watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs dewasa
hanya 5 menit

Nama saya Iwan (samaran), tinggi 167, umur 27
tahun, kebetulan warga keturunan. Pada tahun
1995 saya kuliah di daerah Semanggi, jurusan
teknik, lalu karena satu dan lain hal pada tahun
2000 saya kuliah lagi di universitas komputer
terkenal di Jakarta Barat. Saya punya
kecenderungan tertarik jika melihat wanita yang
lebih tua, rasanya ingin sekali bermain cinta
dengannya, karena menurut saya wanita tersebut
sexy sekali.
Wajahku tergolong biasa saja, tidak jelek dan
tidak ganteng-ganteng sekali (kata orang-orang
begitu sih). Badan saya cukup atletis, sehingga
kalau orang yang baru pertama kali bertemu pasti
beranggapan bahwa saya rajin fitness, padahal
terbilang jarang sekali, sekali-sekali saja, itu pun
kalau ke rumah pacar saya yang terakhir (yang
nota bene sekarang sudah bubar).
Saya tinggal di Jakarta dan sudah bekerja di
Jakarta Barat. Saya akan menceritakan
pengalaman sex yang agak memalukan
sebenarnya untuk diceritakan, tapi ya tidak apa-
apa untuk berbagi pengalaman. Kisahku ini benar-
benar terjadi, bukan rekayasa dan maaf kalau
kurang bisa cerita dengan baik karena ini adalah
tulisan pertamaku dan saya baru tahu bahwa
menulis, mendeskripsikan suatu keadaan dari
kedua belah pihak itu ternyata sulit sekali!
Tidak banyak wanita yang singgah dalam
kehidupanku, paling hanya beberapa saja,
mungkin dikarenakan sikap dan karakterku yang
pemalu. Mungkin juga karena lingkungan dimana
saya dibesarkan dan pergaulan saya yang
tergolong baik-baik.
Saya akan menceritakannya secara berurut,
dengan wanita yang pertama terjadi pada tahun
1997, pertemuan kami terjadi di suatu acara
kemahasiswaan yang diikuti oleh banyak
kampus, di Villa Nisita, di kaki gunung Gede. Pada
waktu itu saya masih kuliah di kampus
Semanggi.
Namanya Rike (samaran), kuliah di Fakultas
Kedokteran Gigi di daerah Grogol. Pertama kali
bertemu, sikap saya biasa saja karena menurutku
dia tidak begitu cantik, tapi kulitnya putih bersih,
berbodi langsing dengan rambut panjang tergerai
(saya suka wanita berambut panjang dan berkulit
putih). Kami dikenalkan oleh temanku, saat itu
mereka sedang asyik mengobrol, karena waktu
itu memang saatnya makan siang.
"Rike.." katanya sembari mengulurkan tangannya.
"Iwan.." kusambut tangannya yang ternyata
kulitnya halus sekali. Akhirnya kutahu juga
namanya, gumamku dalam hati.
Dari obrolan siang itu aku tahu sedikit latar
belakangnya, keluarganya. Rike berasal dari
daerah Jawa Tengah yang mempunyai dialek
khas, jadi kalau dia berbicara, orang lain pasti
akan langsung tahu darimana dia berasal.
Tiga hari lamanya acara tersebut berlangsung,
tidak banyak komunikasi yang terjadi, hanya
sekali-kali baik saya maupun dia saling mencuri
pandang saja. Pernah suatu kali tatapan mata
kami bertemu tetapi kami sama-sama buang
muka, lucu sekali kalau mengingat-ingat hal
tersebut. Lalu kami saling bertukar nomor
telepon, dan kuberi juga nomor pagerku (waktu
itu masih jamannya pager).
Sewaktu kuliah saya kos di daerah dekat kampus,
tiga hari setelah acara tersebut saya menelepon ke
rumah dan saya diberi tahu bahwa kemarin Rike
menelepon. Lalu saya langsung menelepon
kosnya di daerah Grogol.
"Hallo, bisa bicara dengan Rike?" tanyaku.
"Dari siapa ini?" sahutnya di seberang sana.
"Dari Iwan" jawabku.
"Sebentar ya.." jawabnya.
"Non.., ada telepon, dari Iwan!" kudengar samar-
samar suaranya memanggil Rike.
