watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Kangen adik Dan mamaku

Kuliah adalah tempat seseorang untuk menuntaskan
cita-citanya. Dan juga mungkin tempat di mana kita
akan mengenal sebuah dunia baru. Dunia ini begitu
luas, sampai-sampai kita tak sadar bahwa dunia itu
sedikit demi sedikit mempengaruhi kita. Kita tak
heran banyak orang-orang yang pergi kuliah pulang
ke kampung halamannya sudah berubah drastis.
Dari mereka yang sifatnya lugu menjadi sok gaul,
dari mereka yang sifatnya jelek bisa jadi pulang
menjadi orang yang alim banget. Inilah yang terjadi
padaku, sebuah pengalaman yang entah aku harus
menyebutnya apa. Namaku Gun, sebut saja begitu.
Seorang mahasiswa fakultas Tehnik di kampus X,
salah satu PTS terkenal di kota Y.
Ada perasaan kangen sebenarnya ama kampung
halaman. Dan perasaan itu pun masih ada sampai
sekarang, maklum karena kesibukanku, aku pulang
hanya setahun sekali. Selain mengikuti organisasi
kampus dan banyak ekstrakulikuler, aku juga
dihadapkan pada jadwal perkuliahan yang padat.
Namun pada semester kelima ini, aku mau
mengambil cuti untuk beberapa waktu. Kabar tak
enak datang dari kampung halaman. Baru saja
keluargaku di kampung halaman mendapatkan
musibah, sebuah kecelakaan. Ayah meninggal dan
ibuku mengalami koma. Sedangkan adikku baik-baik
saja. Mulai dari sinilah kehidupanku berubah.
Ayah yang satu-satunya orang yang membiayai
kuliahku pergi. Sehingga dari sini, aku harus
membanting tulang sendirian, untuk ibuku, adikku
dan diriku sendiri. Akhirnya kuliah ini aku tunda
dulu. Aku mengajukan cuti satu semester. Waktu
cuti itu aku manfaatkan untuk membanting tulang.
Aku tak bisa mengandalkan dari warisan ayahku.
Sebab kalau aku mengandalkannya, aku tak bisa
membiayai semua keperluan kami. Dan syukurlah
aku diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta,
walaupun berbekal kemampuanku di bidang analisis
data, aku mendapatkan gaji yang cukup.
Ibuku adalah seorang wanita yang sangat cantik
sebenarnya. Usianya baru 38 tahun. Ia menikah
muda dengan ayahku. Dan sampai sekarang ia tetap
bisa menjaga kemolekan tubuhnya. Pernah sih
waktu masih remaja aku beronani membayangkan
ibuku sendiri. Tapi hal itupun tak berlangsung lama,
hanya beberapa saat saja. Dan adikku masih sekolah
SMP, namanya Arin. Seorang gadis periang, cantik
dan imut. Banyak cowok2 yang tergila-gila pada
adikku itu. Dan paling tidak ada salah satu teman
cowoknya yang pedekate ama dia, tapi yaaa…masih
takut-takut.
Dua minggu setelah kecelakaan itu, ibuku sadar dari
komanya. Mulanya ia tak ingat apa-apa, namun
setelah tiga hari berada di rumah, ia pun ingat. Tapi
karena kondisinya yang masih lemah, ia pun tak
bisa berbuat banyak. Aku dan Arin gantian
menjaganya. Sebagai anak laki-laki satu-satunya
beliau benar-benar menyayangiku. Katanya ia
mengingatkanku pada ayah. Aku tahu ia sangat
shock dengan kejadian yang baru saja
menimpanya. Aku dan Arin terus berusaha
menghiburnya, sampai ia benar-benar sehat.
Hari itu seperti hari-hari sebelumnya, tapi sedikit
istimewa, karena teman-teman kuliahku mau
mengunjungiku. Ketika pulang kerja, kami
sempatkan sejenak untuk berkumpul. Mereka
semua ikut berbela sungkawa terhadap keadaanku
sekarang. Tapi selain itu mereka mencoba
menghiburku, ada-ada saja ulah mereka, yaitu
memberiku kaset bokep, dan majalah2 hardcore.
