watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Nakalnya mama andre

Di suatu Minggu pagi yang cerah. Andre sarapan
berdua saja dengan Mamanya di rumah. Biasanya
acara sarapan hari minggu mereka lakukan bertiga
bersama dengan papanya. Soalnya di hari-hari lain,
tidak ada kesempatan untuk mereka dapat sarapan
bersama, apalagi makan siang bahkan makan
malam. Kesibukan kedua orang tuanya,
menyebabkan mereka hanya dapat berkumpul
bersama di hari minggu pagi.
Papanya yang seorang direktur jenderal di
Departeman Dalam Negeri selalu padat dengan
kegiatan kantor. Sedangkan sang Mama yang aktivis
kegiatan sosial selalu sibuk dengan urusan arisan,
urusan anak-anak panti asuhan, anak-anak jalanan,
anak-anak pengungsi Aceh, Maluku dan segala
macam anak-anak lainnya. Akhirnya Andre, sang
anak semata wayang, malah kurang diperhatikan.
Pagi itu, sang papa tidak bisa ikut sarapan bersama
karena sedang melakukan kunjungan ke daerah.
Katanya sih meninjau pelaksanaan otonomi daerah
di tiga propinsi. Paling cepat baru kembali minggu
depan. Meskipun kadangkala Andre merasa sedih
karena sering ditinggal sendirian di rumah, namun
Andre sesungguhnya menikmati kesibukan kedua
orang tuanya itu. Rumah yang selalu sepi
membuatnya lebih punya banyak kesempatan
untuk memuas-muaskan nafsunya di rumah. Ia
bisa melakukannya dengan Cindy, sang pacar, atau
dengan Calvin teman sekaligus yang mengajarinya
menjelang ujian akhir dan SPMB, atau juga rame-
rame dengan teman-temannya dari Tim Basket SMU
Dwi Warna.
“Hari ini Mama pergi lagi Ma?” tanya Andre berbasa-
basi pada Mamanya. Ia tahu pasti, sesudah sarapan
nanti Mamanya pasti ngeluyur dari rumah dan baru
pulang hampir tengah malam.
“Iyalah sayang. Kamu kan tahu, Aceh sedang
bergolak nih. Jadinya Mama makin sibuk mengurusi
pengiriman stock makanan untuk saudara-saudara
kita disana sayang,” jawab Mamanya dengan
senyum penuh kebijakan.
“Harus itu Ma, Andre juga mau pergi nih abis
sarapan,” kata Andre.
“Belajar bersama Calvin lagi?” tanya Mama, sambil
memasukkan sepotong roti bakar melalui bibirnya
yang tipis.
Di usia yang hampir empat puluh tahun, Mama
Andre masih kelihatan sangat cantik. Tubuhnya
padat seperti gadis usia dua puluh tahunan saja.
Gimana enggak, sang Mama kan rajin olahraga dan
makan makanan suplemen plus minum jamu untuk
menjaga stamina dan kekencangan otot serta
kulitnya.
“Enggak Mah, Maen basket sama anak-anak,”
“Lho, kamu kan sudah dekat ujian akhirnya sayang.
Kok bukannya belajar bareng Calvin, malah maen
basket?”
“Ini juga main basketnya bareng Calvin kok Mah,”
“Hmm,”
“Iya. Kata Calvin, sekali-kali perlu refresing juga agar
pikiran tidak butek karena belajar terus-menerus.
Selain itu kesegaran tubuh kan harus dijaga ma,”
“Gitu ya. Kalau gitu ya terserah. Yang penting kamu
belajarnya yang bagus ya sayang, supaya bisa lulus
dengan nilai baik di ujian akhir nanti. kalau nilai kamu
kurang bagus, cita-cita kamu untuk masuk Akademi
Angkatan Udara kan bisa gagal sayang”
“Beres Mah, Yang penting Mama doain Andre selalu
ya,”
“Pasti sayang,” jawab Mamanya dengan senyum
sayang.
Andre melahap potongan roti bakarnya yang
terakhir. Kemudian berpamitan pada Mamanya,
“Andre pergi duluan ya Mah Mama kapan
berangkatnya?” tanya Andre sambil mencium pipi
Mamanya.
“Setelah Mama beres-beres dulu sayang,”
“Pergi sama Mas Dharma, Ma?”