"Hallo.." terdengar suaranya yang khas.
"Hallo juga.." sahutku.
"Apa kabar? Ini Iwan, waktu itu kamu telepon ke
rumahku ya?" tanyaku.
"Iya, tapi kamunya gak ada.." jawabnya.
"Kan aku kos, lupa ya?" kataku.
Singkat cerita aku diajak ke tempat kosnya di
lantai 3, dan hanya 1 kamar, sedangkan adik dan
cicinya ada di lantai 1 dan 2, dan seperti dugaanku
kamarnya rapi sekali, memang seorang
melankolis sejati, pikirku dalam hati.
Dengan berjalannya sang waktu hubungan kami
semakin dekat, memang tidak ada kata 'jadian' di
antara kami, hanya kami tahu sama tahu saja.
Hubungan yang benar-benar tidak memikirkan
sex, maklum kami masih sangat polos waktu itu.
Hanya saja aku yang sering membayangkan
bersetubuh dengannya karena sering
menemaninya tidur-tiduran di ranjang yang
sama, melihat bra-nya pada saat dia menunduk
dan menulis.
Sampai pada suatu saat saya peluk dia dan minta
diajari berciuman, waktu itu Rike memakai
piyama kaos dan celana panjang, awalnya dia
tidak mau tetapi akhirnya dia mau juga. Pertama
kali berciuman rasanya agak aneh, gigi kami
sering beradu. Dia mengajariku berciuman, tapi
tetap saja banyak salahnya karena memang
waktu itu saya belum pernah berciuman sama
sekali.
Aku menindih tubuhnya, sambil berciuman saya
pegang payudaranya, dan dia
memperingatkanku..
"Eit, tangannya.."
"Iya deh, maaf.." sahutku.
Saking asyiknya berpagutan, posisi kami sudah
terbalik, dia ada di atasku. Kali ini kucoba lagi
memegang payudaranya, tapi kali ini dia diam
saja, tidak memberikan respons penolakan.
Tanganku kumasukkan ke dalam kaos tidurnya
dan meremas dari payudara dari luar bra-nya.
Sementara tanganku yang satunya lagi meremas
pantatnya.
"Matiin dulu dong lampunya, kan aku malu.."
pintanya. Lalu aku bangkit berdiri dan mematikan
lampu, Rike membuka kaos dan bra-nya lalu
berkata.
"OK deh, saya ladenin kamu, buka kaos kamu.."
lalu kami berpagutan lagi.
Saya tidak bisa melihat jelas payudaranya karena
kamarnya remang agak gelap dan hanya lampu
depan kamarnya yang menyala, hanya putingnya
saja yang terbayang bulat. Yang bisa saya
rasakan hanya kenyal payudaranya saja,
payudaranya tidak besar, putingnya kecil sekali.
Sambil meremas kucoba memelintir putingnya
hingga nafasnya memburu dan agak berat,
belakangan kuketahui bahwa ukurannya 32A. Di
tengah pergumulan tersebut, saya mencoba
menarik turun celana panjangnya, tetapi dia tidak
mengijinkannya.
"Atas aja.." katanya.
Dan besoknya, di bibir kami terlihat luka-luka
bekas pertempuran semalam. Sejak saat itu setiap
kali kami bertemu, kami melakukannya walaupun
hanya sebatas 'bagian atas'. Karena terlalu sering
datang, saya merasa tidak enak dengan adik dan
kakaknya hingga kami sepakat jam kedatangan
diubah menjadi jam 11 malam agar tidak diketahui
orang kos. Kadang-kadang Rike yang kuajak ke
kosku, jam 12 kujemput dan pulang lagi ke
kosnya sekitar jam 3-an.
Pernah suatu kali, sewaktu bercumbu tanganku
masuk ke dalam celana dalamnya dan kudapati
celananya sangat basah dan kutanya..
"Kamu terangsang ya?" (bodohnya aku saat itu..)
tapi dia tidak mau mengakui.
"Enggak.." Lalu kami melanjutkan percumbuan,
lalu tiba-tiba tangannya menurunkan resleting
celanaku, lalu aku berkata..
"Jangan.."
"Tapi aku pengen lebih.." sahutnya.