Kata mereka, “Ini buat menghibur loe sobat, biar
nggak berduka terus”. Sialan. Tapi nggak apa-
apalah, soalnya juga sudah lama aku nggak nonton
yang begituan. Namun ternyata inilah sumber dari
kejadian selanjutnya.
Aku pulang dan aku lihat adikku sedang belajar di
kamarnya. Ibuku sudah bisa sedikit berjalan, walau
masih berpegangan pada apapun yang ada di
dekatnya.
“Kau sudah pulang Gun?”, tanyanya.
“Iya bu”, kataku.
“Kalau mau makan, di meja makan tadi adikmu beli
sesuatu”, kata ibuku.
“iya”, kataku singkat.
Singkatnya aku mandi dan mengurung diri di
kamar. Aku pun mulai menonton bokep dan
majalah-majalah hardcore. Mulanya sih agak aneh
aja aku melakukan hal ini, tapi rupanya sedikit bisa
menghiburku. Jam menunjukkan pukul sebelas
malam, aku tak sadar kalau sudah lama aku berada
di dalam kamar mengocok sendiri punyaku dan
menontoni tubuh para wanita itu. Aku keluar kamar
dengan maksud hati untuk makan apa pun yang
ada di meja makan.
Ketika keluar dari kamar, aku melewati kamar ibuku.
Astaga, apa yang aku lihat itu? Ibuku yang memakai
daster itu tampak tersingkap dasternya, sehingga
aku bisa melihat CD-nya. Memang badannya masih
mulus. Aku mulai berpikiran jorok, ini pasti akibat
barusan aku nonton bokep. Wajahnya masih cantik,
dan aku bisa melihat wajahnya yang polos ketika
tidur. Aku berdiri di pintu kamarnya, memang
pintunya sengaja di buka agar sewaktu-waktu kalau
ia memanggilku aku bisa dengar. Entah setan mana
yang menguasaiku, akupun mengocok punyaku
sambil membayangkan beliau membelai punyaku.
Aku kocok pelan-pelan. “Ohh….Mega..”, aku panggil
nama ibuku berbisik. Aku terus mengocok, makin
lama makin cepat, dan maniku muncrat…
CROOT….CROTT…, banyak banget sampai
mengotori lantai, buru-buru aku bersihkan dengan
kain pel yang ada di sebelah pintu. Entah kenapa aku
mulai berpikiran seperti itu. Namun rencana jelekku
nggak sampai di situ saja.
Esoknya, aku libur, sebab hari ini adalah hari sabtu.
Kantorku sabtu dan minggu libur. Arin sudah pergi
ke sekolah. Aku bangun agak kesiangan. Mungkin
kelelahan karena peristiwa kemarin. Aku pun entah
dari mana punya pikiran yang aneh-aneh lagi. Aku
berniat memandikan ibuku, aku ingin melihat
tubuhnya yang utuh. Aku pun ke kamar ibuku, ia
sudah bangun dan sedang bersiap mandi.
“Ibu, ibu mau mandi?”, tanyaku.
“Iya Gun”, katanya.
“Boleh Gun, mandiin ibu?”, tanyaku.
“Nggak usah Gun, ibu sudah bisa sendiri koq”,
jawabnya.
“Nggak apa-apa bu, kondisi ibu masih belum pulih
benar”, kataku merayu.
Tak punya pikiran lainnya, ibuku pun menjawab,
“Baiklah”.
Akupun mengantarnya ke kamar mandi. Inilah
saatnya pikirku. Aku melihatnya melepas daster, BH
dan CD-nya satu per satu. Tampaklah dua buah
toket yang masih mancung dan miss-v yang aku
ingin lihat dari dulu. Aku hanya terbengong, dan tak
terasa tongkolku sudah tengah. Darah mengalir
cepat ke ubun-ubunku.
“Kenapa Gun?”, tanya ibu.
