watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Kegelisahan seorang istri

Setelah sekian lama aku jalani hidup dengan dua
orang suami disisiku dan telah banyak kenikmatan
duniawi yang aku peroleh, akhirnya ada juga rasa
gelisahku. Perasaan gelisahku timbul terutama bila
Duta datang dari Jakarta sedang aku tak bisa
melayaninya di ranjang karena kodratku sebagai
wanita yang harus menerima tamu”jepang”, aku
merasa bersalah sekali.
Sedang Mas Pujo karena tiap hari ada disisiku aku
tidak merasa begitu terbebani dengan perasaan
bersalah. Sebenarnya dua-duanya cukup sabar dan
mengerti keadaanku, bahkan Mas Pujo dengan
sukarela mengalah untuk memberikan kesempatan
pada Duta memuaskan dirinya”menyetubuhi” diriku
bila Duta hendak pergi agak lama, sebaliknya
demikian juga kalau Mas Pujo hendak dinas luar.
Ada keinginanku untuk mencarikan pengganti
peranku sebagai isteri bagi mereka berdua saat-saat
tamu”jepang” itu datang. Keinginan itu begitu
besarnya menekan jiwaku karena didorong rasa
sayangku pada keduanya.
Setelah menimbang baik-buruk dan untung rugi,
jalan untuk mewujudkan keinginanku itu akhirnya
ada juga. Secara kebetulan aku sedang mengikuti
arisan ibu-ibu yang rutin dilakukan setiap bulan di
kantor suamiku. Biasanya sebagai isteri bos aku
agak menjaga jarak dengan ibu-ibu yang lain, tapi
entah setelah kehadiran Duta aku jadi lebih PD dan
dekat sama mereka. Salah satu ibu yang ikut arisan
rutin itu adalah isteri seorang manajer menengah,
kami memamggilnya Bu Jhoni(nama samaran
suami). Wanita keturunan Manado dengan Madura
kulitnya tidak terlalu putih seperti wanita Manado
pada umumnya tapi malah mendekati mulato tapi
nampak bersih dan kemel, tingginya kira-kira 165
cm, dan bodynya lumayan ramping meskipun
sudah punya anak 2 orang. Yang istimewa
sebenarnya bentuk perutnya yang rata terutama
bagian bawah pusar tidak seperti wanita yang sudah
punya anak saja dan umurnya baru 35 tahunan. Dia
termasuk tidak cantik tapi ayu dadanya cukup besar
bila dilihat dari luar bahkan lebih besar dari ukuran
saya.
“Mbak Rien sekarang tambah seger lho.?” bisiknya
suatu ketika ditengah acara arisan yang riuh oleh
suara ibu-ibu.
“Ah jeng Meta (samaran) ini bisa aja, Mbak dari dulu
kan begini-begini aja to.” jawabku meskipun ada
rasa GR juga dalam hati.
“Benar lho Mbak, Mas Jhony aja sering komentar
kalau dikantor ini Mbak termasuk orang yang masih
semlohai (semok molek aduhai) meskipun telah
berumur” terusnya.
“Itukan bisa-bisanya Dik Jhony” jawabku sekenanya.
“Tapi benar lho Mbak, apa sih resepnya? Mbok aku
dikasih tahu jamunya” bisiknya meminta.
“Aa.. H jeng Meta ada-ada saja, nanti kalau Mbak
kasih tahu juga percuma wong nggak bisa
ditularkan” jawabku sambil tertawa.
“Yang benar Mbak..? Apa sih Mbak aku kok
penasaran” ubernya.
“Benar mau tahu..?”
“Ya.!”
“Minum Air liur burung” bisikku sambil mendekat ke
telinganya.
“Burung apa Mbak” kejarnya penasaran.
“Burung.. Burungnya Mas Pujo” bisikku kubuat
serius.
“AH! Mbak guyon!”
“Betul jeng, ini betul lho jeng” jawabku.
“Itukan biasa Mbak”
“Biasa gimana, kalau sekedar ML terus selesai ya
biasa jeng tapi ada caranya” jelasku.
“Jeng Meta ML dengan Dik Jhony berapa kali
seminggu?” lanjutku.
“Paling sekali ya kadang dua kali Mbak” jawabnya.
“Kalau ML apa saja yang jeng Meta lakukan?”
tanyaku lagi.
“Ya biasa Mbak bercumbu terus gitulah..! Terus
selesai ya sudah begitu aja” jawabnya.