“Iya dong sayang. Abis sama siapa lagi. Kan supir
Mama cuman dia satu-satunya,”
“Oke deh Mah Andre berangkat kalau gitu,” kata
Andre, disandangkannya ransel olah raganya ke
bahunya.
“Hati-hati ya sayang,”
Andre menuju garasi di samping rumah untuk
mengambil sepeda motornya. Ia bertemu dengan
Mas Dharma di sana. Supir Mamanya itu sedang
asyik berbasah-basah ria, mencuci sedan milik
Mamanya.
“Selamat pagi Mas Andre,” sapa Mas Dharma ramah
pada Andre sambil tersenyum manis memamerkan
barisan giginya yang rapi dan putih.
“Pagi Mas Dharma. Masih nyuci mobil Mas? Mama
sudah mau berangkat tuh,”
“Waduh, Mas harus buru-buru kalau gitu,”
jawabnya.
Kemudian ia sibuk mengelap mobil sedan itu
dengan kain yang masih kering. Andre
memandangi cowok itu dengan serius. Gimana
enggak serius, Mas Dharma ini orangnya ganteng.
Tubuhnya pun gagah dengan kulitnya yang putih
bersih. Saat ini ia hanya menggenakan celana
pendek tanpa atasan, memamerkan dada, bahu,
lengan dan perutnya yang otot-ototnya
bersembulan. Bukit dadanya yang liat tampak dihiasi
bulu-bulu halus nan lebat.
Dengan cueknya di depan Andre, Mas Dharma
mengangkat-angkat tangannya yang berotot itu saat
mengelap atap mobil. Bulu-bulu lebat di lipatan
ketiaknya yang putih itu terpampang jelas di mata
Andre. Membuat jakun remaja ganteng itu naik
turun menahan nafsu. Rencana Andre untuk segera
meluncur menuju rumah Calvin akhirnya tertunda.
Andre merasa sayang kehilangan kesempatan
menikmati pemandangan bagus di depan matanya
ini. Pelan-pelan ransel yang tadi sudah
disandangnya diletakkannya di lantai. Ia mendekati
Mas Dharma, pura-pura mengamati kegiatan
mencuci mobil supir ganteng itu.
“Mas, bagian atas ini masih basah nih,”
komentarnya, ia tak mau menimbulkan kecurigaan
Mas Dharma.
Mas Dharma ini sebenarnya adalah salah satu dari
dua orang ajudan papanya Andre yang bertugas di
rumah mereka. Usianya masih muda, baru 24
tahun. Asli Manado. Dia lulusan STPDN. Demikian
juga Mas Fadly ajudan papa Andre yang satu lagi,
yang saat ini mendampingi sang papa
melaksanakan tugas ke daerah. Mereka berdua
bertugas sejak sang papa diangkat menjadi dirjen.
Kedua ajudan ini sama-sama macho. Maklum aja
ketika pendidikan dulu mereka kan dididik semi
militer. Kebetulan juga keduanya memiliki paras
yang ganteng dan tubuh jangkung menjulang.
Mungkin bedanya hanya 5 cm dari tinggi Andre
sekarang, 179 cm. Saat sang papa memperkenalkan
kedua ajudan itu kepadanya, Andre blingsatan.
Waktu itu keduanya datang dengan menggenakan
seragam semi ketat. Andre dapat melihat dengan
jelas otot-otot padat nan terlatih dibalik seragam
mereka itu. Tonjolan besar di selangkangan mereka
membuat Kontol Andre ngaceng berat. Akhirnya
untuk menuntaskan birahinya yang memuncak
Andre melakukan onani di kamarnya, ia belum
berani untuk ngajak mereka berhubungan seks.
Andre selalu berharap suatu saat dia bisa ngerjain
kedua ajudan itu. Namun sampai saat ini
harapannya itu tak pernah kesampaian.
Berdiri dekat-dekat Mas Dharma membuat birahi
Andre semakin meningkat. Batang Kontolnya sudah
berdenyut-denyut. Ia tak mau ngecret sambil berdiri
karena horny ngelihatin Mas Dharma. Segera ia
meninggalkan ajudan jantan itu. Dalam pikirannya
kemudian, lebih baik dia segera menuju rumah
Calvin. Disana ia bisa menuntaskan hasratnya pada
temannya itu sebelum mereka berangkat ke sekolah
untuk main basket.