“Ah..nggak apa-apa “, jawabku.
“Bajunya dilepas dong Gun, nanti basah”, kata
ibuku. “Kamu belum mandi juga kan?”
“I…iya”,kataku.
Aku pun melepas pakaianku. Ibuku agak terkejut
melihat punyaku yang tegang. Lalu dia duduk di
pinggir bak mandi. Seakan mengerti, akupun
mengambil gayung dan menyiramkan ke tubuhnya.
Ia membasuh mukanya, ia ganti mengambil
gayung dan menyiramkannya ke tubuhku. Kami
benar-benar saling menggayung. Tibalah saat
menyabun. Aku mengambil sabun cair. Kusabuni
punggungnya. Busanya melimpah, lalu dari
belakang aku menyusuri pundak, hingga ke depan,
aku agak takut menyentuh dadanya. Takut kalau dia
marah. Tapi ternyata tidak. Akupun sedikit membelai
toketnya, dan agak meremas. Kami diam, dan
hanya bahasa tubuh saja yang saling berucap. Ku
basuh dari dadanya, hingga ke perut. Ketika mau
menuju miss-v, ibuku menahan.
“Jangan pakai sabun ini, tidak baik untuk
kewanitaan”, katanya. “Bersihkan dulu tubuh ibu”.
Aku pun menurut, aku guyang ia pakai air. Sabun
yang ada di tubuhnya hilang, lalu ia mengambil
pembersih khusus kewanitaan. Lalu
menyerahkannya kepadaku. Aku mengerti lalu mulai
menyabun tempat itu pakai sabun tersebut. Mulanya
aku hanya sekedar menggosok, tapi lama-lama aku
sedikit menyentuh kelentitnya, ibuku memejamkan
mata sejenak. Sepertinya ia keenakan, aku teruskan,
namun aku tak berani lama-lama. Ia agak tersentak
ketika aku menyudahinya. Ia menghirup nafas agak
dalam, sepertinya ia sedikit horni.
Aku mengguyang air di daerah kewanitaannya.
Bersihlah sudah sekarang. Lalu giliranku. Aku
disabun oleh ibuku. Mula-mula punggung, dadaku
yang bidang, lalu perut, dan sampai di tongkolku
yang tegang. Ia mengurut tongkolku sesaat, lalu
menggosok buah pelirku, sepertinya ia tahu bagian-
bagian itu. Enak sekali sentuhan ibuku.
“E…bu…boleh Gun minta sesuatu?”, tanyaku.
“Apa itu?”
“Gun kan sudah dewasa, dan mengerti soal
beginian. Kalau boleh aku ingin ibu mengocok
punya Gun sebentar bu”, aku mengatakan hal yang
aneh-aneh. Yang memang tak perkikirkan
sebelumnya.
Ibuku terdiam.
“Maaf bu, aku tak bermaksud demikian, hanya saja,
aku sebagai laki-laki normal siapa saja, pasti akan
merasakan hal seperti ini”, kataku.
“Iya, ibu faham, anak ibu sudah dewasa”, katanya.
Tangannya yang lembut itu pun akhirnya
mengocok punyaku, membelainya. Oh…apa ini?
Aku serasa melayang. Ia benar-benar mengocok
tongkolku yang sudah tegang. Peristiwa itu sangat
erotis sekali. CLUK….CLUK…CLUK…bunyi tongkolku
yang dikocok berpadu dengan air sabun. Busanya
sangat banyak, aku ingin sekali meremas toket
ibuku.
“Bu, boleh Gun meremas dada ibu?”, tanyaku. “Gun
sangat terangsang sekali”.
“Maafkan ibu nak, seharusnya tidak begini. Gun tak
boleh macam-macam sama ibu, ibu sakit Gun”, kata
ibu.
“Kalau ibu tidak mengijinkan juga tidak apa-apa, tapi
Gun tidak tahan lagi”, kataku.