“Lho ya sudah gimana to jeng, mestinya kan ada
pemanasan, permainan terus pendinginan dan
apakah jeng Meta selalu dapat mencapai puncak?”
“Itulah Mbak masalahnya, saya sering ditinggal
menggantung” jawabnya sambil menerawang.
“Terus”
“Ya kalau sudah begitu paling saya yang uring-
uringan dan biasanya cuma bisa melampiaskan ke
pekerjaan rumah Mbak” terusnya.
“Nah itulah jeng bedanya, Mbak dengan Mas Pujo
selalu puncak bahkan berkali-kali lho” jawabku.
Kulihat wajahnya nampak takjub dan kelihatan rasa
ingin taunya yang terpancar dari matanya.
“Jeng ML itu kalau dilakukan dengan benar dan
senang hati bisa membuat kita awet muda, karena
kerja hormon-hormon dalam tubuh kita jadi
optimal” lanjutku menjelaskan bak seaorang dokter.
“Oooh itu to Mbak rahasianya..!” celetuknya.
“Makanya saya bilang, meskipun Mbak kasih tahu
kan jeng Meta belum tentu bisa.. Bahkan..” jelasku
sengaja memancing reaksinya.
“Bahkan apa Mbak.?” Tanyanya nggak sabar.
“Bahkan kalau jeng Meta Mbak suruh belajar sama
Mas Pujo juga belum tentu mau” lanjutku sambil
berbisik.
“Ahh Mbak” jawabnya sambil mencubit lenganku.
Cerita kami berakhir dengan berakhirnya acara
arisan, sebelum pergi Meta sempat berbisik
sewaktu-waktu mau konsultasi kujawab ya kapan
saja. Bahkan kubisiki nanti belajar langsung aja ama
Mas Pujo.
Seminggu setelah itu ketika itu jam 19.00 malam,
Duta baru datang dari Jakarta sedang aku lagi ada
tamu jepang jadi aku bermaksud memberi blowjob
Duta sedang Mas Pujo masih malas-malasan didekat
kami berdua, tiba-tiba telepon berdering, karena aku
dan Duta sudah hampir telanjang maka Mas Pujo
yang mengangkat telepon.
“Halo selamat malam” salam Mas Pujo, aku nggak
tahu apa jawaban disebelah sana, tapi,
“Ya benar, mau bicara dengan Mbak Rien..? Sebentar
ya, dari siapa? Meta! Oh jeng Meta, Meta Jhony?”
tanya Mas Pujo, mendengar itu aku bangkit, Duta
terpaksa melepaskan dekapannya padaku.
Sebenarnya skenario ini aku yang buat, karena aku
ingin Meta dapat main kerumah sehingga kuminta
Mas Pujo menugaskan Jhony keluar kota untuk
supervisi selama 3 hari.
“Halo jeng Meta kok tumben nelpon malam-malam”
sapaku memulai percakapan.
Kami ngomong panjang lebar sampai akhirnya
menyinggung pembicaraan kami di arisan dulu.
Kuulangi tawaranku untuk belajar pemanasan
dengan Mas Pujo, atau melihat saja kami yang
mempraktekkannya berdua. Meta penasaran masa
aku dan Mas Pujo mau bercinta dilihat orang lain,
kujawab bahwa aku hanya bisa kalau orangnya itu
Meta, lain tidak lagian cuma sebatas cara-cara
pemanasan. Meta rupanya mulai panas akhirnya
kuulangi lagi tawaranku dan jawabannya.
“Iya Mbak BT nih anak-anak sudah pada tidur, Mas
Jhony dinas luar” jawabnya.
“Ya sudah to main aja ke rumah, kami semua
sedang nggak ada kegiatan kok lagian masih sore”
jawabku.
“Tapi Mbak,”
“Apa?”
“Aku malu sama Mas Pujo, ..” jawabnya.
“Nggak pa-pa kami cuma berdua kok, jangan kuatir
nanti pulangnya kami antar” jawabku.
“Baiklah Mbak tapi janji lho.. nggak usah dipraktekin
sama aku..” pintanya mengakhiri pembicaraan.
Setelah itu kami tutup pembicaraan, rumah Meta
kira-kira 15 menit dengan naik kendaraan. Kuminta
Duta bersabar dan sembunyi di kamar sementara
aku dan Mas Pujo yang akan menerima Meta.