Sepanjang perjalanan menuju ke rumah Calvin,
bayangan lekuk-lekuk tubuh Mas Dharma sang
ajudan ganteng, menari-nari di benak Andre.
Apalagi ketika tadi Mas Dharma asyik nungging
mengelap mobil, bongkahan buah pantat sang
ajudan yang montok itu benar-benar membuatnya
ngiler.
Andre hampir tiba di rumah Calvin. Tiba-tiba
disadarinya ransel olah raganya tak tersandang
dipunggungnya. Gara-gara mengamati sang ajudan
ia terlupa mengambilnya lagi saat pergi. Segera
Andre memutar laju sepeda motornya kembali ke
rumahnya. Gimana dia mau main basket kalau
pakaian basket tak dibawanya.
Tak sampai lima belas menit, Andre sudah kembali
ke rumah. Dilihatnya mobil sedan sang Mama yang
mengkilap masih terparkir dengan rapi di garasi.
“Dasar Mama, beres-beres aja lama banget,”
pikirnya.
Dicarinya ranselnya di garasi, namun tak
ditemukannya disana. Kemana ya? Ia segera
menuju dapur mencari Mbak Minah, pembantu
rumahnya. Barangkali pembantunya itu menyimpan
tasnya.
“Eh, Mas Andre. enggak jadi perginya Mas?” tanya
Mbak Minah.
“Tadi sudah pergi. Tapi ransel saya ketinggalan.
Mbak ada lihat enggak?”
“Enggak ada Mas. Memangnya tadi Mas Andre
tinggalin dimana?”
“Di garasi, waktu Mas Dharma nyuci mobil tadi,”
“Mungkin dibawa sama Mas Dharma kalau gitu,”
“Mas Dharma kemana Mbak?”
“Mungkin di kamarnya Mas, kan mau pergi dengan
ibu,”
Andre segera menuju kamar tidur Mas Dharma.
Tapi tak ada orang disana. Ia hanya menemukan
dua tempat tidur yang kosong, milik Mas Dharma
dan Mas Fadly. Kamar mandi didalam ruangan
kamar itu juga kosong. Ia kembali ke dapur
menemui Mbak Minah.
“Enggak ada Mbak, kemana ya?”
“Coba liat di ruang kerja Bapak Mas. Tadi ibu
menyuruh saya memanggil Mas Dharma ke ruang
kerja Bapak. Tapi apa masih di sana ya? Coba liat
dulu Mas,”
Andre segera menuju ruang kerja papanya yang
terletak disamping kamar tidur kedua orang tuanya
itu. Sesampainya disana dilihatnya pintu kamar kerja
sang papa tertutup. Ia memutar gerendel pintu itu,
ternyata terkunci. Andre segera menuju kamar
kedua orang tuanya. Barangkali Mamanya masih di
kamar itu beres-beres. Ia bisa bertanya tentang
keberadaan Mas Dharma pada Mamanya.
Diputarnya gerendel pintu kamar itu, ternyata tidak
terkunci. Andre segera memasuki kamar besar itu.
Mamanya tidak terlihat duduk di meja riasnya.
Matanya menelusuri seluruh isi kamar. Kosong.
Pintu kamar mandi Mamanya terbuka, tak ada orang
disana.
Matanya kemudian tertumbuk pada pintu
penghubung antara ruang kerja papanya dengan
kamar tidur kedua orang tuanya itu. Pintu itu
dilihatnya buka sedikit. Andre mendekati pintu itu.
Barangkali Mamanya ada disana, pikirnya. Ketika
langkahnya semakin dekat dengan pintu kamar itu,
telinganya tiba-tiba menangkap suara-suara dari
ruang kerja papanya. Ia menghentikan langkahnya,
mencoba berkonsentrasi mendengarkan suara itu.
Tiba-tiba jantung Andre berdegup dengan keras.
Perasaannya mulai tidak enak. Suara yang
didengarnya itu adalah suara-suara erangan-
erangan tertahan, milik laki-laki dan perempuan.
Andre semakin mendekat ke pintu kamar yang
terkuak itu. Ia longokkan kepalanya sedikit ke celah
pintu yang terbuka itu. Serta merta mata Andre
melotot melihat pemandangan di ruang kerja
papanya itu. Di atas meja kerja papanya, dua
manusia lain jenis dalam keadaan bugil sedang asyik
memacu birahi dengan penuh nafsu. Kedua
manusia itu tiada lain tiada bukan adalah Mamanya
dan Mas Dharma sang ajudan! Kaki Andre terasa
lemas, jantungnya seperti mau copot.