Aku pun mencengkram pundak ibuku, pertanda
mau orgasme. Ibuku tahu hal itu, dan ia mengocok
tongkolku dengan cepat,
CROOT…..CROOT…..CROT….sperma muncrat ke
wajahnya, dadanya, dan perutnya. Banyak sekali.
Sebagian membeler di jemarinya.
“Sudah Gun?”, tanya ibu.
“I…iya…”, kataku lemas.
Ibuku lalu membersihkan spermaku yang ada di
tubuhnya dengan membasuhnya dengan air.
“Jangan bilang ini sama Arin ya”, katanya. “Atau
orang lain.”
Kami segera keluar dari kamar mandi. Entah apa
yang aku lakukan barusan. Tapi aku sangat
menikmatinya. Ibuku dan aku hanya memakai
handuk saja. Aku membawanya sampai ke kamar.
Di kamar aku masih horny, dengan posisi ibuku
yang sekarang hanya pakai handuk saja,
membuatku makin terangsang.
Aku tak kuasa menahan godaan ini. Setelah ibuku
aku dudukkan. Aku duduk di sebelahnya.
“Bu, maaf kalau tadi Gun lancang di kamar mandi”,
kataku.
“Tak apa-apa Gun, laki-laki normal pun pasti
demikian, bahkan bisa lebih”, kata ibuku.
“Bu, apakah boleh Gun lihat lagi dada ibu?”, tanyaku.
“Buat apa Gun?”, tanyanya. “Ibu masih sakit Gun”.
“Sebentar saja bu, boleh ya?”, tanyaku.
“Baiklah”, katanya.
Ia membuka handuknya, tampaklah dua buah bukit
kembar yang aku inginkan. Aku memegang
putingnya, entah kenapa tiba-tiba aku menyusu di
sana.
“Oh…Gun…jangan Gun….ahkk”, ibuku tampak tak
melawan walaupun aku menghisap susunya.
Mengunyah putingnya, menggigit dan meremas
keduanya. Tak terasa, ia sudah berbaring tanpa
sehelai benang pun. Aku pun menciumi perutnya,
hingga ke miss-v-nya. Miss-v-nya yang keset
membuatku makin bergairah. Ibuku terus meronta
jangan dan jangan. Aku tak peduli, nafsu sudah di
ubun-ubun. Ibuku tampak terangsang dengan
perlakukanku itu. Ia pun secara tak sengaja
membuka pahanya, tongkolku sudah siap, dan aku
sudah ada di atas ibuku. Kedua bibir kemaluan
bertemu. Ibuku tampak meneteskan air mata.
“Maaf, bu, tapi Gun tak kuasa menahan ini”, kataku
lagi.
Penisku kugesek-gesekkan di bibir miss-v-nya. Agak
geli dan enak. Ini adalah aku melepaskan
keperjakaanku kepada ibuku sendiri. Aku senggol-
senggol klitorisnya, ibuku memejamkan mata, ia
menggelinjang, setiap kali kepala penisku
menyentuhnya. Lalu akupun memasukkannya.
Miss-v-nya sudah basah sekali. Tak perlu tenaga
banyak untuk bisa masuk. SLEEB!! Sensasinya luar
biasa. Aku tak peduli ia ibuku atau bukan sekarang.
Aku sudah menggenjotnya naik turun. Pinggulku
aku gerakkan maju mundur dengan ritme sedang.
Kurasakan sensai miss-v ibuku yang masih seret
menjepit tongkolku yang panjang dan besar itu. Aku
usahakan ibuku juga merasakan sensasi ini. Aku
angkat bokongnya, aku remas. Kakinya mulai
kejang dan menjepit pinggangku.
“Ohh….Ahh…terus Gun…cepat selesaikan, cepat
Gun….”, kata ibuku. Ia mencengkram sprei tempat
tidur. Ia menggigit bibirnya. Wajahnya yang cantik
dan bibirnya yang seksi membuatku terangsang.
Dadanya naik turun, oh…seksi sekali.
