watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

MENGETIK

Ini adalah pengalamanku beberapa bulan lalu di
tempat kost pacarku Nina. Aku sudah terbiasa
keluar masuk di tempat kost itu baik itu bersama
Nina atau sendirian. Kadang aku juga nginep kalau
kemalaman. Kost ini memang nggak ada yang
ngawasi, pemiliknya hanya datang sebulan sekali
ambil duit.
Suatu hari aku datang ke kost Nina, sialnya pas
saat itu Nina sudah keburu pergi ke Bromo
bersama teman kuliahnya. Dalam hatiku aku
mengumpati si Nina yang nggak lagi pamit kek
atau ngasih tahu seperti biasanya. Mentang-
mentang dia ada yang naksir lagi trus aku mulai
nggak dianggap lagi.
Sore itu iseng-iseng aku nyalakan komputer di
kamar Nina, ntar biar aku masukin virus makro-
nya MS-Word lagi biar ilang semua ketikan dia.
Tapi aku main DOOM dulu biar medongkolku
agak berkurang. Belum lima belas menit aku main
tiba-tiba pintu kamar yang nggak aku kunci
terbuka. Eva dengan celana pantai dan kaos
dagadunya sudah menerombol masuk ke kamar
Nina. Waduh aku kena jadi sembur monster
Doom deh.
“Hai mas,… sedang apa ?” si Eva teman sekost
nya Nina datang, wah si Eva nih pasti minta
tolong ngetik lagi.
“Minta tolong dong mas,…” pintanya sambil
berganyut di daun pintu. Aku pura-pura nggak
mau
“Aduh,.. aku bener-bener capek sekarang Va,…
kalau kamu sendiri mau pake komputer ini pake
aja” Eva memonyongkan bibirnya, aku tahu dia
nggak lancar ngetik maklum nggak sering make
komputer.
“Tolonglah mas,… aku nggak bisa ngetik lancar
nih apalagi ini banyak rumusnya, bisa-bisa dua
lembar selesai dua hari “. Memang sih kalo
MSWord pake rumus mesti klak-klik terusan
ngerjakannya.
“Kamu bawa ke rental saja deh, ntar disana ada
kok yang mau ketikin”.
“Penuh,… besok sudah harus dikumpulin”
jawabnya singkat.
“Duh mahasiswa, kebiasaan pake acara dadakan
tuh,… Oke aku ketik tapi nanti kamu harus pijitin
aku. Bagaimana ?” aku mengajukan penawaran.
“Nanti kalo ketahuan Nina ?” Eva memandang
langit-langit dan aku memandangi pahanya.
“Enggak,… kan Nina lagi ke Bromo”
Singkatnya penawaranku diterima dan aku
langsung ketik naskah punya Eva. Baru dua
paragraf aku ketik, aku jadi teringat kalau aku juga
pernah ketik naskah semacam ini untuk Nina. So
jadi tinggal Copy dan Paste lalu Edit sedikit dan
selesai.
“Di print sekalian nggak nih Va ?” tanyaku pada
Eva yang malah asik bolak-balik majalah punya
Nina.
“Lho kok cepet sekali, nggak ada yang salah ketik
apa ?” ia bangkit dan mendekat ke arah monitor
memeriksa naskah itu. Eva agak membungkuk
membaca hasil ketikanku di monitor. Eh ada
kesempatan baik, leher kaosnya jadi turun dan
aku bisa melirik tetek milik Eva. Luar biasa, sekilas
saja aku bisa pastikan tetek milik Eva masih
kencang.
“Eh nakal ya,…” aduh ketahuan deh. Eva segera
bangkit dan menutup leher kaosnya. Aku
nyengir-nyengir saja. Tapi dia nggak serius tuh
marahnya, Eva malah senyum-senyum malu
sambil memaksakan diri melotot.
“Ntar aku bilangin Nina lho, mas suka ngintip”
ancamnya lagi.
“Ah bukannya kamu yang suka ngintip kalo aku
pas tidur sama Nina”, aku balikan kata sambil
menyalakan printer. Memang Eva pernah
ketahuan ngintip pas aku sedang minta jatah
biologis sama Nina.
