menghisap-hisap penis muridnya, sementara
Anto dengan puas menggarap vaginanya.
“uufff…, jilatin…, jilatt”, tangan Reza memegangi
kepala Rina, agar semakin dalam saja mengisap
penisnya.
Posisi itu tetap bertahan hingga akhirnya Anto
keluar duluan. Maninya menyemprot dengan
leluasa di lubang vagina gurunya yang cantik.
Sementara Reza tetap mengerang-erang sambil
medorong-dorong kepala Rina.
Setelah Anto mengeluarkan penisnya dari vagina
Rina, “Berdiri menghadap tembok Bu!”
Rina masih kelelahan. Ia telah orgasme pula saat
Anto keluar, namun ia tidak bisa teriak karena ada
penis di mulutnya. Saat ia berdiri dengan tangan
di tembok menahan tubuhnya, mani anto
menetes ke lantai.
“mm…, Nto…, liat tuh punya kamu..”, seru Reza
sambil tertawa. Ia kemudian menempelkan
tubuhnya ke Rina. Penisnya tepat berada di antara
kedua pantat Rina.
“Nih Bu rasakan punya Reza juga ya”.
Anto dengan santai menyaksikan temannya
menggarap gurunya dari belakang. Tangan Reza
memegangi pinggang Rina saat ia menyodok-
nyodokkan penisnya keluar masuk dengan cepat.
Saat Rina merintih-rintih menikmati permainan
mereka, Anto merasakan penisnya tegang lagi. Ia
tidak tahan melihat pemandangan yang sangat
erotik sekali.
Kedua insan itu saling mengaduh, mendesah, dan
berteriak lirih seiring kenikmatan yang mereka
berikan dan rasakan.
“ooww…”, Tubuh Rina yang disangga Reza
menegang, kemudian lemas. Anto menduga
mereka berdua telah sampai di puncak
kenikmatan. Timbul isengnya, ia kemudian
mendekati mereka dan menyusup diantara Rina
dan tembok. Dipindahkannya tangan Rina ke
pundaknya, dan penisnya menggantikan posisi
milik Reza.
“Anto…”, Lagi-lagi Rina mendesah saat penis Anto
masuk dan pinggulnya didorong oleh Reza dari
belakang.
“Ahh.. AhhA?a,?A|. DoronggA?a,?A|doronggA?
a,?A|A?a,?A|A?a,?A|A?a,?A|.”
“aa.. Aa… Aa”.
“oohhkk…, kk…, kk..”, Rina berteriak keras sekali,
saat dorongan Reza sangat keras menekan
pinggulnya. penis Anto amblas hingga mencapai
pangkalnya masuk ke vagina Rina. Saat itu pula ia
merasakan penis yang berdenyut-denyut itu
melepaskan muatannya untuk kedua kali.
Malam itu merupakan malam yang liar bagi ketiga
insan yang akan berpisah itu. Malam yang tidak
bisa mereka lupakan untuk selamanya.'


Adult | GO HOME | Exit
2/7190
U-ON

inc Powered by Xtgem.com