“Mega, tubuhmu nikmat Mega…ahh….aku ingin
ngent*t terus denganmu, aku ingin keluar Mega…
OOHH…Ahhhh”, aku percepat goyanganku. Ibuku
pun sepertinya mau keluar, ia bangkit dengan
bertumpu kepada kedua tangannya, pertanda
orgasme. Aku juga keluar. Spermaku muncrat di
dalam rahimnya, aku tekan kuat-kuat. Akhirnya
fantasiku untuk ngent*t dengan ibuku sendiri
kesampaian. Aku benamkan dalam-dalam penisku,
sampai spermaku benar-benar tak keluar lagi. Ibuku
lemas. Ia masih beralaskan handuk bekas mandi.
Aku perlahan mencabut penisku. PLOP..!! suaranya
ketika aku cabut.
“Maafkan aku bu, tapi enak sekali”, kataku.
Aku berbaring di samping ibuku. Ibuku
memukulkan tangannya ke dadaku. “Kamu
bajingan!!” Ibuku lalu menangis. Ia membelakangiku,
sambil memeluk dirinya sendiri.
Butuh waktu lama untuk dirinya bisa diam. Sampai
kurang lebih 30 menit kemudian, nafsuku bangkit
lagi, karena masih melihatnya telanjang. Aku
mempersiapkan penisku yang tegang lagi. Kali ini
bukan fantasi, inilah yang aku rasakan. Aku
mendekatkan penisku ke pantatnya, aku sentuh
pinggulnya, lalu aku masukkan penisku ke
vaginanya. Nggak perlu susah-susah dan
Bless….”Aah…Gun, kamu mau apa lagi? Tidak
cukupkah kamu menyiksa ibu?”
“Gun, tak tahan nih bu, Gun jugakan masih perjaka”,
kataku. Posisiku kini dari samping. Dan aku keluar
masukkan penisku. Pantatnya dan perutku beradu.
Sensasinya luar biasa. Pantatnya benar-benar seksi,
semok dan menggiurkan. Aku tak butuh waktu
lama untuk bisa ejakulasi lagi di dalam rahimnya.
Dan ketika puncak itu aku memeluk ibuku.
Sensasinya aneh memang, tapi nikmat sekali.
Setelah itu aku benar-benar memohon maaf.
“Maafkan Gun bu, maafkan Gun”, kataku.
Lalu ibuku menyuruhku untuk keluar kamar. Aku
pun keluar. Aku kembali ke kamarku dan
memikirkan apa yang terjadi barusan. Aku sudah
menjadi anak durhaka.
*******
Arin pulang. Ibuku bertingkah seperti biasa. Seolah-
olah tidak terjadi apa-apa. Tapi tatapan kami
mempunyai arti. Antara malu, takut dan senang aku
bingung.
Esoknya, hari minggu. Ibuku tampak agak senang.
Kesehatannya sedikit pulih. Ia bisa berjalan normal.
Ia seolah melupakan kejadian kemarin. Apakah
mungkin gara-gara apa yang aku lakukan kemarin?
Bisa jadi. Tak perlu waktu lama memang untuk bisa
mencerahkan wajahnya lagi. Ia sudah senang
dengan perkembangan kesehatannya.
Malamnya, ibuku ingin tidur di kamarku. Entah
kenapa ia ingin begitu. Dan aku pun
mengiyakannya. Pukul 12 malam. Ketika Arin sudah
tidur. Dan aku berada di samping ibuku. Kami
seranjang. Aku tahu bisa saja saat itu aku sudah
bercinta dengannya, tapi ada sesuatu yang
membuat kami tidak melakukannya.
“Sepertinya kesehatan ibu mulai pulih akibat itu
Gun”, katanya.
“Tapi inikan baru satu hari bu, dan Gun sangat
menyesal melakukannya kemarin”, kataku.
Ibu bangkit, lalu ia menurunkan celana pendekku.
Tanpa babibu, ia sudah mengulum penisku. Aku
kaget mendapatkan sensasi itu. Tidak ada wajah
jaim, tidak ada rasa penyesalan seperti kemarin. Ia
sudah mengulum penisku, seorang Blow Jober pro.