“Nih ” empat lembar naskah itu sudah tercetak
dan aku serahkan sama Eva.
“Trims ya mas,…. Jadi nggak pijit nya ?”
“Oh ya jadi dong,…”
Aku tiduran di ranjang dan Eva memijiti
punggungku. Pintu aku tutup tapi nggak aku
kunci. Aku melepaskan baju yang aku pakai, aku
bilang takut kusut. Pijatan Eva terasa enak sekali
malah seperti sudah prof. Dari leher sampai
pinggang diurut dengan seksama.
“Va,… kamu cerita sama Budi (pacarnya Eva)
nggak ?” tanyaku membuka kebisuan.
“Cerita apa ?”
“Tentang yang kamu intip itu”
“Ah ya enggak dong ”
“Bener ?”
“Iya,..!!!”
Dua puluh menit aku dipijitin sama si Eva lalu dia
mengeluh capek. Aku menawarakan diri untuk
gantian pijit.
“Ah enggak ah, geli,…”.
“Tapi enak lho Va percaya deh” mulanya dia nolak
tapi akhirnya mau juga. Aku bangkit sambil aku
geser dia untuk naik ke ranjang. Aku pijit mulai
dari lehernya lalu turun ke punggung dan
pinggang. Aku perhatikan paha bagian belakang
Eva mulusnya bukan main, putih lagi.
“Va kamu pernah nggak main sama Budi ?” aku
beranikan diri untuk masuk ke dalam topik yang
rada ngeres.
“Main apaan ?”
“Main kayak aku sama Nina”
“Ehm,… mulai aneh-aneh ya,…”
“Cuma nanya kok ”
“Kalo pernah kenapa dan kalo belum pernah juga
kenapa ?”
“Yah nggak apa-apa, cuma pingin tahu aja, kamu
tahu aku sama Nina, aku juga kepingin tahu kamu
dengan Budi”
“Nggak ah,… nggak aku jawab”
“Ah berarti pernah nih”
“Lho kok bisa ambil kesimpulan?”
“Iya biasanya kalo belum pernah pasti jawabnya
tegas belum”
“Terus, kalo aku sudah pernah main sex begitu
sama Budi kenapa juga”
“Yah,… barangkali,….” Aku sengaja nggak nerusin
kata-kataku.
“Barangkali apa ?!”
“barangkali aku boleh coba”
“Ah nggak mau,….”
“Kenapa,…”
“Aku takut, punya mas besar sekali”
“Justru yang besar itu yang enak tahu ”
“Ah masak ?” Eva memutar badannya dari yang
tadinya telungkup jadi telentang. Aku nggak
buang waktu lagi, aku segera menindihnya. Eva
gelagepan ketika aku serang teteknya yang
membuat aku penasaran dari tadi. Aku ciumi
lehernya sampai dia terengah-engah kehabisan
nafas. Ketika aku dapatkan bibirnya tanganku
mulai melepasi kaos dan celana pantai sekalian
cd-nya. Aku tangkap gundukan daging di
selangkangannya dan dengan jari tengahku aku
gosok lipatan dagingnya yang sudah becek
dengan lendir. Eva jadi Ahhh uhhhh sambil
menggelinjang ke kanan dan ke kiri.
Tiba tiba Eva jadi buas, ia mendorong tubuhku
dan duduk diatas perutku membelakangi aku.
Dengan terburu-buru ia melepaskan ikat
pinggang celana yang aku pakai. Aku ngeri takut
kalau resleting celanaku makan korban. Dan
sebentar saja Eva sukses menurunkan celana
yang aku pakai sebatas lutut. Dan bongkahan
daging yang sedari tadi sudah membengkak
diselangkanganku menyembul keluar. Eva
meremasnya kuat-kuat sebelum ia
memundukkan pantatnya ke arah mukaku dan
“slup” bongkahan dagingku itu sudah masuk
dalam mulutnya. Nggak nyangka, Eva yang
selama ini aku kira diem eh ternyata,…. Boleh juga
permainannya.