Rencana ini pernah kuutarakan sebelumnya sama
suami-suamiku. Kira-kira 25 menit kami menunggu
ada orang memencet bel pintu pagar, Mas Pujo
yang saat itu cuma pakai piyama tanpa dalaman
yang membukakan pintu.
“Malam Mbak,” sapa Meta begitu masuk pintu
rumah diiringi Mas Pujo.
Meta pakai baju agak ketat sehingga dadanya yang
membusung kelihatan samar tapi saya yakin laki-laki
manapun akan penasaran ingin tahu isinya, apalagi
dengan kancing depan dan belahan dada yang agak
kebawah sedang bawahan ia pakai celana jean
tampak seksi sekali bokongnya.
“Malam, wah.. Jeng Meta nggak nyagka lho kalau
bisa main kerumah nggak kesasarkan?” tanyaku.
Setelah menyilahkan Meta duduk kami ngobrol
ngalor-ngidul sampai juga akhirnya menyinggung
masalah ranjang, Mas Pujo dapat melihat air muka
Meta yang jengah tahu kalau ia juga mulai
terpancing birahinya. Karena omongan kami yang
merangsang saraf telinga Meta dan kami tetap tidak
mengatakannya secara vulgar, tanpa terasa jam
menunjukkan angka 9 malam, Meta gelisah.
“Mbak sudah malam nih Meta mau mohon pamit”
pintanya tapi matanya nampak sayu.
“Jangan dulu katanya pingin belajar rahasianya
Mbak” jawabku sambil memandang Mas Pujo
penuh arti.
“Ah Mbak.. Malu ah sama Mas Pujo”
Aku mendekati Mas Pujo dan kucium dia dibibirnya
denga mesra dan lembut.
“Nggak pa-pa kan Mas?” pintaku Mas pujo
menganggangguk sambil memelukku, kami
berciuman, dan saling raba di depan Meta,
sementara Meta kulihat merah padam mukanya
melihat adegan kami, meskipun demikian aku
melakukannya dengan halus dan hati-hati sekali.
“Beginilah kami melakukannya jeng,” kataku
menjelaskan seperti dosen aja.
“Ah.. Mbak, Meta jadi bingung nih.., Meta pulang aja
ya Mbak” pintanya tapi nggak beranjak.
“Ayolah.. nggak pa-pa” kami berpelukan mendekati
Meta yang mulai kayak cacing kepanasan. Mas Pujo
tahu keadaan segera mendekat sehingga duduk
berdampingan di sofa panjang yang diduduki Meta,
terus dipegangnya kedua tangan Meta, Meta
menunduk malu-malu.
“Mbak.. Tapi cu ma se ba.. tas cara pemanasan aja
lho Mbak” pintanya sambil memandangku.
“Ya, Mas cuma akan memperlihatkan cara
pemanasan saja sama jeng Meta” jawab Mas Pujo
sabar.
Perlahan disentuhnya dagu Meta dipandangnya
matanya dalam-dalam penuh perasaan, mendapat
perlakuan seperti itu dari Mas Pujo Meta
memejamkan mata, perlahan Mas Pujo mencium
bibirnya tanpa melumatnya. Ahh! Meta mendesah,
diulanginya ciuaman itu oleh Mas Pujo dengan
menempelkan bibirnya agak lama, Meta mulai
bereaksi dengan mengulum bibir Mas Pujo dan Mas
Pujo mulai meningkatkan aksinya, tangannya
berpindah ke bawah ketiak Meta dan menarik badan
Meta kepelukannya. Semua ini dilakukan di sofa
ruang tamu, sambil duduk bedempetan.
Mas Pujo mulai meraba dada Meta yang
membusung, dan Meta mulai mendesah-desah
mereka masih berciuman saling lumat dan saling
hisap (urusan bersilat lidah memang Mas Pujo
sangat lihai). Setelah hampir sepuluh menit mereka
saling raba Mas Pujo meningkatkan aksinya dari
meraba bagian luar terus melepas kancing atas baju
Meta jari-jari tangannya mulai menyisir pinggiran
BHnya menuju ketengah. Meta melenguh seperti
sapi disembelih begitu tangan Mas Pujo mancapai
putingnya dan menjepinya dengan dua jari.
Sementara itu mulut Mas Pujo mulai merambat ke
bawah ke arah belahan dadanya yang sekal.