Ia mengocok, mengulum, menjilat. Dengan ganas ia
lumat tongkolku dengan mulutnya yang seksi itu. Ia
juga gesek-gesekkan ujung penisku ke putingnya,
lalu ia jepit dengan dadanya. Akupun tak menyia-
nyiakan ini, aku segera melepas bajuku, lalu
bajunya. Kami sudah telanjang, dan ia masih
mengoralku. Aku berbaring dengan menikmati
sensasi yang sedikit aneh, tapi nikmat. Oh tidak,
rasanya aku mau keluar….sedotannya benar-benar
mantap. Aku tak kuasa lagi dan…aahh..benar…
CROT…CROT…CROT…spermaku tak sebanyak
kemarin pagi. Tapi cukup untuk memenuhi isi
mulutnya. Ia menyedot spermaku sampai habis.
“Nih lihat”, kata ibuku sambil membuka sedikit
mulutnya. Aku bisa lihat lidahnya yang terbungkus
cairan putih spermaku.
“Ibu hebat”, kataku.
“Ibu masih belum puas”, katanya. Ia lalu menelan
spermaku bulat-bulat.”Ah..”
Aku bangkit dan langsung nenen. Aku menenen
kepadanya seperti bayi, kali ini kami All Out. Tidak
seperti kemarin. Kami saling mendesat, saling
menggigit. Ibuku ada di atas, dan aku berbaring.
Penisku sudah tegang lagi dan mengacung ke atas.
Ia berjongkok dan menuntun penisku masuk miss-
v-nya dengan tangannya. Ia pun naik turun sambil
tangannya bertumpu pada pahaku. Makin lama ia
makin cepat gerakannya. Aku juga tak kuasa,
bahkan aku bisa-bisa jebol duluan. Ia tahu kalau aku
mau jebol, Ia hentikan gerakannya, ia ganti dengan
meremas-remas telurku. Oh…ini baru, tehnik baru.
Ketika ia meremas telurku, tampak nafsuku yang
sudah dipuncak tiba-tiba hilang. Lalu setelah
beberapa saat kemudian, ia bergoyang lagi naik
turun. Ia terus mengulangi hal itu kalau aku mau ke
puncak, rasanya spermaku berkumpul di ujung
penisku. Seolah-olah pijatan itu membuatku seperti
menahan bom. Dan benar, ketika ibuku mau
orgasme, ia lebih cepat bergerak. Ia naik turunkan
lebih cepat dari sebelumnya, ia tak lagi bertumpu di
pahaku, tapi di dadaku. Dan ia mengigau, “Oh…
Gun…Oh…anak mama yang nakal….tongkolmu
gedhe Gun. Nikmat banget. Ibumu ini jadi budakmu
Gun…Ahh…Sampai…sampai…ibu mau sampai,
kamu juga ya sayang, basahi rahim ibumu, hamili
ibumu ini”.
Aku pun keluar dan langsung bangkit memeluk
ibuku. Kami orgasme bersama-sama. Vaginanya
sangat basah, begitu juga punyaku. Sperma itu
masuk ke rahimnya lagi. Banyak sekali, dan benar,
spermaku tadi yang tertahan terkumpul di ujung
dan melepas dengan semprotan yang luar biasa.
Kami berpandangan sesaat, aku mencium bibirnya.
Kami berciuman, aku masih memangkunya, dan tak
perlu waktu lama. Kami ambruk dan saling
berpelukan. Kami tertidur.
******
Hubunganku dan ibuku sendiri sekarang sudah
seperti suami istri. Aku tak tahu bagaimana kami
menyebutnya. Setiap malam aku selalu
melakukannya, bahkan tidak tiap malam. Hampir
setiap hari, dan kesehatan ibuku makin membaik
dari hari ke hari. Dokter pun terheran-heran dengan
hal ini. Dan setiap hari kami melakukan gaya yang
berbeda-beda. Dan lambat laun hal ini pun tercium
oleh Arin.
