watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

MONA

Cerita ini bermula dari waktu saya masih
berumur kurang lebih 10 sampai 13 tahun.
Persisnya saya sudah lupa. Waktu itu saya
mempunyai teman bernama Alex. Alex tinggal
dengan keluarganya tidak jauh dari tempat saya
tinggal. Alex mempunyai seorang kakak
perempuan bernama Mona. Umurnya 4-5 tahun
lebih tua dari kami, jadi waktu itu saya dan Alex
masih SD kelas 5, sedangkan dia sudah SMA.
Mona ini orangnya seksi sekali. Bukan berarti dia
sering pakai baju seksi atau bicara yang
nyerempet-nyerempet hal begituan, tapi tidak
tahu kenapa kalau saya sedang berada dalam satu
ruangan dengan dia, selalu pikiran saya
membayangkan hal-hal yang erotik tentang dia
yang saya tidak pernah terpikirkan sama wanita
lain.
Tubuhnya sebetulnya biasa-biasa saja, tidak
terlalu tinggi, tapi proporsional. Dan kalau orang
sekarang bilang, body-nya bahenol dan tetap
jelas lekuk-lekuk tubuhnya tampak bila dia
berpakaian. Rambutnya panjang sebahu dengan
payudara yang sedikit lebih besar dari rata-rata,
dan mengacung ke atas.
Suatu ketika saya sedang main ke rumah Alex,
Ayah Mona sedang membetulkan mobilnya di
kebun depan rumah Mona. Kami semua berada
di situ melihat ke dalam mesin mobil tersebut.
Saya berdiri persis kebetulan di sebelah Mona. Dia
berada di sebelah kanan saya. Pada waktu itu
Mona memakai baju jenis baju tidur, berbentuk
celana pendek dan baju atasan. Warnanya biru
muda sekali sampai hampir putih dengan gambar
hiasan bunga-bunga kecil yang juga berwarna
biru muda.
Lengan bajunya lengan buntung, dan pas di
pinggir lengan bajunya di hiasi renda-renda
berwarna putih manis. Bajunya karena itu pakaian
tidur jadi bentuknya longgar dan lepas di bagian
pinggangnya. Bagian bawahnya berupa celana
pendek longgar juga, sewarna dengan bagian
atasnya dengan bahan yang sama.
Semua melihat ke dalam mesin mobil sehingga
tidak ada yang melihat ke arah saya. Pada saat itu
lah saya melirik ke arah Mona dan melihat
payudara Mona dari celah bawah ketiaknya. Perlu
diingat bahwa tinggi badan saya pada umur itu
persis sepayudara Mona. Dia tidak menggunakan
BH waktu itu. Puting susunya yang coklat dan
mengacung kelihatan dengan jelas dari celah itu
karena potongan lengan bajunya yang kendor.
Hampir seluruh payudara Mona yang sebelah kiri
dapat kelihatan seluruhnya. Tentu saja dia tidak
sadar akan hal itu.
Suatu ketika ada juga saat dimana kami sedang
bersama-sama melihat TV di ruang tamu. Saya
duduk di sofa untuk satu orang yang menghadap
langsung ke TV. Dan Mona duduk di sofa panjang
di bagian sebelah kiri dari TV di depan kiri saya.
Saya dapat langsung melihat TV, tapi untuk orang
yang duduk di sofa panjang itu harus memutar
badannya ke kiri untuk melihat TV, karena sofa
panjang tersebut menghadap ke arah lain.
Mona akhirnya memutuskan untuk berbaring
telungkup sambil melihat TV karena dalam posisi
tersebut lebih mudah. Dia memakai baju tidur
berupa kain sejenis sutera putih yang bahannya
sangat lemas, sehingga selalu mengikuti lekuk
tubuhnya. Baju tidur ini begitu pendek sehingga
hanya cukup untuk menutupi pantat Mona.
Bagian atasnya begitu kendor sehingga setiap kali
tali bahunya selalu jatuh ke lengan Mona dan dia
harus berulang-ulang membetulkannya.