Aku juga nggak tinggal diam, memiaw Eva yang
hampir tanpa bulu itu sudah terpampang didepan
mukaku dan aku hisap serta jilati sepuasnya.
Lidahku aku julurkan mencoba menerobos ke
dalam lobang memiaw Eva. Sejenak ia
melepaskan kulumannya dan menengadah
sambil merancu “Ehhh lagi mas ehhh terus terus
yah yang itu ehhhh” ….
Aku nggak tahan lagi didiemin barangku. Segera
aku dorong pantat Eva sehingga ia telungkup lagi
dan aku arahkan rudal scottku ke balik pahanya.
“Agak diangkat dikit dong Va” pintaku supaya Eva
agak nungging. Ia menuruti sambil membuka
selangkangannya lebih lebar. Dan aku mulai
membenamkan rudalku dalam memiawnya. Ia
meringis dan katanya punyaku lebih besar dari
pada milik si Budi. Tapi ketika aku mulai
membenamkan lebih dalam lagi Eva melotot dan
mengaduh kesakitan. Mungkin karena ia baru
pertama kali ini mendapatkan the real penis
macam punya aku. Aku diamkan sebentar sambil
menenangkan Eva. Kalau gara-gara ini akhirnya di
cancel wah rugi dong aku.
Aku mulai pelan pelan menarik dan
membenamkannya lagi sampai Eva terbiasa.
Nggak seberapa lama kok, lima enam kali
memiaw Eva sudah bisa adaptasi dengan
punyaku. Meskipun begitu lobang memiaw Eva
masih terasa menggenggam batang dagingku
erat sekali. Jadi ingat rasanya seperti pertama aku
memperawani si Nina dulu. Nggak sampai
sepuluh menit Eva sudah kejang melepaskan
orgasmenya yang pertama. Ah dasar pemula sih.
Aku berhenti sejenak disaat aku sudah sampai
pada tujuh puluh lima persen hampir orgasme.
Aku bangkitkan lagi gairahnya dengan meremas
kedua puting tetek Eva dari belakang. Berhasil, Eva
mulai menggoyangkan lagi pantatnya dan aku
nggak buang waktu lagi, aku segera
mengayunkan ke depan dan kebelakang
mengimbanginya. Eva orgasme sampai empat
kali sebelum yang kelimanya aku dan Eva
orgasme bareng-bareng. Aku hamburkan semua
spermaku dalam memiaw Eva yang berdenyut
kuat dan aku tertidur.
Aku bangun sekitar pukul setengah sembilan
dengan kemaluan masih menancap dalam
memiaw Eva. Aku bangunkan dia dan,… asiknya
si Eva jadi minta lagi. Malam itu aku ganti ganti
style mulai dari frontal, berdiri, doggy style juga
dengan duduk diatas kursi. Aku bermalam di
tempat kost itu kali ini bukan di kamar Nina tapi di
kamar Eva. Aku jadi nggak kesepian lagi meski
Nina ke Bromo sampai empat hari dan empat hari
itu aku dan Eva menggunakan kesempatan
sebaik-baiknya.
Eva pindah kost setelah dua minggu sejak itu.
Tempat kost baru Eva sejenis dengan tempat kost
sebelumnya bebas keluar masuk. Aku dapat dua
jatah satu dengan Nina satu lagi dengan Eva.
Terus terang aku lebih suka main dengan Nina
yang lebih prof daripada Eva. Beberapa hal yang
aku suka pada tubuh Eva adalah memiawnya
yang nggak terlalu banyak bulu dan teteknya
yang begitu ranum, sedang yang aku suka pada
Nina adalah teknik main sexnya yang luar biasa.
Sorry nggak sempat aku ceritakan disini,
mungkin lain kali. Buat Budi aku minta maaf telah
melanggar kebunmu, habis menurut Eva kamu
kurang bersungguh-sungguh dan selalu
ketakutan dengan kehamilan. Kan ada tekniknya
supaya nggak hamil tanpa harus ketakutan ,…


Adult | GO HOME | Exit
1/850
U-ON

inc Powered by Xtgem.com