Dari tempatnya berdiri saat ini ia dapat melihat sang
Mama sedang ditindih oleh Mas Dharma. Mama
Andre telentang dengan kaki mengangkang lebar
diatas meja, sedangkan di atasnya Mas Dharma
melakukan genjotan pantat dengan gerakan yang
cepat dan keras sambil bibirnya melumat bibir sang
Mama dengan buas. Meskipun ia tak bisa melihat
batang Kontol Mas Dharma, karena terhalang oleh
paha Mamanya, namun ia yakin seyakin-yakinnya,
batang Kontol milik ajudan ganteng itu sedang
mengebor lobang vagina Mamanya tanpa ampun.
Baik Mamanya maupun Mas Dharma sama-sama
mengerang-erang keenakan.
Andre tak pernah menyangka akan menyaksikan
peristiwa ini. Ia tak pernah menyangka Mamanya
akan melakukan zinah dengan ajudan papanya
sendirinya. Mamanya yang selama ini dikenalnya
sebagai aktivis kegiatan sosial dan selalu berbicara
soal norma-norma moral, ternyata melakukan
perselingkuhan di ruang kerja milik suaminya
sendiri!
Andre tidak tahu harus melakukan apa. Ia sangat
marah. Mukanya merah, tangannya mengepal-
ngepal menahan amarah yang membara. Ia
menarik kepalanya dari celah kamar. Dengan kesal
dihempaskannya tubuhnya ke atas tempat tidur
orang tuanya. Dari ruang kerja papanya terdengar
racauan-racauan mesum dari mulut Mamanya dan
sang ajudan.
“Ohh.. Ohh.. Enakkhh.. Terusshh..,” racau
Mamanya.
“Hihh.. Hihh.. Apahh.. Yang enakhh.. Hihh.. Buh..,”
“Konthollsshh.. Kamuhh.. Dahrmahh.. Ouhh..,”
“Ibuh sukahh.. Hihh.. Ouhh.. Ouhh.. Sukahh??,”
“Sukahh.. Besar.. Bangethh.. Ouh.. Dharmahh..,”
“Hihh.. Mememkhh.. Ibuhh.. Jugahh.. Enakk.. Buhh..
Ohh..,”
“Enakhh?? Benar.. Enakhh.. Darmahh..??”
“Yahh.. Iyahh.. Buhh..,”
Meskipun sangat marah, racauan yang didengarnya
itu sungguh-sungguh sangat merangsang.
Birahinya mulai bangkit. Akhirnya meskipun dilanda
kemarahan, remaja ganteng itu kembali mendekati
pintu penghubung kamar itu. Ia kembali mengintip
persenggamaan mesum Mamanya dan Mas
Dharma itu. Persenggamaan mereka sangat
bersemangat dan kasar, racauan mereka benar-
benar sangat merangsang, akibatnya Andre tak
mampu menahan Kontolnya yang mulai mengeras.
Tangannya kemudian menyusup ke balik celananya,
meremas-remas batang Kontolnya sendiri.
“Enakhh.. Manah.. Samah.. Ohh.. Memmek.. Bu..
Menterihh.. Ohh..,” racau Mamanya lagi.
“Enakkhh.. Mememkhh.. Ibuhh..,”
“Mmmasakhh sihh.. Dharamahh.. Oohh.. Yesshh..
Disituhh.. Ahh..,”
“Iyahh.. Buhh.. Masih.. Serethh.. Ohh.. Njepithh..,”
Andre kaget mendengar racauan itu. Tak
disangkanya ternyata Mas Dharma ini pernah
ngentot sama istri menteri juga rupanya.
“Kalauhh.. Samahh.. vagina.. Fenihh.. Pacarhh..
Kamuhh..?”
“Ohh.. Samah.. Samahh.. Enaknyahh, .. Buh..
Ohh..,”
“Dasarhh.. Sshh.. Gombalhh.. Ouhh..,”
“Ohh.. Ohh.. Ohh.. Yahh.. Ohh., ..,”
“Kerashh.. Oohh.. Besarhh bangethh.. Ohh..,”
“Besar manahh buhh.. Sama Kontolhhsshh..