Dalam posisi telungkup begitu baju tidurnya pun
tersingkap sedikit ke atas dan menampakkan
vagina Mona dari belakang. Kebetulan saya duduk
di bagian yang lebih ke belakang dari pada Mona,
jadi saya dapat melihat langsung dengan
bebasnya. Semakin dia bergerak, semakin
bajunya tersingkap ke atas pinggulnya. Mona
pada saat itu tidak memakai pakaian dalam sama
sekali, karena kebetulan rumah sedang sepi dan
sebetulnya itu waktu tidur siang.
Kadang-kadang pahanya merenggang dan
vaginanya lebih jelas kelihatan lagi. Mona agaknya
tidak perduli kalau saat itu saya sedang berada di
situ juga. Sesekali dia bangun untuk ke dapur
mengambil minum, dan sekali ini tali bajunya
turun lagi ke lengannya dan menampakkan
sebagian payudara kiri Mona. Kali ini dia tidak
membetulkannya dan berjalan terus ke arah
dapur.
Karena banyak bergerak dan membungkuk untuk
mengambil sesuatu di dapur, akhirnya payudara
kirinya betul-betul tumpah keluar dan betul-betul
kelihatan seluruhnya. Sambil berjalan balik dari
dapur, Mona tidak kelihatan perduli dan
membiarkan payudara kirinya tetap tergantung
bebas. Sesekali dia betulkan, tapi karena memang
baju tidurnya yang belahan dadanya terlalu
rendah, akhirnya turun lagi dan turun lagi. Dan
setiap kali payudaranya selalu meledak keluar dari
balik bajunya, kalau tidak yang sebelah kanan
yang sebelah kiri. Mona tetap kelihatan seperti
tidak terjadi apa-apa, walaupun satu payudara
terbuka bebas seperti itu.
Mona kembali berbaring telungkup di sofa
panjang melihat ke arah TV. Sekarang payudara
kanannya yang tergantung bebas tanpa penutup.
Setelah beberapa lama dan menggeser-geser
posisinya di atas sofa, sekarang baju tidurnya
sudah tidak rapi dan terangkat sampai ke
pinggulnya lagi. Karena posisi pahanya yang
sekarang tertutup, saya hanya dapat melihat
sebagian bawah pantat Mona yang mulus dan
sexy.
Mona menggeser posisinya lagi, dan sekarang tali
baju yang sebelah kiri turun. Sekarang kedua
payudaranya bebas menggantung di tempatnya
tanpa penutup. Dari posisi saya tentunya hanya
dapat melihat yang bagian kanannya karena saya
duduk di bagian kanan. Mona balik lagi ke dapur
untuk yang kesekian kalinya mengambil minum
dan tetap membiarkan payudaranya terbuka
dengan bebas. Dan balik lagi telungkup melihat
TV.
Saya mencoba mengajaknya mengobrol dalam
posisi itu. Tentu saja tidak mungkin karena dia
menghadap ke arah TV. Pertama-tama dia
ketahuan sedang malas diajak ngobrol dan hanya
terlihat ingin melihat TV. Karena saya tetap
bertanya-tanya ini itu ke dia, akhirnya dia pun
mulai menanggapi saya.
Suatu ketika karena dia harus menghadap saya
tetapi malas duduk, akhirnya dia membalikkan diri
ke arah kanan untuk menghadap ke saya. Pada
saat itu lah vaginanya terlihat dengan sempurna
terpajang menghadap saya. Perlu diketahui,
payudara Mona masih tetap tergantung bebas
dan padat tanpa penutup karena dia tidak repot-
repot lagi membetulkan letak tali bajunya.
Baju tidur Mona terangkat lagi sampai ke pinggul.
Dan dia tetap ngobrol seperti seakan-akan tidak
terjadi apa-apa. Cukup lama juga kami ngobrol
dengan posisi dia seperti itu. Kadang-kadang
malah kakinya mengangkang menampakkan
vaginanya. Dan dia tetap bersikap seakan-akan
tidak ada apa-apa dan tetap berbicara biasa.