Tanpa disadari Meta tangan kanan Mas Pujo telah
menyelinap ke punggung Meta dan melepaskan kait
BH Meta maka tampaklah buah dada Meta yang
kencang dan menantang, tanpa membuang
kesempatan langsung Mas Pujo melumat
putingnya. Meta mulai tak dapat mengendalikan diri,
dia lupa dengan janjinya sendiri, tangannya secara
reflek menggerayang bagian depan Mas Pujo dan
mulai melakukan pijatan-pijatan halus mulai dada,
pusar dan terus ke bawah pusar. Tanpa menolak
Mas Pujo malah memberi kesempatan pada Meta
menyorongkan badannya, sambil mulutnya tetap
bergelayut di puting Meta, tapi tanggannya sudah
mulai menarik resleting celana jeannya. Meta tak
henti-henti mendesah, perlahan aku ke saklar lampu
kukecilkan sehingga suasana tampak redup dan
makin romantis.
Meta sudah meluruskan kakinya di sofa sambil
kepalanya bersandar di tanganan sofa, sementara
tinggal mengenakan CD warna merah, Mas Pujo
belum melepaskan piayamanya dengan posisi diatas
Meta tapi batangnya sudah nampak mengacung
karena diurut-urut Meta. Perlahan Mas Pujo
menggigit pinggiran CD Meta dan menariknya
kebawah sehingga bugil Meta masih tenang
mungkin karena melihat Mas Pujo tidak melepaskan
piyamanya. Mas Pujo mulai mejilati perut Meta
turun ke arah pusar terus menciuminya dan
meleletkan lidahnya kebawah mencium rambut
kemaluan Meta, diperlakukan begitu Meta meracau
tak karuan.
“Aduh Mas.. Mbak Meta nggak tahan.. oh Mas Pujo”
Aku memberi kode pada Duta, saat itu Mas Pujo
telah membenamkan mukanya di selangkangan
Meta, menjilati klitoris Meta, Meta dengan posisi
membuka kedua pahanya pinggulnya terganjal
pegangan kursi sehingga sekarang kepalanya berada
dibawah. Dengan posisi ini maka nampaklah
gundukan bukit venus yang indah dan merekah
merah sehingga memudahkan untuk penetrasi.
Perlahan Mas Pujo mundur dan Duta yang telah
telanjang bulat maju dengan palkon siap serbu, Meta
masih tenggelam dalam kenikmatan yang
didapatnya hampir satu jam dicumbu Mas Pujo,
tidak menyangka bahwa ada pergantian posisi
dibawah. Duta langsung mengenggam palkonnya
dan mengarahkan ke lubang surga Meta, dengan
presisi Duta menghentak dan bles..!
“Ahh Mas aku nggak mau.. nggak mau” sambil
meronta tapi secepat kilat aku membelai dan
mengulum putingnya, sedang Duta langsung
mengunci kaki Meta maka Meta hanya bisa
mendesis dan mau berontak tapi karena serangan
rasa nikmat yang luar biasa ia hanya menggeleng-
gelengkan kepalanya.
“Ahh Mbak.. Mas.. Kalian curang aduhh.. Oh..
Kenapa ini ohh.. Ohh.. Mbak aku nggak tahan..
Nggak ta.. Hhaan..”jerit Meta sambil mengejang
nafasnya memburu seluruh otot-otot badanya
meregang pertanda orgasme sampai.
Duta mengimbangi dengan kocokan-kocokan
perlahan dan teratur bahkan dibiarkannya Meta
menikmati orgasmenya yang pertama yang hampir
membuatnya tak sadarkan diri. Setelah nafas Meta
aga teratur perlahan Duta mulai memompa karena
itu perlahan Meta mulai membuka matanya dan..
“HAAH Mbak kok bukan Mas Pujo..!” teriaknya panik
sambil mau berontak tapi kuncian Duta dan
kocokan-kocokan palkon Duta di memeknya
membuat dia tak berdaya.
“Gimana Mbak? Aku nggak mau Mbak, aku mau
sama Mas Pujo saja,” teriaknya lagi.
“Tenang jeng, tenang..!” kucoba menenangkannya,
sambil kukedipi Mas Pujo untuk siap-siap
menggantikan posisiku.
Mas Pujo mendekat dan mulai melumat puting Meta
yang sebelah kiri sementara tangan kirinya
meremas-remas puting yang sebelah kanan.
Mendapat serangan bertubi-tubi dari bawah dan atas
Meta menjadi naik birahi lagi..
“Ahh.. Mbak, Mas gimana ini kok begini to, ahh
nikmat Mbak.. Meta nggak tahan Mas, ayo terus
Mas.. Yang keras..” ceracaunya Meta mengejang lagi
menapaki orgasmenya yang kedua.