Fadlyhh.. Ohh..,”
“Samahh.. Samahh.. Sayanghh.. Ohh.. Yesshh..,”
Mas Fadly??!! Andre benar-benar tak menyangka.
Ternyata Mamanya pernah juga ngerasain batang
Kontol ajudan papanya yang satu lagi itu.
Beberapa saat kemudian sang Mama dan Mas
Dharma berganti posisi. Mas Dharma tidur telentang
diatas meja kerja dengan kedua pahanya yang
kokoh dan berbulu itu menjuntai ke bawah. Sang
Mama kemudian duduk diatas selangkangan Mas
Dharma. Saat Mas Dharma mengatur posisi, Andre
sempat melihat barang perkasa Mas Dharma
dengan jelas. Benar-benar besar, gemuk dan
panjang dihiasi dengan bulu jembut yang lebat.
Panjangnya sekitar dua puluh centimeter lebih.
Pantes aja Mamanya keenakan banget.
Andre membayangkan bagaimana bila Kontol besar
milik Mas Dharma itu membetot lobang pantatnya.
Pasti gesekannya terasa banget. Lebih terasa dari
punya si Wisnu, teman basketnya yang putra bali
itu. Tiba-tiba muncul pikiran nakal di benak Andre. Ia
ingin ngerjain Mamanya dan sang ajudan.
Dikeluarkannya ponsel mungilnya yang memiliki
fasilitas video phone itu dari saku celananya. Sambil
terus meremas-remas Kontolnya sendiri, Andre
merekam persenggamaan mesum Mamanya dan
Mas Dharma itu.
Sang Mama menggenjotkan pantatnya naik turun
dengan keras. Mas Dharma membalas dengan
genjotan pantat yang tak kalah keras. Suara tepokan
terdengar keras,
“Plokk.. Plokk.. Plokk.. Plokk..,”
Kamar kerja papa Andre diramaikan dengan suara-
suara erangan, jeritan, desahan dari mulut
Mamanya dan Mas Dharma.
“Hahh.. Hahh.. Hahh.. Ohh.. Tekan lebihh..
Dalamhh,” erangan Mas Dharma kedua tangannya
meremas-remas payudara Mama Andre.
“Hihh.. Beginihh.. Hihh..,”
“Lagihh.. Ohohh.. Ahh.. Ahh..,”
“Hihh.. Beginihh.. Ohh..,”
“Yeshh.. Yeshh.. Terusshh.. Ohh.. Ohh..,”
Tiba-tiba tubuh Mas Dharma yang tadi berbaring
bangkit. Dalam posisi tubuh menekuk, kepalanya
bersarang di payudara sang Mama yang besar dan
bergoyang-goyang akibat genjotan yang mereka
lakukan. Dengan buas Mas Dharma mengisap pentil
payudara sang Mama yang kemerahan.
“Ohh.. Dharmahh.. Nakalhh kamuhh.. Ohh..
Enakhh..,” Mama meracau semakin menggila.
Kepalanya bergoyang ke kiri ke kanan. Rambut yang
sebahunya yang basah oleh keringat berkibar-kibar.
Mama Andre benar-benar keenakan. Kedua tangan
sang Mama memeluk punggung kekar Mas Dharma
dengan kuat. Tak sampai lima menit dalam posisi
seperti itu. Tiba-tiba genjotan Mama berhenti.
Mulutnya meraung keras. Pantatnya bergetar
menekan keras menggencet selangkangan Mas
Dharma. Tubuhnya yang basah oleh keringat
berkelojotan.
“Ahh.. Akuhh sampaihh.. Ouhh..,” erangnya.
Mas Dharma terus menyelomoti payudara sang
Mama. Semenit kemudian kepala sang Mama terlihat
bertumpu ke bahu Mas Dharma. Ia lemas karena
orgasmenya.
“Saya lanjuthh yah buhh..,” kata Mas Dharma minta
ijin melanjutkan. Soalnya orgasmenya belum
datang.
“Silakan Dharmahh.. Ohh..,” suara sang Mama
terdengar lemas.
Mas Dharma kemudian turun dari meja kerja itu.
Tanpa melepaskan Kontolnya dari lobang vagina
sang Mama, Mas Dharma membopong tubuh sang
Mama kemudian membaringkannya telentang diatas
lantai yang berkarpet. Kemudian ia kembali
melanjutkan pekerjaannya menyetubuhi sang
Mama. Andre bisa melihat tubuh Mamanya yang
lemas itu dikentot Mas Dharma dengan penuh
keperkasaan.