Akhirnya saya tidak kuat lagi. Suatu saat, pada
saat dia mengambil makanan dari atas meja dan
posisinya membelakangi saya, vagina Mona
mengintip dari celah pahanya dari belakang tepat
1-2 meter di depan wajah saya. Saya buka
retslueting saya yang dari tadi sudah berisi penis
yang sudah keras tidak kepalang tanggung, dan
mengeluarkannya dari celana dalam saya.
Dari belakang saya menghampiri Mona perlahan.
Pada saat ini dia masih belum tahu dan masih
tetap memilih-milih makanan, sampai terasa ada
tangan yang memegang kedua payudaranya dari
belakang dan merasakan ada benda panjang,
besar dan hangat menyentuh-nyentuh di sela-
sela paha dan belahan pantatnya.
Mona terkejut. Saya tetap meremas dan
memainkan kedua payudara Mona dengan kedua
tangan saya dan mulai perlahan-lahan
menyelipkan penis saya ke dalam vaginanya.
Vagina Mona selalu basah dari pertama karena dia
dapat menjaga situasi dirinya sehingga tetap
basah walaupun pada saat-saat dia tidak nafsu
untuk bermain sex. Penis saya masuk ke dalam
Vagina Mona dari belakang. Mona melenguh
tanpa dapat berbuat apa-apa karena semuanya
berlangsung begitu cepat. Tangannya bertumpu
ke atas meja makan.
Mungkin dia bertanya-tanya juga dalam hati, ini
anak SD tapi nafsunya sudah seperti orang
dewasa. Saya mulai membuat gerakan maju
mundur sambil tangan saya masih meremas-
remas payudaranya. Mona terdorong-dorong ke
meja makan di depannya, payudaranya
bergoyang-goyang seirama dengan dorongan
penis saya ke dalam vaginanya. Kaki Mona dalam
posisi berdiri mengangkang membelakangi saya.
Akhirnya saya klimaks. Sperma demi sperma
menyemprot dengan kuatnya ke dalam vagina
Mona, sebagian meleleh keluar dari dalam vagina
ke bagian paha dalam Mona yang masih berdiri
mengangkang membelakangi saya. Setelah
semprotan terakhir di dalam vagina Mona, kami
masih berdiri lemas tanpa merubah posisi. Kepala
saya lunglai ke depan, kepala Mona juga, napas
kami terengah-engah, dan keringat banjir
membasahi tubuh kami.
Akhirnya saya menarik penis saya keluar dari
vagina Mona, dan kembali memasukkannya ke
dalam celana dalam dan menarik kembali
retslueting ke atas. Mona masih terengah-engah
dalam posisi yang belum berubah bertumpu
dengan kedua tangan ke atas meja makan.
Vagina dan belahan pantatnya masih terpajang
bebas bergerak seirama dengan desah napasnya.
Saya kembali duduk di depan TV, dan Mona
kembali ke sofa panjang tempat tadi dia
berbaring, tapi sekarang dia tidak telungkup,
melainkan duduk tanpa membetulkan letak dan
posisi bajunya atau membersihkan bekas-bekas
sperma dan keringat yang ada di sekujur
tubuhnya.
Mona duduk bersandar rileks dan vaginanya
terlihat terpajang dengan jelas karena posisi
duduknya yang terbuka lumayan lebar. Matanya
setengah terpejam tergolek di atas sandaran sofa.
Tangannya lunglai di samping badannya.
Napasnya masih terengah-engah. Dia melirik
sedikit ke arah saya dan tersenyum. Saya pun
tersenyum nakal padanya bagaikan normalnya
anak umur 13 tahun. Dan dia berdiri berjalan
masuk menuju ke kamar tidurnya.
Mona ini kalau lagi merasa sendirian di rumah
memang betul-betul cuek. Pada saat lain dimana
saya sedang main ke rumah Alex tapi Alexnya
belum pulang sekolah, Mona kerap kali memakai
baju semaunya dan sangat minim tanpa repot-
repot pakai pakaian dalam. Kadang-kadang hanya
memakai T-shirt sebatas pantat yang kebesaran
dan longgar tanpa pakai apa-apa lagi, dan sudah
kebiasaan Mona kalau duduk posisinya tidak rapi,
sehingga pinggul dan selangkangannya seringkali
merenggang dan menampakkan vaginanya yang
segar dan basah.