Suatu saat ketika ibu tidur lebih awal, sehabis main
denganku. Aku nonton tv. Di ruang tengah tampak
Arin juga ada di sana. Aku duduk berdekatan.
“Aku tahu kakak gituan sama ibu”, kata Arin.
Aku kaget tentu saja.
“Gituan gimana?”, tanyaku jaim.
“Alaah, nggak usah sok alim deh kak. Kakak ngent*t
ama ibu kan?”, tanyanya.
“Kalau iya kenapa?”, tanyaku menantang.
“Asal ibu bahagia saja, Arin senang. Walau pun agak
aneh rasanya kakak yang melakukan itu ama ibu”,
katanya.
“Kamu kepengen ya?”,
“Nggak ah”
“Alah, kalau kau mau bilang aja, nggak usah malu-
malu, atau kamu sudah pernah gituan ya?”
“Belum pernah, dan jangan ngejek ya!?”
“Kakak nggak percaya, kamu pasti udah nggak
perawan”, kataku.
“Kakak jahat!”, katanya sambil memukul bahuku.
“Aduh, koq mukul”, kataku.
“Habisnya kakak jahat!”, katanya.
“Kau harus tahu, aku melakukan ini juga untuk
kesembuhan ibu, semakin kakak melakukannya ibu
semakin membaikkan?”
Arin diam sejenak, “Iya juga sih, ibu makin
membaik”.
“Mau tau rahasia?”, tanyaku.
“Apa ?”, tanyanya.
“Sebenarnya sudah sejak dari dulu kakak ingin
begini sama ibu”, kataku.
“Busett…kakak ternyata…”, Arin menggeleng-geleng.
“Yee…ini juga karena memang ibu wanita yang
cantik”, kataku. “Apalagi kakak juga sudah dewasa
kan?”
Entah bagaimana aku juga ingin begitu dengan
adikku. Melihat dia hanya pakai celana pendek,
bahkan aku bisa melihat putingnya yang menonjol.
Kebiasaan dia kalau di rumah tak pakai BH.
Alasannya gerah. Jadi hal ini pun membuatku makin
terangsang.
Guna memancingnya aku keluarkan penisku. Dan
mengurutnya.
“Kakak ngapain? Jorok ih”, katanya.
“Yeee…suka-suka dong”, kataku. Aku mengocok
perlahan sambil menatap adikku itu. “Kamu boleh
koq sentuh”
“Nggak ah..”, katanya.
“SENTUH!!”, aku sedikit membentak.
Adikku entah bagaimana ia tiba-tiba spontan
menyentuh penisku.
“Nah, gitu…”, kataku. Sensasinya mulai aku rasakan.
“Sekarang kocok dong!!”
“Udah ya kak, jangan deh”, katanya.
“Kocok!”, kataku.
Ia menurut. Mungkin perbedaan sikapku yang tadi
membuat ia sedikit kaget. Aku tahu jantungnya
berdegup kencang. Ia mengocoknya terus, tak
beraturan. Tapi itu saja sudah membuatku nikmat.
Aku lalu merangkulnya dan menciumnya, sembari
ia masih mengocok. Ia kaget dan mencoba
melepaskan diri, tapi aku lebih kuasa. Adikku yang
SMP itu kini first kis denganku.
Lidahku menari-nari di dalam mulutnya, ia tampak
kewalahan, bahkan aku sigap kaosnya dan kuremas
dadanya yang montok itu. Lalu aku menyusu
kepada adikku itu, aku lucuti pakaiannya, ia meronta,
“Kak…jangan…”
Terlambat sudah, aku sudah menduduki perutnya,
ia tak bisa ke mana-mana. Aku lucuti pakaianku, kini
kami telanjang. Aku julurkan penisku ke mulutnya.
“Ayo isep!”, kataku.
“Nggak ah kak, koq jadi gini sih”, katanya.
“Isep!”, kataku.
Ia hanya nurut. Ia buka mulutnya dan aku jambak
rambutnya. Kugerakkan kepalanya maju mundur.