“Sakit buhh.. Ahh..?”
“Terus sayanghh.. Saya istirahat sebentar ahh..
Kamuhh terusshh ajahh.. Ohh..”
Tak sampai lima menit sang Mama kembali
bergairah. Pantatnya kembali bergerak-gerak
dengan luwes membalas gerakan Mas Dharma.
Rupanya sang Mama tak mau hanya menjadi objek.
Tiba-tiba ia membalikkan posisi, untuk kemudian
menindih tubuh atletis sang ajudan ganteng yang
bersimbah keringat. Dengan penuh semangat sang
Mama kemudian menggenjot pantatnya naik turun
mengocok batang Kontol Mas Dharma dengan
memeknya yang basah dengan cairan lendirnya
sendiri, sambil menciumi bibir ajudan muda
ganteng itu dengan binal. Dari mulutnya keluar
erangan-erangan,
“Urghh.. Urghh.. Yahh.. Yahh,”
“Ohh.. Ibuhh.. Ohh.. Buashh.. Banget.. Ohh..,”
racau Mas Dharma.
“Kamuhh.. Sukahh.. Kanhh..,”
Begitulah. Permainan cabul antara Mamanya Andre
dan Mas Dharma yang memakan waktu tak kurang
dari dua jam itu akhirnya usai dengan skor 6-2
untuk kemenangan Mas Dharma. Maksudnya, sang
Mama ngecret empat kali, sedangkan Mas Dharma
ngecret dua kali saja di dalam vagina sang Mama.
Andre sendiri ngecret dua kali. Sperma kentalnya
melumuri daun pintu kamar penghubung. Ia sangat
terangsang menyaksikan live show sang Mama dan
Mas Dharma. Ia tak sabar untuk segera dapat
mengerjai sang ajudan yang gila ngentot itu.
Dengan tubuh yang masih terasa lemas akibat
orgasme, perlahan-lahan Andre meninggalkan
kamar orang tuanya. Spermanya yang menempel
di daun pintu kamar dibersihkannya terlebih dahulu.
Saat meninggalkan kamar, Andre, masih sempat
melirik Mamanya dan Mas Dharma yang berbaring
saling berpelukan di lantai. Keduanya terlihat sangat
lelah.
Andre segera melaju kembali dengan sepeda
motornya menuju rumah Calvin. Sepanjang
perjalanan ia menyusun rencana untuk mengerjai
Mamanya dan Mas Dharma nanti. Ia tersenyum-
senyum cabul membayangkan rencananya itu.
Setiba di rumah Calvin, teman sekolahnya itu sudah
menunggu di teras sambil duduk santai membaca
majalah remaja. Calvin menggenakan t-shirt putih
polos dan celana jeans biru plus topi pet hitam.
Wajah gantengnya tersenyum senang menyambut
kedatangan Andre.
“Kok telat Ndre?” tanyanya.
“Sorry Vin. Ada urusan sama Mama tadi,” jawab
Andre nyengir, “Kita langsung cabut aja yuk. Sudah
hampir jam sepuluh nih,”
Calvin mengiyakan, segera ia duduk di boncengan,
rapat di belakang tubuh Andre. Tangannya
diletakkannya di paha Andre. Kemudian kedua
remaja SMU itu melaju menuju sekolah mereka.
“Kok enggak bawa baju olah raga Vin?” tanya Andre
di tengah perjalanan.
“Enggak usahlah. Gue kan bukan anak basket.
Kesana juga cuman mau liat permainan basket
doang,” jawabnya.
“Liat permainannya, atau liat pemainnya nih?” tanya
Andre menggoda.
“Dua-duanya. Hehehe,”
“Vin, ini perasaan gue aja tahu emang benar sih?”
“Maksud lo?”
“Elo ngaceng ya? Kok rasanya ngeganjal nih di
bokong gue,”
“Enak aja!”
Andre tertawa ngakak. Sementara Calvin tersenyum
malu di boncengan. Kontolnya memang sudah
ngaceng sejak nungguin Andre dari tadi. Ia tak sabar
menantikan apa yang akan terjadi nanti di sekolah.
E N D


Adult | GO HOME | Exit
2/2030
U-ON

inc Powered by Xtgem.com