Kadang-kadang dia hanya memakai gaun tidur
putih ‘backless’ tipisnya yang mini dengan
belahan dada rendah sebatas puting, sehingga
puting susunya seringkali nampak mengintip
keluar. Atau mondar-mandir hanya memakai
kimono handuk hijau mudanya sebatas paha.
Dan kalau pakai kimono begitu dibiarkannya tali
pinggangnya tidak diikat hingga bagian depannya
tubuhnya terbuka. Jalan ke dapur atau duduk
nonton TV di sofa tanpa membenarkan letak
kimononya, atau makan siang setengah
telanjang. Dan Mona sudah biasa begitu jika
merasa tidak ada orang di rumah. Vaginanya
selalu bebas tanpa penutup.
Ada kalanya dimana dia baru pulang sekolah dan
masih berbaju SMA putih abu-abu. Semasuknya
di rumah yang pertama dilepas adalah celana
dalam dan BH-nya dulu. Dan itu dilakukannya
dengan ekspresi seperti dia sedang melepas
sepatu dan kaos kakinya, yaitu di ruang tamu,
dan di depan mata saya.
Pernah celana dalam dan BH-nya dilempar ke
arah wajah saya sambil dia tertawa bercanda,
atau biasanya dilemparkan saja semaunya di
lantai. Terus biasanya dia kemudian makan siang
sambil nonton TV dengan baju OSIS SMA-nya
ditambah payudaranya yang montok padat berisi
dan terkocok-kocok jika Mona bergerak dengan
puting susunya yang tercetak jelas. Biasanya
penis saya perlahan-lahan mengeras.
Kalau lagi tidak tahan, tanpa basa basi saya buka
retslueting celana, keluarkan penis, angkat rok
SMA-nya sampai ke pinggang, tidak perduli dia
sedang melakukan apa dan memasukkan penis
saya tanpa minta ijin dia dulu. Biasanya sih dia
kaget, tapi tidak berkata apa-apa sambil mulai
menikmati gerakan penis saya mengaduk-ngaduk
vaginanya.
Setelah sperma saya tumpah di dalam, dia pun
kembali meneruskan apapun aktivitasnya yang
sempat terhenti oleh sodokan penis saya. Malah
seringkali sepertinya aktivitas Mona tidak
terganggu dengan adanya gesekan penis tegang
dalam vaginanya. Karena pernah suatu waktu dia
masak di dapur dengan telanjang bulat karena
mungkin pikirnya tidak ada orang di rumah.
Selagi dia masih menghadap ke arah kompor,
pelan-pelan dari belakang saya menghampiri
dengan penis teracung. Perlahan-lahan saya
selipkan penis berat saya yang sudah keras di
antara celah selangkangannya dari belakang.
Dia kaget dan menengok sebentar, dengan
suaranya yang khas dan nada cuek biasanya dia
hanya bilang, “Eh kamu..!”
Kemudian secara refleks dia melebarkan posisi
antara kedua kakinya, sedikit menunggingkan
pantatnya dan membiarkan saya bermain dengan
payudaranya dan melanjutkan memasukkan
penis saya dari belakang dan menyantapnya
sampai selesai.
Memang karena badan saya yang masih setinggi
bahunya, setiap kali saya harus naik ke kursi agar
dapat memasukkan penis saya ke dalam vagina
Mona. Dan itu saya lakukan ‘anytime-anywhere’
di rumahnya selama hanya ada Mona sendiri di
rumah.
Sepertinya Mona begitu merangsang karena
pakaiannya dan cara dia menempatkan posisi
tubuhnya yang seakan-akan selalu menyediakan
vaginanya yang segar, bersih, sehat, basah dan
berlendir itu 24 jam buat limpahan sperma dari
penis saya yang bersih, besar, berat dan panjang
(walaupun waktu itu saya masih di bawah umur)
ini di dalamnya. Mungkin ini yang membedakan
dia dengan remaja-remaja perempuan lainnya.


Adult | GO HOME | Exit
1/1028
U-ON

inc Powered by Xtgem.com