Nikmat sekali. Tak perlu lama-lama, aku sudahi
permainan itu karena aku mengincar vaginanya.
Segera, aku berbalik di posisi 69. Aku menjilati miss-
vnya. Vagina perawan memang beda. Aku rasanya
cairan itu membasahi mulutku. Lidahku terus
menari-nari di dalamnya. Sementara adikku
mengulum penisku dengan suara…”Hmmmhh…
hmmmh…hmmmh…”
Cairan kewanitaan itu makin banyak. Dan vagina itu
basah sekali. Aku sudah benar-benar puas. Lalu aku
berbalik. Dan aku siap untuk menusukkan penisku
yang besar dan panjang ini ke vagina Arin yang
sempit. Mulanya kepalanya yang masuk, sulit sekali.
Lalu aku dorong perlahan, aku tarik lagi, aku dorong
lagi, vaginanya berkedut-kedut meremas-remas
punyaku. Punyaku serasa ingin dia hisap.
“Kaakk….sakit kaak…jangan perkosa Arin”, katanya
meminta.
“Nanti juga enak koq Rin”, kataku.
Dan aku pun mulai mendorongnya sekuat tenaga.
Arin memiawik tertahan. Nafasnya memburu.
Vaginanya berdenyut-denyut, ia menerima
ransangan penisku, aku mulai bergoyang teratur.
Sembari aku menindihnya aku menciumi bibirnya.
Kakak adik ini sekarang sudah bersatu. Tak kusangka
penisku bisa masuk penuh memenuhi rongga
vagina adikku sendiri. Kini aku tak kuasa ingin keluar.
Padahal juga baru sepuluh menit bergoyang. Dan
aku pun tak bisa menyia-nyiakan ini, aku memang
ingin keluar.
“Rin, kakak mau menghamili kamu….ahh…keluar
riiinn…Akkkhh…aaahhkkk”, benar sekali. Spermaku
muncrat dengan energi penuh. Adikku
merangkulku. Karpet itu jadi saksi bahwa
keperawanan adikku aku renggut. Agak lama kami
berpelukan dan berguling di karpet. Sampai
kemudian aku cabut punyaku. Dan melihat karpet itu
bernoda.
Sperma tampak sedikit keluar dari vaginanya, karena
terlalu banyak yang keluar tadi. Malam itu aku
membopong adikku ke kamarnya. Ia menangis.
Tentu saja ia kaget dengan yang kulakukan barusan,
bahkan ia kuperkosa.
“Maafkan kakak ya”, kataku. “Kalau kau mau marah,
kakak ada di sini”
“Percuma Arin marah, kakak sudah
memerawaniku”, katanya. “Kakak harus janji, selain
ibu dan Arin, kakak nggak boleh dengan wanita
lain!!”
“Baiklah kakak berjanji”, kataku.
“Mulai sekarang, Arin ingin jadi istri kakak”, katanya.
Setelah itu, aku berterus terang kepada ibuku
tentang kejadian tadi malam. Ibuku tak marah. Ia
mengerti keadaanku yang kecanduan sex. Boleh
dibilang, hubungan incest ini tak ada orang yang
tahu. Bahkan ketika ibuku melahirkan anak hasil
hubungan kami, demikian juga Arin. Entahla ini
namanya apa. Tapi kami berjanji akan menjaga
anak-anak kami sampai ia dewasa nanti. Dan yang
pasti. Hari-hariku melakukan sex dengan mereka
berdua tak akan pernah usai. Dan anehnya setiap
saat aku ingin sekali melakukannya dengan mereka.
Ibuku yang suka dan mahir blow job, ditambah
Arin yang vaginanya sempit membuatku ingin
setiap hari menggaulinya. Kau tahu kalau kalian
menganggap kisah ini bualan, kalian salah. aku
benar-benar melakukannya dengan ibu dan adikku.
THE END


Adult | GO HOME | Exit
2/2080
U-ON

inc Powered by Xtgem.com