Dutapun tampak mulai berkerenyit dahinya dan
makin keras kocokannya, pertanda mau mencapai
orgasme maka cepat-cepat aku tarik sementara Mas
Pujo langsung menggantikan posisi Duta mengocok
vagina Meta dengan palkonnya tanpa memberi
kesempatan pada Meta untuk mengatur nafas.
Kucium dan kukulum kepala kontol Duta di depan
Meta sambil mengocok-ngocok batangnya.. Dan..
Creett.. Crett.. Cret..
Kuminum sperma Duta yang tumpah dimulutku.
Meta melihat semua itu sambil mendelik menahan
nikmat karena kocokan Mas Pujo. Setelah hampir
setengah jam mereka saling genjot akhirnya mulai
ada tanda-tanda Mas Pujo dan Meta akan mencapai
puncaknya dan..
“Aaahh Mas aku nggak kuat.. Aku..” begitu teriak
Meta menapaki orgasmenya yang ketiga. Mas Pujo
memberi kesempatan untuk mengambil nafas
sambil sesekali masih mengocok vagina Meta pelan-
pelan.
“Sini Mas.. Sini Mas..” pinta Meta pada Mas Pujo
sambil tangannya menggapai-gapai.
Mas Pujo mengakhiri kocokannya dan mencabut
kontolnya dan menyorongkannya ke mulut Meta,
sambil tetap tiduran terlentang di sofa dikulumnya
kontol Mas Pujo yang sudah bengkak dan berenyut-
denyut. Akhirnya..
Crett.. Crett.. Crett
Muncratlah sperma Mas Pujo di mulut Meta, Meta
menelannya sambil membeliakkan mata, mungkin
belum biasa tapi kemudian dijilatinya sisa-sisa
sperma diujung kontol Mas Pujo.
Setelah itu mereka bertiga istirahat mengatur nafas,
sambil menikmati sisa-sisa orgasme yang mereka
alami. Meta mengerling padaku. Waktu itu sudah
jam 11-an malam.
“Mbak Rien nakall..!” rengeknya manja, sambil
memukul bahuku.
“Lho kan jeng Meta sendiri yang keterusan..”
jawabku.
“Ahh Mbak ni lho, Meta jadi malu ama Mas Pujo..
Eh.. Mas yang satu siapa Mbak?” tanyanya sambil
mengerling ke Duta.
“Adiknya Mas Pujo! Duta” jawabku.
“Jeng Meta mau pulang..?” tanyaku lagi.
“Ya deh Mbak, sudah malam nih nanti anak-anak
mencari” jawabnya.
Aku dan Duta mengantar Meta pulang sedang Mas
Pujo tunggu rumah, di jalan Meta berterimakasih
sama Duta, katanya baru kali ini dia mengalami
multiorgasme yang selama ini hanya angan-angan
saja. Meta bahkan berani mencium Duta di depanku
saat ia turun dari mobil. Setelah mengantar Meta
pulang aku mendapat ciuman istimewa dari Mas
Pujo dan Duta katanya mereka tak pernah
membayangkan wanita lain selama ini karena
sebenarnya selama ini mereka sudah merasa cukup
dengan pelayananku. Tapi hadirnya Meta membuat
mereka tambah bahagia. Dan selama tiga hari
mereka berdua selalu dapat memuaskan Meta
bahkan saat hari terakhir Meta minta nginap dirumah
dan mereka main sampai empat kali. Sebagai isteri
aku tetap gelisah melihat keperkasaan mereka
berdua, namun hadirnya Meta dapat sedikit
mengobati kegelisahanku.
Pembaca yang budiman sampai saat ini sudah
hampir satu tahun aku Meta, Duta dan Mas Pujo
tanpa Jhony melakukan ini. Meta tambah rajin
memelihara dirinya dan ia makin berbinar ia sangat
menyenangi Mas Pujo walau demikian kami semua
bahagia. Ada pembaca yang menawarkan kepadaku
untuk ML tapi mohon maaf aku tak bisa karena aku
hanya bisa untuk Dutaku dan Mas Pujoku, hadirnya
Meta sebenarnya tak mereka inginkan juga tapi
karena sudah terlanjur maka kami sepakat
meneruskan entah sampai kapan yang jelas kami
saling mengasihi.


Adult | GO HOME | Exit
2/1467
U-ON

inc Powered by Xtgem.com