Akhirnya kuturunkan celana panjang dan celana
dalamku biar dia leluasa, pikirku. Hari itu,
percumbuan tersebut berakhir begitu saja.
Sampai pada suatu saat, kejadiannya di kos saya,
tengah malam tentunya, kami mulai berpagutan,
kulepas kaos dan bra serta celana panjangnya
hingga praktis hanya tinggal celana dalamnya,
dan aku sudah bugil karena sejak dia 'minta lebih'
waktu itu saya pasti menurunkan celana panjang
saya.
Mungkin karena dia merasa tidak enak hanya saya
yang bugil, akhirnya atas inisiatifnya sendiri dia
melepaskan celana dalamnya, lalu kubantu
menariknya ke bawah agar terlepas. Baru kali itu
aku melihat vagina secara langsung, bulu-
bulunya dicukur rapi membentuk piramid
terbalik, lalu kutindih dia, kakinya dia renggangkan
sehingga terasa agak hangat kurasakan. Kucoba
mendorong-dorong penisku agar masuk, tapi
tidak masuk-masuk juga.
"Gak pas posisinya.." ujarnya, lalu dia mengambil
penisku dan memposisikan di bibir vaginanya.
Walaupun sudah kudorong-dorong, tetap saja
tidak masuk, mungkin karena dia masih perawan,
pikirku. Setelah sekian lama mencoba dan gagal
lalu kucoba memasukkan jariku ke dalam
vaginanya, basah.. Kudorong keluar masuk, licin,
hangat sekali rasanya.. Lidahku menciumi
putingnya, kiri dan kanan bergantian, hingga dia
bergumam. Kurasakan putingnya semakin keras
dan otot-ototnya menegang lalu dia melemas.
Ngos-ngosan seperti habis berlari jauh.. Dan
bodohnya lagi, aku tidak tahu bahwa Rike telah
orgasme..
Lalu setelah dia agak tenang, kami berciuman lagi,
saling mengulum lidah, dan meremas
payudaranya sambil memainkan putingnya.. Lalu
kutindih lagi dia, dia meregangkan kaki dan
membelit pantatku agar makin mendekat. Penisku
tepat di berada lubang vaginanya, kugesek-gesek
di seputar bibir vaginanya, lalu dia berkata..
"Enak Rik.." lalu kuciumi payudaranya dan tanpa
sadar tiba-tiba penisku masuk menyeruak ke
dalam vaginanya.
"Masuk ya?" tanyaku, Rike meringis.
"Sshh.." aku tahu dia kesakitan, lalu aku coba
mengubah posisi.
Ketika hendak mengubah posisi, kurasakan
nikmat sekali pergesekan antara kulit penisku dan
dinding vaginanya lalu kurasakan aku hendak
orgasme. Karena aku tidak ingin Rike hamil di luar
nikah maka segera kucabut penisku dan akhirnya
spermaku muncrat di luar. Jadi kira-kira hanya 5
(lima) detik penisku berada di dalam vaginanya.
Begitu kucabut, terlihat darah segar agak banyak
membanjiri spreiku, lalu malam itu juga Rike
mencuci sprei yang terkena node darah
keperawanannya, lalu dia menangis, tersadar
bahwa dia sudah tidak perawan lagi.
"Aku sudah tidak perawan, gimana masa
depanku kalau aku tidak married dengan kamu?"
dia bergumam.
Tapi penyesalannya cuma bertahan dua hari,
selebihnya kami tetap melakukannya sebatas
petting seperti biasa karena sulit sekali menembus
vaginanya, pernah dia berkata..
"Aduh Rik, masukin deh, sekali saja..", aku coba,
tetapi tetap sulit sekali masuknya.
Belakangan dia baru mengakui pernah beberapa
kali orgasme dengan tanganku, dan parahnya
saya tidak pernah tahu kalau dia sudah orgasme.
Semua aktivitas sex yang kami lakukan benar-
benar murni secara naluriah anak manusia yang
belum pernah melakukan sex, dari cerita saya
yang pertama sampai yang nanti saya akan saya
ceritakan, saya belum pernah merasakan sex
yang sesungguhnya seperti yang sering saya
baca di sini.


Adult | GO HOME | Exit
1/1001
U-ON

inc Powered by Xtgem.com